Bertahun-tahun aku berusaha melupakan kenangan kelam itu, namun mimpi buruk itu selalu menghantuiku bahkan setiap malam. Akupun tidak bisa bersentuhan dengan laki-laki. Entah sampai kapan ini akan terjadi. Ku kira selamanya tidak akan ada pria yang masuk dalam hidupku. Hingga dia datang dan perlahan merubah kepercayaanku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecemasan Nasya
Nasya masih gemetar meskipun dia telah menutup telepon dari ibu kandungnya. Dia gak pernah bisa melupakan kenangan pahit saat tinggal bersama ibu dan juga ayah tirinya. Dia terlihat gelisah sepanjang malam tanpa bisa tidur lagi.
"Bagaimana jika dia datang kesini dan menggangguku? Apa yang harus aku lakukan agar bisa lepas dari mereka? Aku sudah keluar dari rumah sialan itu tapi tetap saja mereka mengikutiku." gumam Nasya yang terlihat sangat gelisah dengan segelas air putih ditangannya.
"Gak, mereka gak tahu apartemenku! Aku belum pernah memberitahu ibu dimana apartemenku, jadi dia gak mungkin datang kesini. Aku gak perlu takut. Dia hanya menggertakku saja. Gak mungkin dia sampai datang kemari."
Nasya sangat cemas saat membayangkan kalau ayah tirinya akan datang untuk menemuinya langsung. Dia pun mengambil obat penenangnya dan meminum 2 butir tablet secara langsung untuk menghilangkan kecemasannya. Nasya bersandar disofa dengan perasaan yang mulai tenang hingga akhirnya dia kembali terlelap di sofa.
...****************...
Keesokan harinya dikantor Nasya. Lia dan Alex sedang berbincang sambil menikmati kopi sebelum mulai bekerja.
"Lex, menurutmu kenapa Nasya dipindahkan ya? Padahal dia rajin dan gak pernah membuat kesalahan, bukannya naik jabatan tapi malah di mutasi dengan kerjaan yang lebih rendah. Apa menurutmu ada yang aneh disini?" ujar Lia mengeluh pada Alex.
"Entahlah. Kamu gak tahu seperti apa orang dibelakangmu. Mungkin aja dia ngelakuin kesalahan pada atasan yang gak bisa dimaafkan." Alex menanggapi dengan sikap yang tidak perduli.
"Kenapa kamu bersikap seperti itu? Bukankah sebelumnya kamu sendiri yang berusaha mendekati Nasya? Kenapa sekarang malah cuek begitu? Lagipula kesalahan seperti apa yang mungkin Nasya lakukan? Pak Wira kan baru pindah kemari, mana mungkin Nasya bisa mengenalnya."
Lia menatap Alex dengan tatapan heran. Dia tidak mengerti dengan perubahan sikap Alex yang ditunjukkan pada Nasya akhir-akhir ini.
"Itu dulu, tapi sekarang aku sadar kalau gadis seperti Nasya gak pantas untuk aku kejar. Aku gak punya apa-apa jika dibandingkan pria lain yang mengejarnya."
Nada bicara Alex terdengar mencibir. Terlihat jelas kalau dia sangat merendahkan Nasya.
"Kenapa sikapmu begitu? Apa ada sesuatu yang gak aku ketahui? Atau mungkin pak Wira mencoba menggoda Nasya?"
Mendengar ucapan Alex yang merendahkan Nasya, membuat Lia semakin penasaran.
"Mana mungkin pak Wira menggoda Nasya. Mungkin saja Nasya yang mencoba menggoda pak WIra sampai akhirnya dia dimutasi."
Lia gak menanggapi ucapan Alex. Dia terdiam memikirkan apa yang Alex katakan.
"Sudahlah. Gak perlu perdulikan Nasya lagi. Cukup fokus pada pekerjaan kita aja. Ayo!"
Lia menganggukkan kepala menanggapi ucapan Alex, namun pikirannya tetap saja memikirkan apa yang terjadi pada Nasya.
...****************...
Sementara itu Nasya datang ke kantor untuk melakukan absesi sebelum dia pergi ke supermarket melakukan pekerjaannya. Saat yang bersamaan, pak Wira juga baru saja tiba dikantor dan mereka saling berpapasan. Nasya mengabaikannya dan berniat langsung pergi.
"Nasya, ada sesuatu yang harus saya bicarakan denganmu. Ayo ikut saya sebentar!"
Nasya menoleh namun sama sekali gak menanggapi pak Wira. Dia hanya mengikutinya dari belakang dengan perasaan was-was.
"Ada apa Pak? Kenapa Bapak mau bicara dengan saya?"
Nasya berdiri cukup jauh dari pak WIra. Dia benar-benar takut jika pak Wira sampai melakukan sesuatu padanya lagi.
"Kenapa kamu berdirinya jauh sekali?" ujar pak Wira yang langsung maju mendekati Nasya, namun Nasya melangkah mundur dan kembali memberikan jarak yang sama lagi.
"Kurasa ini udah cuku, Pak. Anda bisa langsung bicara aja." Jawab Nasya tanpa bersikap lembut atau sopan.
"Bagaimana dengan pekerjaanmu? Pasti disana sangat melelahkan ya kan? Tawaran untukmu masih berlaku. Jika kamu berubah pikiran, kamu bisa langsung katakan padaku dan kamu bisa kembali bekerja disini lagi."
Pak Wira bicara dengan sikap yang tenang disertai senyum yang tipis. Dia menatap Nasya dengan tatapan yang genit seperti seorang pria hidung belang.
Nasya menatap pak Wira dengan tatapan yang tajam. Dia mengepalkan tangan berusaha menguatkan dirinya sendiri.
"Gak perlu Pak. Terima kasih. Disana cukup menyenangkan karena saya gak perlu menghabiskan waktu seharian dengan duduk diam saja. Saya lebih banyak bergerak dan itu cukup bagus untuk kesehatan saya. Saya gak perlu memeras otak saya untuk pekerjaan saat ini."
Nasya menanggapi dengan sikap yang tenang. Meskipun sebenarnya melihat wajah pak Wira membuatnya terasa ingin muntah.
"Apa kamu yakin? Disana kamu gak punya banyak waktu istirahat karena banyak pekerjaan yang harus kamu lakukan. Lagipula melihat status pendidikanmu sangat disayangkan jika hanya menjadi sales produk saja."
Pak Wira bicara dengan nada mencibir dan terus berusaha meyakinkan Nasya agar dia mau menerimanya demi jabatan di kantor.
"Gak perlu, Pak. Selama saya masih bisa melakukan pekerjaan saya, itu bukan masalah besar. Lagipula dengan gaji saya saja, saya masih bisa mencukupi kebutuhan saya sendiri. Maaf Pak, jika gak ada hal penting yang perlu dibicarakan lagi, saya akan pergi sekarang. Sebentar lagi sudah waktunya bekerja. Permisi."
Nasya langsung pergi begitu saja tanpa menunggu tanggapan dari pak Wira. Hal itu memuat pak Wira semakin tidak senang.
"Huh, sombongnya! Kita lihat saja sejauh mana kamu bisa mempertahankan sikap sombongmu itu. Aku semakin penasaran dengan ekspresi wajahmu saat merintih dibawahku nanti."
Pak Wira menunjukkan seringai liciknya saat dia menatap Nasya yang berjalan semakin menjauh darinya.
"Haah... Akhirnya aku bisa menjauh darinya. Rasanya sangat menjijikan setiap kali melihat wajah pak Wira dan membayangkan bagaimana tangannya memegang tanganku. Sepertinya aku bisa langsung muntah jika kami harus bicara lebih lama lagi, huek."
Nasya menghela napas lega setelah dia keluar dari gedung kantor dan bicara sendiri sambil menunjukkan ekspresi jijik dan ingin muntahnya. Dia pun bergidik merinding lalu berjalan meninggalkan kantor untuk pergi ke supermarket.
...****************...
Nasya tiba di supermarket dan mulai bersiap bekerja dengan mengganti pakaiannya. Setelah siap, Nasya mulai memeriksa barang yang ada di rak satu persatu sambil merapikannya. Dia mencatat barang yang gak ada disana untuk memeriksa stoknya digudang.
"Banyak sekali barang yang kosong disini. Aku harus mengambil banyak barang dari gudang." gumam Nasya setelah mencatat barang yang tidak dipajang disana.
"Semangat Nasya! Ini bukan apa-apa daripada harus duduk dikantor dan mengikuti kemauan pria menjijikan itu."
Nasya pun kembali melanjutkan pekerjaannya setelah dia memberikan semangat pada dirinya sendiri.
Nasya harus bolak balik dari gudang ke rak untuk memenuhi rak display. meskipun lelah dia tetap melakukannya.
"Hai, mau aku bantu bawakan?" tanya seorang karyawan supermarket yang sejak awal memperhatikan Nasya.
"Gak perlu, aku bisa sendiri. Terima kasih." Nasya menolak dengan senyum tipis lalu berjalan meninggalkannya.
"Gak papa. Biar aku bawakan."
Pria itu memaksa dengan mengambil barang yang sedang Nasya bawa hingga dia terkejut dan sedikit menjauh darinya.
"Maaf. Aku gak bermaksud buat kamu terkejut. Namaku Andre."
Pria itu mengulurkan sebelah tangannya dan meminta Nasya berjabat tangan.
Nasya menatap tangan Andre lalu menyebutkan namanya tanpa menyambut uluran tangan Andre.
"Nasya."
Andre menarik kembali tangannya dengan senyum diwajahnya.
"Nama yang cantik. Ini mau ditaruh dimana?" ujarnya yang membawa barang milik Nasya.
"Taruh dilorong itu aja." ujar Nasya menunjuk tempat meletakkan barangnya.
Dari kejauhan seseorang memperhatikan Nasya.
"Hmn... Banyak sekali kumbangnya..."
tapi tetep suka karena sifat laki²nya tegas no menye² ...