Ellina damara, gadis berusia 18 tahun yang di adopsi keluarga damarta.
Awalnya kehidupannya baik baik saja sebelum kedatangan sahabat sekaligus calon istri kakak sulungnya. Yang mengakibatkan dirinya di benci oleh sang kakak karena di tuduh berbuat jahat pada calon istrinya.
Hingga sebuah tragedi terjadi. Mereka tidur bersama hingga mengakibatkan ellina hamil. Namun sayangnya Arion sang kakak tak ingin bertanggung jawab. Dan memaksa menyuruh ellina menggugurkan kandungannya.
Dengan sakit hati ellina memilih pergi dari kehidupan Arion seta keluarganya. Melahirkan dan membesarkan anaknya sendiri.
Hingga beberapa tahun mereka bertemu kembali. Dengan ellina yang telah berubah bersama sang putra tampan.
Bagaimana kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DnieY_ls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 25
" dari mana mbak? Bisa bawa martabak gini?" Tanya ellina.
"Itu loh rat. Aku ke supermarket sebentar, pas pulang aku tidak sengaja melihat ibu ibu yang hampir terserempet motor. Untung aku selamatin, kalau nggak mungkin dia sudah tertabrak". Curhat Fitri.
Ellina mengangguk angguk mendengar cerita mbak Fitri dengan sangat baik. "Terus?"
" Nah terus pas aku mau pulang, tiba tiba ibu ibu tadi kasih uang. Aku tolak karena nggak enak. Eh dia malah kasih aku martabak satu keresek". Kata Fitri sembari mengunyah martabak tadi.
" Rezeki kamu itu fit".
" Iyah kayaknya". Fitri menyetujui ucapan ellina.
Martabak itu Habis oleh kedua orang yang asik mengobrol dan menonton tv. Padahal tadi ellina baru saja makan salad satu mangkuk penuh. Tapi masih kuat menghabiskan martabak pemberian mbak Fitri.
Semakin usia kandungannya bertambah, semakin bertambah pula nafsu makan ellina. Terkadang makan tiga kali saja tak cukup. Itu juga di iringi cemilan cemilan yang ia makan. Hal itu memang biasa bagi ibu hamil kata bidan Hasna kala itu. Dan ellina memakluminya. Dia justru senang anaknya tumbuh dengan sehat dan kuat di dalam perutnya.
"Aws!" Tiba tiba ellina meringis sembari memegangi perutnya. Tentu saja membuat Fitri sontak khawatir.
" Rat, kau tak papa?" Tanya Fitri menatap cemas pada ellina.
" Aws, tidak! Hanya sedikit linu dan nyeri saja". Ucap ellina. Memegang perutnya.
" Apa sangat sakit? Perlu ke klinik?"
Ellina menggeleng. " Aku tidak papa mbak, Hanya linu saja. Bayinya menendang begitu keras" kata ellina lalu terkekeh geli.
Akhir akhir ini bayinya memang sudah aktif bergerak. Menendang bahkan memukulnya dari dalam. Terkadang membuat ellina nyeri, linu bahkan lemas merasakannya. Tetapi rasa senang nya lebih besar karena bayinya berkembang dengan baik.
" Benarkah? Aku ingin memegangnya" mbak Fitri antusias. Memegang perut Ellina dan mencoba merasakan tendangan dari bayi kecil dalam perutnya.
" Ah dia menendang rat, aku dapat merasakan nya!" Mbak Fitri terlihat sangat senang. Senyum dan tawa terlukis di wajahnya.
Ellina ikut terkekeh. Merasa terharu dengan perlakuan Fitri yang terlihat begitu sangat menyayangi bayinya.
" Bayi, jangan menendang terlalu kuat. Kasihan bundamu kesakitan oke?" Mbak Fitri mengajak bayi itu bertanya. Meski tak mendapat jawaban, mbak Fitri mengepalkan tangannya lalu melakukan tos pelan pada perut Ellina. Seolah olah melakukan tos dengan bayi di dalamnya.
"Huh!" Tiba tiba mbak Fitri bangkit. Menarik napasnya panjang pun berat. Hingga terdengar helaan napas itu begitu jelas bagi ellina.
" Mbak ingin curhat sama kamu rat," ucap Fitri tiba tiba.
Dahi ellina mengerut. Seolah bertanya ada apa dengan mbak Fitri. Dari gelagatnya begitu terlihat mbak Fitri seperti memiliki masalah atau galau?!
" Kenapa mbak?" Akhirnya ellina bertanya.
Wajah Fitri tiba tiba saja menjadi mendung. Tangannya pun bertaut saling mengusap. "Aku sedang galau rat, sudah dua hari ini pacar mbak tidak ada menghubungi mbak sama sekali. Sekedar telpon atau chat pun nggak ada." Curhat Fitri tentang pacarnya.
" Mungkin dia sibuk kerja mbak" ujar ellina. Dia sering mendengar tentang pacar mbak Fitri karena Fitri sering menceritakan padanya. Meski sampai kini dia tak tahu wajahnya.
" Kemarin kemarin juga sibuk rat, tapi masih sempat mengabari aku. Ini sudah dua hari tidak ada sama sekali. Membuat aku berprasangka buruk, takut dia selingkuh". Lagi, Fitri hampir berkaca kaca kala menceritakan nya. Wajahnya yang sedih terlihat murung di tambah dengan wajah kesalnya.
" Dia lupa kali mbak, atau ada urusan penting hingga tak mengabari mbak. Jangan berprasangka buruk dahulu siapa tahu dia sedang melakukan sesuatu". Ucap ellina.
Dia tahu jika Fitri dan pacarnya sudah menjalin hubungan selama dua tahun. Meski harus LDR karena Fitri bekerja di sini sedangkan pacarnya di kota. Hubungan keduanya terbilang rumit, sebab orang tua pacar Fitri lebih tepatnya ibu nya tak merestui Fitri menjadi pacar pria itu. Namun meski begitu cinta mereka yang begitu kuat membuat kisahnya awet hingga berlangsung dua tahun lamanya.
" Sebenarnya aku tidak mau berprasangka buruk rat, tapi pikirannya terus kesana. Kamu tahukan hubungan jarak jauh itu rawan. Aku takut rat". Tiba tiba saja air mata mbak Fitri terjatuh. Gadis itu menangis tergugu.
Ellina mendekat lantas memeluk mbak Fitri. Mencoba menenangkannya yang kian menangis. "mbak jangan menangis. Sudah mbak". Ujar ellina.
Fitri mengurai pelukan. Lalu mengusap air matanya dengan pelan. Mencoba menahan tangisan yang kembali mengenang matanya.
" Apa mbak sudah coba hubungi telpon atau chat gitu?"
Mbak Fitri mengangguk. " Sudah rat. Sudah puluhan panggilan aku lakukan. Chat pun sudah aku spam tapi tetap aja gak dia angkat atau baca"
Ellina tak bisa berkata kata lagi dan memilih kembali memeluk mbak Fitri. Jika dia menjadi mbak Fitri dan pacarnya begitu pun dia pasti akan kepikiran dan berprasangka buruk. Siapa yang tak berpikir aneh aneh jika tiba tiba sikap prianya berubah.
" Rat malam ini aku menginap disini yah?'' pinta Fitri. Ellina mengangguk.