Aulia Aisha Fahmi Merupakan sepupu Andika, mereka menjalin cinta tanpa sepengetahuan orang tua mereka. Andika adalah cinta pertama Aulia dan ia begitu mencintainya. Namun, kejujuran Andika pada ayahnya untuk menikahi Aulia ditentang hingga Andika perlahan-lahan hilang tanpa kabar.
Kehilangan Andika membuat Aulia frustrasi dan mengunci hatinya untuk tidak menerima pria lain karena sakit di hatinya begitu besar pada Andika, hingga seorang pria datang memberi warna baru di kehidupan Aulia... Akankah Aulia bisa menerima pria baru itu atau masih terkurung dalam masa lalunya.
Penasaran dengan kisah selanjutnya, yuk ikuti terus setiap episode terbaru dari cerita Cinta untuk sekali lagi 😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aninda Peto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 2
Aulia telah menyelesaikan kegiatan mencucinya, sekaligus mandi di sungai. Ia kembali pulang setelah menjemur pakaian di atas tumpukan batu di pinggiran sungai. Saat berada di depan pintu rumah, samar-samar ia mendengar suara pria yang begitu familiar di telinganya.
"Suara itu? Bukankah, dia adalah pria itu?" Batinnya bertanya lirih, dengan perasaan tak tenang ia masuk dan dugaannya benar, pria itu adalah seseorang yang mengambil ciuman pertamanya. Ia buru-buru masuk ke kamarnya setelah melewati ruang tamu.
Aulia masih mendengar dengan sangat jelas perbincangan yang dilakukan oleh Andika dan ayahnya. Andika adalah pria yang berusia dua puluh lima tahun dan sekarang telah bekerja menjadi kurir POS.
Aulia segera mengambil setelan baju rumahan berbahan hitam, ia mulai menyisir rambutnya, tidak lupa mengoleskan lipstik di bibir tipisnya. Setelah itu, ia mengambil buku biologi dan mulai membuka halaman 59, ia mulai serius membaca satu persatu setiap kata dan kalimat dalam lembaran buku biologi itu, hingga terdengar ketukan pintu kamarnya.
Aulia beranjak dan membukanya, ia terkejut karena orang di hadapannya sekarang adalah pria yang tidak ingin ia temui
"Ada apa?" Tanyanya dengan suara datar
"Bisakah kita mengobrol di luar?" Aku memutar bola mata malas. Namun, aku tetap mengikuti langkahnya hingga tiba kami di teras.
Ia menarik salah atau kursi bambu dan menjatuhkan bokongnya di atas kursi itu, sementara Aulia memilih berdiri dengan tatapan malas ke arah Andika.
"Duduklah!" Dengan perasaan berat Aulia melakukannya, mereka duduk bersebelahan, Aulia memandangi wajah tampan itu, wajah berbentuk oval, garis alis yang tebal serta bulu mata yang sangat lentik, bagaikan bulu mata seorang bidadari yang jika dibandingkan dengannya, itu terlihat sangat jauh, seperti langit dan Bumi.
"Aku akan tinggal di sini selama tiga bulan, dan aku tidak terlalu dekat dengan keluarga di sini... Bisakah kamu menemaniku untuk sekadar jalan-jalan?" Aulia melirik dengan sorot terkejut, ia berpikir yang akan di ucapkan Andika adalah ucapan maaf atas perbuatannya terhadapnya.
"Oke" Jawab Aulia dingin, menggambarkan ekspresi masam di wajahnya, bukan jawaban tidak yang keluar melainkan jawaban mengiyakan padahal di dalam hatinya, ia ingin menolak. Namun, perasaan tidak enakan ke orang lain menjadi belenggu dan penghalang hingga membuatnya menderita.
"Aku minta maaf soal semalam" Aulia melirik pria di sampingnya dan merenggut kesal sekaligus malu karena mengingatkan dirinya pada peristiwa semalam.
Andika bercerita banyak hal tentang dirinya di kota, cerita tentang saat dirinya kuliah, sampai pada hubungan asmaranya. Aulia hanya mengangguk walaupun ada beberapa yang membuatnya tidak mengerti. Namun, ia tetap mendengarkan dengan saksama. Tak terasa ada sedikit ruang di hati Aulia untuk menerima Andika, perempuan remaja itu menarik seutas senyum ketika melihat Andika yang sedang asik bercerita.
"Aku tidak menyukai mataku, sebab ia begitu mudah terpesona dan menerima siapa saja yang memiliki wajah rupawan" Aulia berbisik dalam benaknya, merasa kesal dengan sikapnya yang seperti wanita murahan. Ia tiba-tiba menyukai pria di sampingnya, pria yang menodai bibirnya yang seharusnya tidak diambil secara paksa.
Perbincangan itu mulai mengasikkan bagi Aulia, hingga ia terus-menerus tertawa, bibirnya terus menyunggingkan senyum manis tatkala Andika bercerita horor nyata yang pernah dialaminya selama tinggal di kota, tempat kelahiran Sultan Hasanuddin. Ia tidak lagi memedulikan tentang perbuatan bejat Andika, dan perlahan-lahan mulai menerima kehadiran sosok baru itu
Mungkin inilah yang dinamakan darah panas, perempuan remaja yang sangat dijaga oleh orang tuanya untuk tidak pacaran di usia itu karena pikiran yang mudah kelabui apalagi memiliki watak kalem akan sangat mudah disetor seperti yang dirasakan Aulia.
Rasa nyaman yang diberikan Andika seperti obat bius, yang perlahan-lahan membuat mata terlena hingga tertidur lelap tanpa kesadaran penuh. Perasaan perempuan remaja itu mulai lemah, hingga inilah saatnya bagi laki-laki itu melancarkan aksinya.
Andika mulai menarik tangan Aulia untuk masuk ke dalam rumah, tak ada seorangpun kecuali mereka berdua, sementara kedua orang tua Aulia telah pergi ke kebun yang jaraknya lumayan jauh, kakak Aulia pergi ke rumah tantenya yang berada di dekat pantai. Hanya tersisa dua insan dalam ruangan sepi.
"Apa yang mau kamu lakukan? Jangan macam-macam yah!" Seru Aulia mengambil sikap siaga. Pria itu tiba-tiba memeluk Aulia dan berbisik
"Biarkan seperti ini, aku hanya ingin memelukmu" Aulia tidak berkutik, ia pasrah tanpa berontak. Entah kenapa suara parau itu menghentikan ia dari memberontak dan perlahan-lahan tangannya mulai membalas pelukan itu. Aulia tidak sadar, bahwa tidak seharusnya ia membalas pelukan itu atau mengasihani laki-laki itu.
"Jantungku berpacu sangat cepat, ini pertama bagiku merasakan pelukan dengan seseorang yang bukan mahramku, kenapa aku bisa menikmati adegan ini?" Gumamnya pelan.
Perlahan-lahan pelukan melonggar, keduanya saling bertatapan mata pria itu mulai sayu dan mulai mendekatkan wajahnya ke arah Aulia. Perempuan polos itu tidak menghindar, entah ia mengharapkannya atau tidak mengetahui apa yang akan dilakukan Andika padanya.
Tiba-tiba saja bibir keduanya saling bersentuhan, bagaikan listrik membuat Aulia melotot ia dengan sigap mendorong dada bidang laki-laki itu.
"Kau melecehkan ku lagi?! Kenapa kau menciumiku?" Tanya Aulia dengan mata berkaca-kaca, jujur saja ia sangat membenci laki-laki dihadapannya ingin sekali bercerita tetapi ia tidak berani. Ia sangat bodoh karena masih tidak bercerita tentang apa yang dialaminya.
"Maaf, aku khilaf" Andika melepas tubuh Aulia dari dekapannya dan membiarkan Aulia berlari ke kamarnya. Andika berdiri mematung dan menghela napas berat. pria itu berjalan menuju teras, dan mengeluarkan sebungkus rokok surya, ia menarik sebatang rokok dan mulai menyulut api pada sumbu rokok yang disebatnya.
Asap rokok mengepul ke atas tatkala pria itu menghisap rokok dan mengeluarkannya dari mulut dan lubang hidungnya, menatap sinar matahari yang sangat terik. Sementara, Aulia menangis sendu di dalam kamarnya.
"Kenapa dia melakukannya lagi? Apa aku sehina itu? Aku tidak sedang merayunya bahkan berpikir mesum tentangnya, tapi mengapa dia melakukan hal itu lagi?" tuturnya kesal.
"Bukankah kakak laki-laki akan menjaga adik perempuannya, tapi kenapa aku menjadi korban pelecahan dari sepupuku sendiri, aku ingin menceritakan semuanya kepada ibuku tapi aku sangat malu mengatakannya" lirihnya dengan suara sendu. Air matanya terus mengalir membasahi pipinya, dengan perasaan lelah ia pun membaringkan tubuhnya di atas kasur dan mulai menutup matanya walau air mata masih terus mengalir.
Ia memang telah jatuh pada Andika tapi tidak sepantasnya Andika melakukan hal tak senonoh itu padanya, apalagi tidak ada hubungan spesial di antara mereka, membuatnya kacau dan dilema untuk bercerita, di satu sisi ia tidak ingin kedua orang tuanya bertengkar. Namun, di sisi lain ia tidak mau menjadi korban pelecehan sepupunya apalagi dirinya masih sekolah, apa yang akan dikatakan oleh teman-temannya nanti saat tahu dirinya menjadi korban pelecehan.
.
.
.
Lanjut part 3