Kisah sekelompok anak muda yang ingin hidup sesuai dengan keinginan mereka karena di beri kesempatan kedua. Mereka pernah meninggal dan hidup kembali secara ajaib sehingga mereka sangat ingin menikmati hidup mereka.
Namun tanpa mereka sadari sebuah bencana besar sedang mengintai dunia dan pada akhirnya mengancam semua makhluk hidup di dunia. Untuk mempertahankan kehidupan kedua mereka, sekelompok anak muda itu berjuang untuk mengembalikan dunia seperti sedia kala dengan keajaiban yang mereka miliki.
mohon dukungan komen dan like nya ya kalau suka, thanks
Prinsip mereka hanya satu. "Kita tidak tahu sampai kapan keajaiban ini akan mempetahankan hidup kita, sampai saat itu tiba kita akan bersenang senang dan melakukan apa saja yang kita inginkan, tidak ada yang bisa menghalagi kita, apapun itu, jadi jangan coba coba,,"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17
Setelah selesai makan dan bertukar nomor telepon, ke empatnya keluar dari restoran. Karena masih merasa tidak enak, Rio dan Sarah memilih untuk pulang. Akhirnya Alex ikut mengantar Lina dan mereka kembali menuju ke rumah Sarah. Setelah sampai dan masuk ke dalam, ke empatnya duduk di sofa ruang tengah,
“Sekali lagi maaf ya, suasana jadi ga enak gara gara ade gue,” ujar Alex.
“Santai, ga apa apa, yang penting masalah sudah clear, jadi kedepannya sudah tidak ada halangan lagi,” balas Rio.
“Iya benar kak Alex, tidak usah di pikirkan,” tambah Sarah yang duduk di sebelah Rio.
“Tolong hilangin kesalah pahaman tentang kita ya, kak Alex,” ujar Lina.
“Itu pasti, nanti gue akan jelaskan semuanya pada Sofia, sebenarnya gue ada tujuan ingin melatih Lina dan menggali kekuatan kita,” balas Alex serius.
“Maksudnya apa kak Alex ?” tanya Lina.
“Setelah mendengar cerita Rio soal orang tuanya dan melihat berkas yang ada di smartphone Rio, gue berpikir kita harus bersiap siap,” jawab Alex.
“Alasannya ?” tanya Rio.
“Seperti yang gue bilang, gue berasal dari dunia lain dimana fenomena seperti yang saat ini terjadi di samudra pasifik itu lazim dan sering terjadi, walau gue sendiri ga tahu fenomena apa yang terjadi di samudra pasifik tapi di dunia asal gue, fenomena seperti ini di anggap membawa bencana bagi seluruh kehidupan di dunia. Jika fenomena seperti ini muncul, semua ras langsung bersatu menghadapinya walau mereka berselisih satu sama lain selama berabad abad, jadi gue pikir tidak ada salahnya kita bersiap siap,” jawab Alex.
“Hmm memang benar, fenomena itu menghilangkan pesawat terbang dan lainnya tanpa bekas, sudah jelas berbahaya,” balas Rio berpikir.
Sarah yang duduk di sebelah Rio langsung menoleh melihat Rio dan mengelus pangkal lengan Rio,
“Begitu ya, boleh tidak aku melihat berkasnya kak Rio ?” tanya Lina.
Rio mengeluarkan smartphonenya dan membuka pesannya, setelah itu dia memberikannya pada Lina untuk membaca berkas yang di foto paman nya.
“Bahkan tim sar dan kapal induk militer menghilang ?” tanya Lina.
“Benar, tercantum di berkas itu dan tolong jangan di sebar, cukup kita berempat saja yang tahu sebab aku tidak mau om ku jadi bermasalah,” jawab Rio.
“Kak Alex benar, memang lebih baik kita siap menghadapi kalau terjadi sesuatu,” tambah Sarah.
“Menyelamatkan dunia gitu ? jadi superhero gitu ?” tanya Lina.
“No no...kita tidak akan sanggup menyelamatkan dunia, paling tidak kita bisa bertahan dan melawan balik jika bahaya menghampiri kita,” jawab Alex.
“Lalu bagaimana cara kita berlatih ? di lantai 3 ?” tanya Rio.
“Lo mau di panggil guru lagi ?” tanya Alex.
“Ya enggak sih,” jawab Rio.
“Kita harus cari tempat yang nyaman dan aman untuk berlatih, rumah gue sulit karena gue ga mau ade gue tahu,” balas Alex.
“Ke gunung ? latihan disana kayaknya enak,” ujar Lina.
“Hehe bener, gue juga setuju, sekalian liburan,” tambah Sarah.
Ke empatnya mulai berpikir untuk mencari tempat, tapi “dring...dring,” smartphone Alex berbunyi dan dia langsung mengangkat telaponnya. Sepertnya Sofi menelpon Alex, setelah telepon di tutup, Alex berdiri,
“Sori ya, gue pulang dulu, gue tenangin ade gue dulu (menoleh melihat Lina) gue akan jelasin soal kita ama dia,” ujar Alex sambil mengacungkan ibu jarinya dan berkedip kepada Lina.
“Soal kita yang baru ketemu hari ini dan tidak pacaran kan ?” tanya Lina mempertegas.
“Yap bener atau mau sebaliknya ? gue sih santai hehehe,” jawab Alex.
“Buk,” sebuah bantal melayang kemudian mendarat di wajah Alex dan tangan Lina masih terangkat menandakan kalau dia yang melempar bantal itu,
“Bencada hehehe,” ujar Alex.
“Ceritain yang bener ya kak, gue ga mau punya musuh,” balas Lina.
“Iya iya santai aja napa, dah ya, gue cabut dulu, besok kita ngumpul lagi di sekolah,” ujar Alex.
Setelah itu Rio, Sarah dan Lina mengantar Alex keluar dan setelah Alex pergi, mereka kembali masuk ke dalam dan duduk di sofa,
“Haaah padahal aku mau hidup tenang dan bersenang senang, malah jadi seperti ini,” ujar Sarah menghela nafas.
“Sama, tapi cukup menyenangkan menyelidiki benda asing yang tidak kita ketahui dan latihan,” ujar Rio.
“Prioritas lo latihan kan ? ngaku,” ujar Sarah.
“Haha benar,” balas Rio.
“Tapi yang di katakan kak Alex itu ada benar nya juga, ga percuma dia demon lord, udah banyak pengalaman, udah sepuh,” balas Lina.
“Ya, apapun itu yang muncul di samudra pasifik jelas tidak bisa di remehkan dan di anggap tidak ada,” balas Rio.
“Gue tahu, gue setuju untuk latihan dan mungkin saja dengan begini gue jadi tahu tentang diri gue lebih dalam lagi,” ujar Sarah.
“Itu benar Sar, gue juga merasa seperti itu,” tambah Lina.
“Baiklah, gue masak dulu buat malam, lo berdua tunggu saja di sini,” ujar Rio berdiri.
Rio berjalan ke dapur dan menunduk membuka kulkas untuk melihat dalamnya, Lina pindah ke sebelah Sarah,
“Sar, bukannya kita baru makan ya ?” tanya Lina.
“Biarin aja, gue tahu dia kepikiran ortunya, kita ikuti aja,” jawab Sarah.
“Lo ngerti banget kak Rio ya ?” tanya Lina.
“Gue ama dia senasib, pola pikir gue dan dia mirip mirip, gue rasa lo juga gitu,” jawab Sarah.
“Beda, gue belum pernah ngerasain punya orang tua, waktu kecil gue sakit, pas idup lagi nyokap udah ga sama gue, jadi gue ga pernah tuh ngerasain kasih sayang dari nyokap,” balas Lina.
“Sori, gue ga maksud ngungkit lagi,” balas Sarah.
“Ga apa apa, gue ngerti kok maksud lo,” balas Lina.
Setelah itu, keduanya diam dan hanya melihat Rio yang sedang sibuk di dapur dari ruang tengah dengan wajah sedikit sedih karena mereka paham khawatirnya Rio dengan kondisi kedua orang tuanya.
******
Sementara itu, Alex yang sudah sampai rumahnya, bergegas naik ke atas dan masuk ke kamar Sofi, ketika masuk Sofi sudah menunggu di dalam dengan wajah cemberut dan melipat tangan di dada.
“Kakak lama,” ujar Sofi.
“Maaf Sof, tadi nganterin dulu,” ujar Alex.
“Si dada besar itu ?” tanya Sofi.
“Aduh namanya Lina, dia anak kelas 10, lagian aku baru ketemu dia hari ini kok, dia bonceng aku karena tidak ada tempat lagi, cuman itu,” jawab Alex.
“Oh baru kenal sehari udah ngajak ke rumah ?” tanya Sofi.
“Kan ada Sarah dan Rio juga, ga berdua doang kan,” jawab Alex.
“Tetep aja kak, maaf bukannya aku ikut campur, tapi kakak payah kalau memilih perempuan, udah berapa banyak yang kakak pacari dan ujung ujungnya selingkuh atau ninggalin kakak, kakak ga marah dan terkesan cuek aja walau kelihatan banget kecewa berat, aku ga mau kakak kecewa lagi tau,” balas Sofi.
“Iya aku tahu, tapi bener, aku tidak ada apa apa dengan Lina, aku baru bertemu dia hari ini,” balas Alex.
“Hmm ya udah, aku tuh sayang kakak tau, aku ga mau kakak ku yang ganteng ini tapi nasibnya sial soal cewe kecewa lagi untuk kesekian kali nya,” ujar Sofi sambil memeluk Alex.
“Iya iya makasih ya Sofi adik ku tersayang (tapi si Lina boleh juga, cantik dan di punggung empuk pas bonceng hehe),” balas Alex memeluk Sofi.