SEASON 2 NOT CONSIDERED
Melewati masa kritis karena tragedi yang menimpanya, membuat seorang Elina trauma pada penyebab rasa sakitnya. Hingga dia kehilangan seluruh ingatan yang dimilikinya.
Morgan, dia adalah luka bagi Elina.
Pernah hampir kehilangan, membuat Morgan sadar untuk tak lagi menyia-nyiakan. Dan membuatnya sadar akan rasa yang rupanya tertanam kuat dalam hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WILONAIRISH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 5
Morgan sudah standby di rumah yang sudah dibelinya, yang letaknya tepat di samping rumah Elina. Morgan juga sudah menyiapkan semua peralatan yang bisa menunjang dirinya untuk mengawasi Elina dari tempatnya itu.
Ada teleskop dengan berbagai macam juga drone, yang baru di belinya. Seniat itu Morgan menyiapkan semuanya. Meskipun begitu, namun sebenarnya tak cukup membuat hatinya puas.
Karena Morgan ingin bertatap langsung dan melihat kekasihnya dalam jarak yang dekat. Namun mengingat Elina yang menolak kehadirannya, dan info yang baru saja Viola berikan terkait alasan Elina mengusirnya.
Morgan menjadi sadar, kalau Elina tampaknya mengalami trauma tersendiri pada dirinya. Tentu saja, Morgan memang sadar diri sudah banyak menyakiti dan melukai perasaan Elina.
"Gue gak akan lepasin lo, El. Sekalipun lo benci gue." Gumam Morgan mulai memposisikan teleskopnya ke arah rumah Elina.
Morgan dapat melihat dengan jelas pemandangan indah di sekeliling rumah kekasihnya yang di kelilingi oleh bunga-bunga yang tampak mulai bermekaran.
Mengalihkan fokusnya ke arah lain, Morgan mencari keberadaan Elina di sekeliling tempat yang dapat terjangkau oleh alat yang digunakannya. Dan ... yap akhirnya dia mendapatkan titik tepat yang dicarinya.
Di sana Elina tengah bersama wanita, sahabat Elina satunya. Morgan lupa siapa namanya, hm Bianca, ya bukankah Bianca namanya.
"Cantik" gumam Morgan saat matanya fokus ke arah wajah Elina.
Melihat kekasihnya yang tampak menawan membuat Morgan mengulas senyumannya. Rindunya semakin menggebu setelah melihat wajah Elina dengan jelas.
Sampai kapan Morgan harus menahan rindu ini? Rasanya hatinya menggebu untuk segera menemui Elina. Apalagi jarak mereka sedekat ini.
Morgan mengambil ponselnya, menekan salah satu nomor yang terdaftar di kontaknya. Hingga deringan ketiga baru si empunya mengangkat panggilan darinya.
"Cari tau kapan orangtua El pergi ke luar kota atau kemana pun yang bikin gue ada kesempatan buat nemuin El." Ujar Morgan dengan datar, dan langsung menutup panggilan tanpa menunggu respon yang dihubunginya.
Sementara Viola berdecak kesal dengan kelakuan Morgan. Seenak jidat memerintah dirinya begitu saja. Mana tidak menunggu dirinya menjawab atau setidaknya merespon. Kesal, Viola dibuat kesal.
"Nath, please jangan nambah beban pikiran aku. Udah pusing aku sama kondisi El." Keluh Viola saat kembali dihubungi kekasihnya yang sedang ldr dengannya. (Kisah mereka ada ya, dengan judul Out Of Selfishness)
Kembali pada Morgan yang seolah tak merasa bersalah sama sekali sudah membuat kekesalan di hati Viola. Morgan masih fokus mengamati interaksi Elina dan Bianca .
Morgan senantiasa ikut tersenyum, kala Elina juga tersenyum atau tertawa karena ocehan Bianca. Hingga tiba-tiba Elina tampak seperti melihat ke arahnya. Membuat Morgan terkejut seketika. Langsung menunduk supaya tak terlihat oleh meraka.
apa dirinya ketahuan?
Morgan memberanikan diri untuk bangkit, mengamati kembali. Sepertinya Elina tak sengaja saja saat menatap ke arahnya. Karena saat ini yang terlihat Elina dan Bianca kembali berbincang seperti sebelumnya.
Lama Morgan nyaman dengan aktivitas itu, hingga kedatangan Shella yang terlihat menghampiri Elina dan Bianca membuatnya terkejut.
"Apa yang wanita itu lakukan?" gumamnya dalam hati.
Morgan masih setia mengamati mereka. Ia melihat dengan jelas, Shella tampak seperti meminta maaf pada Elina. Apa wanita itu benar-benar merasa menyesal? Atau hanya sandiwara.
Melihat Shella yang mencoba meminta maaf, ia jadi tersadar untuk segera melakukan hal yang sama. Meskipun Elina tak mengingat kesalahannya dan dirinya.
Namun siapa tahu dengan pengakuan salahnya, Elina akan perlahan ingat semuanya. Bisa saja trauma karena rasa sakit yang ia berikan sedikit banyaknya mempengaruhi penyebab Elina mengalami amnesia.
***
Sementara Elina yang sedang asik berbincang dengan Bianca. Entah mengapa merasa diperhatikan seseorang. Ia menatap sekeliling, dan berhenti pada titik di mana rumah di samping rumahnya berada.
Elina memperhatikan sejenak, namun tak menemukan siapa-siapa. Ah mungkin hanya perasaannya saja. Karena baru saja mengalami kecelakaan, mungkin tingkat parno pada dirinya meningkat.
"Kenapa, El?" tanya Bianca yang melihat Elina tampak kebingungan sendiri.
Elina menggeleng. "Enggak kok, gue kayak ngerasa ada yang liatin dari tadi. Tapi kayaknya cuma perasaan gue aja." Ujar Elina dengan jujur.
Bianca mengangguk-anggukkan kepalanya. "Hm gue kirain lo mulai inget sesuatu. Lagian di komplek rumah lo kan aman, gue yakin gak akan ada yang mau buang-buang waktu ngeliatin kita gak sih." Ujar Bianca sesuai pemikirannya.
Elina mengangguk membenarkan. "Iya sih, kayaknya emang perasaan gue aja." Ujar Elina lagi.
Mereka kembali melanjutkan obrolan mereka yang sejak tadi begitu seru. Mereka membahas topik-topik random. Tepatnya Bianca yang banyak bercerita tentang kekonyolan mereka saat kuliah, maupun saat pergi bersama.
Bianca juga menyelipkan cerita-ceritanya bersama mantan kekasihnya dan pria-pria yang pernah mendekatinya.
"Jadi sekarang, lo belum jadian sama Rey?" tanya Elina penasaran.
Sejak tadi Bianca bercerita tentang Rey yang sudah dua bulan mendekatinya. Namun belum ada kepastian dari pria itu, entah Bianca di pho atau memang cowok itu belum cukup yakin saja.
Bianca menggeleng lemah. "Kayaknya dia gak beneran naksir gak sih. Mungkin gabut aja kali ya, dia deketin gue, El" ujar Bianca dengan wajah lesunya.
Mereka memang sering bertukar pesan dan sering mengobrol bersama via telpon. Kadang Bianca juga diajak jalan oleh Rey, karena mereka memang satu kampus meskipun beda fakultas.
Tapi sampai detik ini, Rey tak menunjukkan niat untuk meresmikan hubungan mereka. Bagaimana Bianca bisa berpikir positif kalau begitu kan.
"Mungkin dia nunggu lo lulus dulu, Bi. Kalau enggak emang belum aja. Mungkin Rey masih ragu kayak lo. Dia pikir kalau lo takutnya nolak dia. Bisa aja kan?" jelas Elina dengan pikiran logisnya.
Belum sempat Bianca menanggapi, sebuah suara mengejutkan mereka yang asik berbincang. Baik Elina maupun Bianca terdiam membeku melihat kehadiran wanita itu.
Shella
Elina membeku karena terkejut dengan kedatangan orang asing yang ia merasa tak kenal. Sedangkan Bianca terkejut karena tak percaya Shella masih berani menunjukkan wajahnya di hadapan Elina.
Sedikit banyaknya, Shella lah penyebab rasa sakit yang Elina rasakan. (Kisah lengkapnya di season 1 "Not Considered" )
Wah wah masih ada muka ternyata wanita itu, tak merasa bersalah kah atas apa yang sudah dilakukannya?
"Ngapain lo kesini?" ketus Bianca.
"Bi, gue kesini mau mastiin keadaan El dan jengukin. Gue juga mau minta maaf sama El." Jawab Shella.
"Siapa ya?" tanya Elina yang merasa tak mengenali wanita yang baru saja datang itu.
Selain Morgan, Shella juga salah satu orang yang tak mereka ceritakan pada Elina. Mereka sengaja skip orang-orang yang terlibat dalam sebab rasa sakit Elina.
"El, lo beneran amnesia?" tanya Shella terkejut.
Next .......