Semua terjadi begitu saja, karena ibu yang menjodohkannya maka Hasyim terpaksa menikahi karena menurutnya Cinta akan tumbuh karena terbiasa bersama. Sedangkan Hana menerima pernikahan tersebut karena sudah istikharah, dialah jodohnya!
Penasaran? yuk ikuti cerita Hani_Hany hanya di noveltoon ♤♤♤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3
Seusai mandi Hasyim ke rumah temannya namanya Hardi. Anak yatim piatu tetapi banyak harta peninggalan orang tuanya, hanya Hardi dan kakak²nya tidak mampu mengelolanya.
"Kamu tadi lihat Abdul?" tanya.
"Gak tuh! Aku juga baru pulang. Emang kenapa Hasyim?" tanya Hardi.
"Biasa ibu nyariin anak kesayangan." canda Hasyim.
"Kamu anak pungut ya?" canda Hardi juga.
"Iya, anak pungut di Got. Hahaha." jawabnya asal. "Emang aku gak mirip orang tuaku ya?" tanya Hasyim.
"Mirip sih tapi kayak di anak tirikan. Hahaha." ledek Hardi.
"Ya sudah deh! Aku mau pulang saja. By." ujar Hasyim seraya meninggalkan rumah Hardi. Hasyim pulang ke rumahnya dengan berjalan lesu, samar² dia mendengar percakapan ibunya.
"Halo, iya bu Rahma apa kabar?" tanya bu Setia.
"Kabar baik bu Setia, kita sekeluarga bagaimana kabarnya?" tanya balik.
"Alhamdulillah kami baik bu Rahma, dimana posisi sekarang bu?"
"Di Toraja bu, ini lagi ada tugas sekolah untuk mengabdi kepada masyarakat Toraja bu."
"Wah sibuk rupanya bu Rahma."
"Tidak juga bu karena sedang dipenginapan ini. Ada apa bi Setia?"
"Begini bu Rahma, adakah teman ta cewek yang baik, ya menurut kita bagus untuk anak saya bu Rahma! Saya sudah mau punya mantu bu! Hihihi." ujar bu Setia jujur.
"Nanti saya tanya teman saya ya bu, ada yang masih jomlo bu, ya meski pun rata² sudah menikah bu." jelasnya.
"Iya bu Rahma, segera kabari saya kalau ada ya!" ucapnya semangat.
"Iya bu, nanti saya kabari kalau sudah ada informasi. Saya tutup dulu ya bu, sebentar lagi kegiatan saya akan dimulai lagi." ucapnya ramah.
"Siap bu Rahma, maaf saya sudah mengganggu. Assalamu'alaikum."
"Gak apa² bu santai saja. Waalaikumsalam."
***
"Gencarnya ibu mencarikan jodoh buatku, ya sudah lah terserah ibu saja yang penting ibu bahagia." gumamnya dalam hati lalu masuk ke dalam rumah.
"Gak ada Abdul bu, mungkin di rumah temannya di Kota bu."
"Sudah kamu telfon kah?" Hasyim hanya geleng² kepala sebagai jawaban. "Biar ibu yang telfon saja." lalu melakukan panggilan pada Abdul.
"Kamu dimana nak?"
"Abdul masih di Kota bu, masih sama teman²."
"Ya sudah hati² nak."
"Iya bu." jawabnya singkat.
"Ibu gak suruh Abdul pulang?" tanya Hasyim heran.
"Dia masih ada acara sama temannya di Kota." jawabnya enteng.
"Kenapa kalau saya yang keluar di telfon kanan kiri bu?"
"Kamu dimintai tolong orang tua gak mau ya?" tanya ayah Limin yang tiba² muncul.
"Bukannya gak mau Yah, kan sekali² juga aku ingin nongkrong sama teman²!" ujar Hasyim memelas.
"Kamu lebih pentingkan teman kamu daripada orang tua kamu?" tanya ayah Limin bernada tinggi yang mulai terpancing emosi.
"Ya Yah maaf." lebih baik mengalah daripada harus emosi.
Hening
Hening
"Saya mau ke rumah kebun ya bu? Saya nginap disana!"
"Iya, jangan lupa besok pagi² antar ayahmu ke kantor nak." jawab ibu Setia lembut penuh maksud.
"Iya bu." jawab Hasyim singkat.
***
Flashback On
'Hai kak, lagi apa kak?' chat dari Nana untuk Hasyim.
'Di rumah kebun de. Kenapa?'
'Saya di Kota kak, bisa tolong jemput kak?'
'Memang darimana mau kemana de?'
'Dari Kampung kak mau ke kampus, mau pulang tapi sudah kesorean kak.'
'Iya tunggu de biar saya antar.' Hasyim berganti pakaian lalu mengambil kunci motornya untuk menjemput Nana.
"Dia dimana ya? Depan kampusnya kapang!" gumamnya pada diri sendiri. Lalu menuju Kampus Kesehatan yang ditempati Nana.
"Hay de, sudah lama nunggu ya?" tanya Hasyim.
"Belum kok kak. Maaf merepotkan kak."
"Gak kok de!"
"Ciee pacarnya ya!" Ujar Rara teman Nana.
"Bukan tau!" ucap Nana malu².
"Pacar juga gak apa² kok, kalian cocok." ucap Rara sambil kedipkan mata pada Nana. "Ciee salah tingkah Nana." ledek Rara.
"Ayo kak, jangan diladeni teman aku itu. By." Nana melambaikan tangan pada Rara ketika meninggalkan Rara di depan kampusnya. "Kita singgah dulu makan yuk kak, aku lapar!" ajaknya.
"Iya. Dimana?" tanya Hasyim.
"Di Warung Bakso terenak di Palopo kak, kita saja yang pilihkan tempatnya." ucapnya penuh semangat.
"Ok bos." Hasyim memang dasarnya baik jadi bikin perempuan baper.
"Wah ramai tempatnya kak, pasti enak baksonya." turun dari boncengan motor dengan semangat. "Ini helmnya kak." ujarnya. Kemudian mereka masuk untuk memesan bakso.
"Baksonya 2 ya Mbak, dengan Es tehnya 1 dan air mineral 1 Mbak." ucap Nana.
"Kamu tau saya suka minum air mineral setelah makan?" Nana hanya mengangguk.
"Kakak suka gak sama aku?" tanyanya serius.
"Ha?" Hasyim blank. "Suka lah, kalau gak suka gak aku temani kesini." Nah kan Nana makin baper!
"Ih kakak So Sweet banget. Aku makin sayang. Kalau aku cinta sama kakak boleh gak?"
"Kenapa?" tanya Hasyim asal.
"Iya aku suka sama kakak, cinta. Aku mau kakak jadi pacar aku!" tembaknya.
"Kamu sekolah saja dulu supaya pintar, kuliah yanh bener, nanti kalau kita jodoh gak akan kemana!" jelas Hasyim.
"Jadi aku ditolak?" tanyanya dengan wajah memelas supaya Hasyim luluh, diimut²kan juga!
"Ya sudah kita jalani saja ya!" ujar Hasyim. Nana mengangguk bahagia seraya tersenyum. Tiba² makanan dan minuman datang.
"Makanlah, katanya lapar."
"Kakak juga makan ya?" Hasyim hanya mengangguk sambil memperhatikan Nana.
"Benarkah keputusanku menerima cintanya?" gumam Hasyim dalam hati. Kemudian dia memakan baksonya.
"Mbak ini bayarannya." saat Hasyim menuju kasir.
"Meja sana ya Mas?" Hasyim mengangguk. "Semua 35rb Mas." Lalu Hasyim menyodorkan uang berwarna biru 50rb. Sambil menunggu kembalian Hasyim melihat Nana masih duduk dikursi dengan memegang hp sambil tersenyum.
"Mungkin dia balas chat." gumam Hasyim dalam hati. Lalu Hasyim menerima sisa uangnya kemudian menghampiri Nana. "Ayo pulang." ajaknya.
"Ayo kak. Tapi gak jalan atau nonton dulu gitu, kan kita baru jadian!" tawar Nana.
"Gak de, kakak harus segera pulang karena sudah dicari sama orang tua."
"Ok lah kak." jawabnya sambil tertunduk lesu. Mereka menaiki motor menuju Lamasi dengan suasana hening dengan pikiran masing².
"Eh, kayaknya motor mogok de, tunggu kakak cek bensinnya! Masih ada kok. Apa businya ya?" gumamnya pelan yang masih didengar Nana.
"Rumah aku dah dekat kok kak, ayo didorong saja." ajak Nana. Hasyim mengangguk lalu mendorong motornya menuju rumah Nana.
"Rumah kamu yang mana?" tanya Hasyim. "Kayak gak asing ini rumah sekitar sini." gumamnya dalam hati.
"Itu kak yang pagar hitam. Dekatkan?" ucapnya semangat.
"Ha? Kamu anaknya siapa?"
"Pak Wandi, mamakku Winda." jawabnya.
"Jadi Nando dan Nanda kakak kamu?" tanyanya penasaran.
"Iya kak. Kakak kenal?" makin girang.
"Iya. Astaghfirullah salah orang maka ini." gumam Hasyim pelan yang didengar samar oleh Nana.
"Kenapa kak?"
"Gak, nanti aku langsung saja ya karena motorku harus segera dibawa ke bengkel."
"Iya kak, lain kali ke rumah ya?" Hasyim hanya mengangguk lalu pamit saat Nana sudah masuk pagar rumahnya.
Saat perjalanan ke bengkel, Hasyim merutuk pada dirinya sendiri.
"Awah kenapa juga gak selidiki dulu, keluarganya pale ayah itu!" gerutunya pada diri sendiri. "Ini harapannya nah supaya anaknya dapat keluarganya, tapi bagaimana mi pesan Mbah Buyut dulu gak mungkin juga mau dilanggar." lanjutnya.
Setibanya dibengkel motornya diperbaiki, berselang satu jam baru Hasyim bisa pulang ke Palopo.
"Capek juga." Lalu terlelap dalam mimpi. Hasyim pulang ke rumah kebun yang biasa dia tempati untuk mencari ketenangan.
Flashback off
...----------------...
Bersambung ☆☆☆☆☆