SEQUEL BURN WITH YOU
Declan Antony Zinov dituduh membunuh keluarga angkatnya yang kaya raya demi sebuah warisan. Tapi semua itu tidak terbukti sehingga pria itu menjalankan bisnis keluarganya dan menjadikan Declan pria kaya raya dan juga ditakuti karena sikapnya yang kejam.
Lucyanna Queen Nikolai merupakan cucu seorang mafia yang sudah lama menaruh hati pada Declan karena telah menyelamatkan nyawanya saat kecil. Ia sering mencari tahu berita tentang pria pujaannya itu dan berniat melamar kerja di perusahaan milik Declan.
Setelah bertahun-tahun lamanya, Declan dipertemukan kembali dengan gadis yang pernah ia selamatkan. Tapi melihat bagaimana wanita itu terang-terangan menyukainya membuat Declan bersikap kasar agar Lucy tidak lagi mendekatinya.
Tapi, ketika Lucy tertembak karena berusaha melindunginya. Barulah Declan menyadari betapa berartinya Lucy di kehidupannya selama ini.
#Cerita ini lanjutan dari cerita Burn With You dimana masa kecil mereka ada di Bab akhir. Selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Athaya Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17
"Lucy. Kau sudah bangun." Declan memeluk tubuh Lucy begitu melihat wanita itu membuka matanya. "Terima kasih, Tuhan. Akhirnya kau bangun juga."
"Declan. Aku takut," gumam Lucy pelan sembari menangis.
Declan mengecup puncak kepala Lucy berulangkali dan menenangkan wanita itu. "Semua baik-baik saja. Kau tidak perlu takut, Lucy. Mulai saat ini aku yang akan menjaga dan melindungimu. Tidak akan ada yang berani melukaimu."
Lucy memandang sekeliling dan menyadari jika ia sedang tidak berada di rumah sakit. Ia juga tidak melihat mommy dan juga adiknya Serena. "Ini dimana, Declan?"
Declan melepas pelukannya perlahan dan menuangkan minuman ke dalam gelas yang sudah disediakan di atas meja kecil yang ada disamping tempat tidur Lucy. Ia tahu wanita ini pasti akan sangat marah dan tidak akan mudah baginya untuk membujuknya.
Lucy memandang sekeliling untuk kedua kalinya dan lebih memperhatikan apa yang ada di dalam ruangan yang merupakan sebuah kamar dengan beberapa hiasan dinding mengingatkan dirinya akan sosok Declan.
"Aku tidak tahu apa sekarang aku sedang bermimpi atau tidak, tapi ini bukan rumah sakit yang aku lihat saat aku terbangun beberapa hari yang lalu." Lucy berkata dan meminta jawaban dengan menatap ke arah Declan.
"Kau benar. Sekarang kau sedang berada di rumahku yang terletak di tengah hutan. Tidak akan ada seorangpun yang bisa menemukan keberadaanmu disini." jawab Declan
Lucy menatap kaget ke arah Declan dan mencengkram kemeja yang dipakai pria itu. "Apa kau menculikku dari rumah sakit dan membawaku kesini? Apa kau sudah gila? Kau tahu apa yang akan dilakukan keluargaku jika mereka menemukan keberadaan kita?"
"Aku tidak peduli. Untuk saat ini, kau adalah yang paling penting bagiku." Balas Declan santai dan beranjak dari duduknya dengan melepas cengkeraman Lucy perlahan.
"Aku akan menyiapkan sarapan untukmu. Pasti kau sangat lapar karena sudah tidur berhari-hari." Declan berkata lagi sembari keluar dari kamar menuju dapur untuk menyiapkan sarapan untuk wanita itu.
Lucy merasa cemas karena Declan sudah memancing emosi kakek dan juga ayahnya. Bukankah sikap Declan akan menambah rasa benci kakek padanya? Batin Lucy dalam hati.
"Declan. Bagaimana kau bisa membawaku kesini? Siapa yang sudah membantumu? Apa kau tahu bagaimana kemarahan yang akan kakek rasakan padamu nanti? Kakek dan Daddy bisa saja membunuhmu dan-
"Apa kau masih memikirkan semua itu setelah apa yang terjadi padamu? Kau akan aman disini dan aku tidak akan melepasmu lagi. Bahkan kepada keluargamu sendiri." Sahut Declan dengan wajah marah.
Lucy menatap wajah pria yang sangat ia cintai itu dengan intens dan tahu alasan mengapa Declan melakukan semua ini. Ketakutan akan kehilangan dirinya, membuat pria itu nekat dan entah dengan siapa dia bekerjasama. Mengalahkan kekuatan pengawal keluarganya buka hal yang mudah dan ia tahu pasti seseorang yang membantu pria itu lebih tinggi dari kedudukan keluarganya.
"Apa kau tahu bagaimana mom dan juga Rena yang mencemaskan keadaanku? Setidaknya kau harus memberitahu mereka bahwa aku baik-baik saja." Lucy berkata pelan sembari meremas tangannya. "Meski bagimu keluargaku adalah orang-orang yang berbahaya, tapi bagiku tidak. Mereka adalah orang yang aku sayangi di dunia ini."
Declan menatap wajah Lucy yang terlihat lebih kurus sejak ia tidak sadarkan diri selama hampir seminggu. Mata wanita itu hampir menangis dan berusaha ia tahan, karena tidak ingin terlihat oleh dirinya. "Baiklah. Aku akan mengirimkan kabar pada adikmu tentang keadaanmu saat ini."
Setelah itu, Declan meninggalkan ia sendirian di dalam kamar. Lucy yang sudah merasa tubuhnya kembali pulih berusaha bangkit dan mengambil makanan yang sudah pria itu siapkan untuk dirinya. Ia tahu pria itu sangat marah dan Lucy tidak ingin berbicara dengan pria itu untuk saat ini.
"Aku akan menyuapimu?" Ujar Declan saat masuk kedalam kamar dan melihat Lucy makan sendiri.
Lucy membersihkan mulut dengan tisu dan merasakan tubuhnya sedikit tegang dengan keberadaan Declan didekatnya. "Aku sudah selesai. Bisakah kau membantuku membersihkan tubuh dan berganti pakaian?"
"Baiklah. Aku akan menyiapkan air hangat untukmu. Diluar udara sangat dingin. Sudah beberapa hari turun salju." Declan berkata sembari membuka lemari dan memilih pakaian yang akan digunakan oleh Lucy.
"Apakah kau yang menyiapkan semua pakaian itu? Maksudku apakah ada yang tinggal disini selain kita?" Tanya Lucy ketika Declan menggendong dan membawanya ke dalam kamar mandi.
Declan meletakkan tubuh Lucy kedalam bak mandi setelah membuka pakaian wanita itu. Ia meraba bekas jahitan yang terkena tembakan dan merasa sedih. "Aku tidak akan membiarkanmu mengalami hal ini lagi."
"Aku baik-baik saja, Declan. Maafkan aku sudah membuatmu ketakutan." Lucy berkata sembari menyentuh pipi pria itu dengan telapak tangannya.
Declan kemudian membantu Lucy menggosok tubuhnya menggunakan sabun. "Kau adalah satu-satunya wanita yang pernah aku bawa kesini. Kuharap kau tidak akan ketakutan dengan beberapa penghuni yang juga tinggal disini."
"Apakah kau memelihara binatang buas?" tanya Lucy.
"Bagaimana kau tahu? Apakah kau tidak merasa takut akan itu?"
"Kau serius? Aku hanya asal bertanya, tapi aku sangat penasaran dengan peliharaanmu" ucap Lucy sembari memejamkan matanya ketika Declan mencuci rambutnya.
"Tunggu keadaanmu pulih sepenuhnya, aku akan mengajakmu berkeliling." Declan berkata sembari memakaikan pakaian baru dan mengeringkan rambut Lucy.
Beberapa saat kemudian Lucy kembali tertidur setelah obat yang ia konsumsi bereaksi. Declan kemudian kembali ke ruang kerjanya untuk mengikuti meeting yang sudah ia jadwalkan. Ia melakukan pekerjaannya dengan mengutus asisten kepercayaan seperti biasa ketika ia menghabiskan waktu di tempat ini.
"Mr. Barnett muda beberapa kali mencari anda, Tuan." Ucap asistennya ketika mereka melakukan panggilan video.
"Apa kau tahu apa yang dia inginkan?" Tanya Declan.
"Sepertinya Beliau ingin membeli salah satu bangunan milik kakek anda. Mungkin untuk hadiah yang ingin diberikan pada istrinya." Jawab sang asisten.
"Aku akan menemuinya Selasa depan setelah rapat perusaahan." Declan berkata sembari mengirim beberapa berkas yang sudah ia baca dan setujui.
Declan kemudian menutup panggilan dan juga laptopnya setelah selesai dengan semua pekerjaannya hari ini. Ia mengetuk jemarinya diatas meja dan berpikir mengenai pertemuannya dengan Lion, yang merupakan kakak sepupu Lucy.
Ia memutuskan bertemu pria itu karena yakin Lion tidak akan melukainya. Pria itu masih bisa diajak kerjasama, tidak seperti kakek dan ayah Lucy. Meski begitu saat ini Lucy berada bersamanya dan mereka tidak akan berani menyakitinya. Karena hanya dirinya yang tahu tempat persembunyian ini.
Declan beranjak dari bangkunya dan berjalan menuju kamar Lucy. Ia terkejut ketika tidak menemukan wanita itu didalam kamarnya. "Lucy?"