Sejak awal pernikahan,kehadiran Deandra tak pernah di anggap oleh suaminya, bagi athar dia hanyalah istri di atas kertas, terlebih statusnya hanya sebagai "pengganti" kakaknya yang seharusnya menikah dengan athar namun menghilang di hari pernikahan dan Dea lah yang akhirnya menjadi istrinya athar.
Berbagai usaha telah Deandra lakukan untuk meluluhkan hati sang suami, namun tak pernah terlihat sama sekali di mata athar.
Hingga akhirnya kesabaran Deandra mulai terkikis dan dia memilih untuk menyerah lalu mulai merubah sikapnya sama seperti sikap athar padanya, hal itu membuat athar merasa kehilangan, seperti ada sesuatu yang kurang yang selalu mengisi kesehariannya.
Perlahan sikap athar mulai berubah untuk meluluhkan sikap deandra kembali, di tambah persaingan cinta yang tanpa diduga muncul, membuat keduanya mulai menyadari perasaan masing-masing, lalu bagaimana kah akhirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
06
Sorenya ibu dan adik perempuannya tiba di rumah, Athar menyambut dengan senyum hangat.
"Kau tak berangkat ke kantor?kenapa tidak bilang. " tanya nyonya Gina setelah melerai pelukan puteranya.
"Jangan bilang istri mu itu tak becus dalam mengurusmu, " imbuhnya lagi dengan mata mendelik.
*Astaga tidak bu, aku memang sengaja mengambil cuti untuk satu hari, " seru athar berkilah. "Jangan menuduh istri ku yang tidak- tidak, " ujarnya baru kali ini dia membela Deandra.
"Alah kamu nih biasanya juga engga pernah membela si pengganti itu sekarang pake segala di bela nanti makin besar kepala. "
Deandra tak sengaja lewat dan mendengarnya berhenti, hatinya mendadak berdenyut sakit. Athar melihat itu menatap entah dengan tatapannya yang tak terbaca apa pria itu prihatin? entah Dea ragu untuk mendeskripsikan tatapannya.
"Sudah bu, baru ketemu jangan bicara yang ngelantur, " ucap Athar berusaha mencairkan suasana.
"Ya sudah ibu pengen duduk. "
"Bella di mana?" athar mencari keberadaan adiknya yang tak terlihat batang hidungnya.
"Masih di luar tadi sedang mengangkat telepon nanti juga masuk. Ayo ibu keburu kepanasan ini. "
Athar mengiyakan, ia ajak ibunya masuk ke dalam sementara kedua tangannya mengangkut dua tas milik ibu dan adiknya yang rencananya akan menginap disini.
Di dapur bi nah melihat deandra yang nampak sedih. "Nyonya kenapa?"
Menyadari bi nah memperhatikannya buru- buru Dea mengusap mata. "Tidak apa- apa Bi nah. "
"Jika ada masalah jangan sungkan untuk bicarakan dengan bibi, " ucap bi nah dia bisa merasakan Nyonya nya itu seperti memendam sesuatu dan butuh seorang pendengar.
Dea menghela nafas, tenggorokannya terasa tercekat, rasanya ia butuh seseorang untuk menceritakan segala keluh kesahnya.
"Bi, jika aku berpisah dengan mas athar, menurut bibi bagaimana? "
Bi nah tersentak kaget di usapnya dada yang hampir jantungan karena ucapan tiba-tiba deandra yang begitu mengejutkan.
"Apa nyonya yakin dengan keputusan nyonya?"
"Jujur aku sudah lelah dengan semuanya bi. Sepertinya mas athar benar-benar tak menginginkan pernikahan ini, sekeras apapun aku berjuang di hatinya hanya ada nama kak Ranty yang terpahat. "
Bi nah menatap iba, dia yang tidak berada di posisi Dea saja bisa merasakan kesedihan yang teramat dari gadis itu.
"Apapun keputusan nyonya, saya tak berhak melarang ataupun memberi nasihat nyonya." Bi nah mengatakan itu karena tahu seberapa lelahnya yang di rasakan deandra selama ini.
"Tapi pikirkan lagi dengan matang, bibi harap nyonya tidak menyesal mengambil keputusan nantinya. "
Deandra menghela nafas berat. Di pukulnya dada yang begitu nyeri, rasanya sungguh sangat sakit.Dia tahu sekarang tak ada kesempatannya lagi untuk mempertahankan hubungan ini karena kabar baik yang akan di sampaikan mertuanya nanti kepada sang suami akan memutuskan apakah ia bisa tetap tinggal atau harus angkat kaki dari rumah ini sebelum bisa mencairkan hati athar.
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
Makan malam begitu terasa ramai, Athar senang karena ibunya dan bella, meski terkadang ia menyadari hubungan ibunya dengan sang istri sepertinya tak pernah dekat.
"Kau kurus athar makanlah yang banyak, punya istri seperti tidak punya saja. Tak pandai dalam mengurus suami."
Deg! jantung deandra seolah berhenti saat itu juga ketika mendengar ucapan dengan nada sindiran yang di ucapkan ibu mertuanya.
Dia memilih diam, meski hatinya tercabik-cabik setelah mendengar ucapan itu tak akan ia tunjukkan kelemahannya saat ini.
"jangan begitu bu, selama ini deandra sudah melakukan tugasnya sebagai istri dengan baik. "
Mendengar athar bicara seperti itu kontan saja membuat Dea mendongak dengan mata berbinar. Baru saja dia mendengar athar sedang membelanya di depan ibu dan adik pria itu?
"Tumben, tak biasanya kakak membela si pengganti ini terus. " sahut Bella yang sebelumnya sejak tadi hanya diam.
"Bella." Athar sedikit membentak. "Jaga ucapan mu, dia kakak ipar mu. "
Menanggapi kemarahan kakaknya Bella hanya mencebik lalu menatap tak suka pada Dea.
Deandra mengerti sejak dulu Bella memang sudah menunjukkan sikap tak suka padanya meski begitu dia tidak seperti ibunya yang secara terang-terangan menunjukkannya jadi Dea tak terlalu perduli.
"Sudahlah jadi merusak suasana makan saja. " tukas nyonya gina yang sedikit kesal, lalu untuk mencairkan suasana dia membangun obrolan kembali bersama athar dengan topik yang berbeda.
"Oh ya ibu lupa memberikan mu kabar bahagia untuk mu, " ucap nyonya gina di sela pembicaraan mereka dengan tersenyum senang.
"Iya ibu bilang ingin mengabarkan hal yang bahagia, apa itu. "
Mata nyonya gina sempat melirik ke arah putrinya sebelum berbicara kembali. "Ranty akan kembali, Athar. "
Deg!
Tentulah athar terkejut dengan berita itu. "Ranty? "
Nyonya Gina mengangguk antusias. "Iya dia sudah mengabarkan ibu dan adik mu. "
Sementara Dea tetap duduk dengan tenang seolah tak mendengar apa- apa meski sebenarnya dialah yang di kasih tau lebih dahulu oleh kakaknya langsung.
Tatapan Athar kini mengarah padanya namun Dea pura- pura untuk tak perduli.
"Bagaimana kau senang kan? "
Jujur, athar tidak tahu harus beraksi seperti apa.
"Oh ya Deandra kau sudah melakukan apa yang ibu pinta kan? "
"Sudah." Jawab Deandra lugas.
"Jangan hanya sudah- sudah kau harus ingat kamar yang akan ranty suapi harus yang ber-AC dengan suhu sedang dan jangan ada wewangian karena dia tak suka itu. "
Dea mendongak menatap ibu mertuanya yang tak pernah menggangap dirinya sebagai menantu bagi mereka hanya ranty yang pantas menyandang gelar itu.
"Sudah bu, aku sudah melakukan semua yang ibu pinta. "
"Bagus." balas nyonya Gina tanpa memikirkan bagaimana perasaan Dea saat ini.
"Tunggu jangan bilang ranty akan tinggal disini? "
"Loh, tentu saja athar. Dia kan calon istri mu yang sebenarnya sudah seharusnya kan begitu. "
"Tapi bu. "
"Tidak ada tapi- tapi athar, dulu kita sudah sepakat untuk janji seperti ini. "
Athar berdecak kesal, tangannya terkepal erat hingga menampilkan buku- buku tangannya.
Selesai makan Athar sudah menunggu Dea dengan bersender di pintunya kulkas.
"Tunggu dera! " pria itu segera menahan tangan sang istri saat Deandra lagi- lagi berusaha untuk menghindari nya.
"Apa?! "
Athar menghela nafas, Deandra yang dulu lembut dan ceria kini sudah berubah drastis, Dea tak sama seperti dulu.
Jujur ia merindukan sang istri yang dulu.
"Aku ingin bicara dengan mu. "
"Bicara disini saja mas, aku tak punya banyak waktu. "
"Kenapa kamu menuruti perintah ibu dan kenapa kamu hanya diam saja saat ibu bilang jika ranty akan tinggal disini? "
"Lalu aku harus bagaimana? menolaknya?! " ujar Dea dengan sengit. "Bukankah itu sama saja aku durhaka pada ibumu. Dulu kau yang bilang meski kita suami- istri di atas kertas aku harus tetap menghormati orang tua mu dan mematuhi perintah nya apa aku salah? "
Athar diam, sungguh deandra semakin pandai dalam membalikkan kata- katanya.
"Aku hanya ingin kau marah. " Athar berbicara dengan nada yang terdengar lelah.
Menghela nafas yang terasa berat, kali ini athar menatap deandra dengan lebih lembut.
"Katakanlah kalau kau tak suka atau apapun jangan hanya diam saja dan berpura-pura seolah menerima semuanya. "
Jujur ia tak tahan jika deandra terus diam seperti ini.
Mereka berdua saling tatap hingga tanpa sadar deandra kini mulai meneteskan air matanya.
*
*
*
Bersambung
hrse athar bisa buat rumah sendiri kan masak gk punya duit, pa lagi nnti athar sibuk kerja tinggal nunggu hancurnya rumah tangga dea dan athar saja sih ini. kn athar tau ibunya gk ska ma Dhea mlh di ajak serumah, aneh. lbih baik tinggal di rumah sederhana drpd tinggal di rumah megah tp bnyak racun di dalamnya.