NovelToon NovelToon
Jadi Pembantu Demi Bayiku

Jadi Pembantu Demi Bayiku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu / Pengasuh / Pembantu
Popularitas:10.5k
Nilai: 5
Nama Author: Alitha Fransisca

Anna diperkosa Dean Monteiro yang menginap di hotel karena mabuk. Anna ancam akan penjarakan Dean. Orang tua Dean memohon agar putranya diberi kesempatan untuk bertanggung jawab. Akhirnya Anna bersedia menikah dengan Dean, tapi Dean berniat ceraikan Anna demi menikahi kekasihnya, Veronica.

Anna terlanjur hamil. Perceraian ditunda hingga Anna melahirkan. Anna yang tidak rela Dean menikah dengan Veronica memutuskan untuk pergi. Merelakan bayinya diasuh oleh Dean karena Anna tidak sanggup membiayai hidup bayinya.

Veronica, menolak mengurus bayi itu. Dean menawarkan Anna pekerjaan sebagai pengasuh bayi sekaligus pembantu. Anna akhirnya menerima tawaran itu dengan bayaran yang tinggi.

Dean pun menikahi Veronica. Benih cinta yang tumbuh di hati Anna membuat Anna harus merasakan derita cinta sepihak. Anna tak sanggup lagi dan memutuskan pergi membawa anaknya setelah mendapat cukup uang. Dean kembali halangi Anna. Kali ini demi Dean yang kini tidak sanggup kehilangan Anna dan putranya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alitha Fransisca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 ~ Tantangan ~

Anna mendapat pekerjaan baru sementara Dean bersantai-santai di kamar Veronica. Rebahan di kursi malas panjang yang mewah di balkon kamar Veronica yang luas dan modern. Sesekali gadis itu menyuapi anggur ke dalam mulut Dean.

Veronica duduk bersandar di dada Dean sambil menatap ke langit. Angin sepoi-sepoi membuat keduanya merasakan kenyamanan. Dean memeluk Veronica sambil memejamkan mata.

“Tumben di jam kerja udah main ke sini? Katanya mau serius kerja biar dapat izin nikahi aku?” tanya Veronica dengan suara manja.

“Hari ini aku males kerja. Pagi-pagi aku udah dibikin kesel,” jawab Dean.

“Kesal sama siapa?” tanya Veronica penasaran.

“Ya sama Daddy, sama cewek tengil itu juga. Pagi-pagi itu cewek udah muntah-muntah. Daddy minta aku anter dia periksa ke dokter kandungan ….”

“Haah! Jadi dia hamil?” tanya Veronica langsung duduk. Dean menganggukkan kepalanya. “Kamu nikah beneran sama dia?” tanya Veronica dengan nada yang semakin tinggi.

“Mana mungkin aku nikah beneran sama dia?” tanya Dean yang tak butuh jawaban.

“Tapi buktinya dia sampai hamil, artinya kamu menikmati bercinta sama dia ….”

“Bukan begitu kejadiannya! Aku melakukannya dalam keadaan mabuk. Aku udah cerita sama kamu, kan? Semua terjadi juga karena kamu. Kamu yang bikin aku kesal sampai teler begitu,” jelas Dean.

“Alasan! Sebenarnya kamu beneran suka kan sama dia ….”

“Hey! Jangan mulai lagi deh. Masa aku suka sama pembantu? Dia itu cuma tukang bersih-bersih kamar hotel. Mana mungkin aku tertarik padanya?” ucap Dean bertanya.

“Aku dengar dari teman-teman yang hadir di pernikahanmu, istrimu itu cantik. Benar, kan?” tanya Veronica dengan wajah yang cemberut dan mata yang berkaca-kaca.

“Mereka cuma bercanda sama kamu. Biar kami cemburu. Anna itu tidak ada apa-apanya dibandingkan kamu. Dia cuma gadis biasa,” jelas Dean sambil mengelus rambut kepirangan Veronica.

Veronica adalah anak satu-satunya. Paling suka jika rambutnya dielus dengan penuh kasih sayang. Dia sangat manja. Bagi Dean tidak masalah jika Veronica merasa cemburu. Dean memang tampan. Di manapun mereka berkumpul Dean selalu dilirik oleh gadis-gadis cantik dari kelas atas.

Namun, cuma Veronica yang ada di hati Dean. Gadis cantik yang selalu ingin bermanja-manja dengannya. Setiap kali Veronica merajuk, Dean akan berusaha mengusap lembut rambut gadis itu. Saat Dean melakukan itu Veronica akan menunduk tak lama kemudian gadis itu akan memeluk Dean.

“Aku sayang banget sama kamu,” bisik Dean.

Begitulah cara menundukkan Veronica tapi terkadang sulit jika Veronica tidak mau didekati. Gadis itu justru menjauh dan Dean akan menjadi frustasi. Dalam situasi Veronica mengabaikan Dean, laki-laki itu tak bisa menahan cemburu dan rasa rindu. Minum alkohol hingga mabuk akan menjadi pelariannya.

“Eh ada yang nelp tuh!” seru Veronica melihat ponsel Dean yang tergeletak di atas meja bergetar.

Belum sempat Dean meraih benda pribadi itu, tangan Veronica sudah menyambar benda pipih itu. “Oh ternyata dia nelp!” seru Veronica lalu berdiri ke arah pagar pembatas balkon.

Dean sendiri tidak tahu siapa dia yang dimaksud. Dengan seenaknya Veronica menerima panggilan telepon itu. Dean langsung berdiri hendak menghampiri. Terdengar suara riang Veronica saat menyapa penelpon dari seberang itu.

“Kakak, apa kabar? Apa Jepang begitu seru sampai lupa sama aku?”  tanya Veronica bermanja seperti gadis remaja.

“Lho, Dean ada sama kamu?” tanya penelpon.

“Ya, Dean lagi males-malesan di kamar aku,” jawab Veronica.

“Lho, katanya mau serius kerja. Jam segini malah males-malesan di kamar anak gadis,” jawab penelpon itu lalu tertawa.

“Dia beda sama Kakak. Kakak fokus kerja sampai Mommy mengira Kakak itu nggak minat menikah karena Kakak itu seorang gay ,” jawab Veronica.

“Jangan sembarang tuduh! Aku ini seratus persen laki-laki tulen dan sehat lho,” jawab penelpon itu kembali tertawa.

Veronica juga ikut tertawa. Mendengar percakapan Veronica, Dean telah tahu siapa orang yang telah meneleponnya. Karena itu Dean biarkan Veronica menguasai ponselnya.

Dean kembali duduk di kursi malasnya sambil menatap Veronica yang berjalan mondar-mandir. Kadang gadis itu tertawa kadang cemberut, kadang bermanja. Dean tidak tahu kapan Veronica akan menyerahkan ponselnya.

Kalau dia yang nelpon semangat sekali ngobrolnya, batin Dean dengan bibir yang sedikit miring.

Meski kesal tapi Dean terpaksa berdiam diri saja. Jika diprotes atau dibahas, Veronica bisa kesal lalu merajuk. Mereka bertiga memang sudah akrab sejak masih remaja.

“Dean, ini hp mu. Kakak mau bicara!” ucap Veronica sambil mengulurkan ponsel milik Dean.

Tentu saja mau bicara denganku. Untuk apa dia menelpon nomorku jika tidak ingin bicara denganku? Batin Dean sambil menerima ponselnya.

Dean menggerutu dalam hati, sementara Veronica tak peduli. “Aku mau ke bawah dulu, mau nitip apa?” tanya Veronica.

“Makanan apa aja. Aku laper,” jawab Dean sebelum menjawab penelpon itu.

“Ok, ntar aku suruh bibi anterin,” jawab Veronica kemudian keluar dari kamarnya.

Dean tersenyum. Veronica perhatian padanya membuat hati Dean berbunga-bunga. Setelah gadis itu berlalu di balik pintu, Dean beralih menatap ponselnya.

“Halo! Gimana kabarnya di sana?” tanya Dean berbasa-basi.

“Aku seperti biasa dengan kegiatan yang biasa-biasa saja. Kamu gimana kabarnya? Apa aku bilang. Veronica itu nggak bakal bisa lama-lama ngambek sama kamu,” jawab si penelpon.

“Ya, tapi setiap saat terasa seperti berada di ujung tanduk. Dia kalau bilang mau putus hubungan itu gayanya sangat serius,” jawab Dean yang dibalas dengan tawa dari seberang sana.

“Tapi syukurlah kalian udah baikan lagi. Kalau cinta pada seseorang memang harus bersabar,” nasehatnya.

“Kapan pulang?” tanya Dean kembali berbasa-basi.

Saat hatinya sedang bahagia, Dean tidak butuh siapa-siapa. Namun, saat hatinya sedang remuk, sahabatnya itu selalu hadir untuk menghiburnya. Dean setengah hati meladeni sahabatnya itu karena mood-nya yang mendadak buruk melihat semangatnya Veronica saat menerima telepon tadi.

“Mungkin nggak lama lagi aku pulang. Aku sebenarnya nggak sabar melihat caramu memimpin perusahaan. Bisnis Om Monteiro sangat besar. Jangan sampai hancur di tanganmu,” nasehat dari seberang.

“Baiklah Kakaaaak,” jawab Dean meniru cara Veronica memanggil sahabatnya itu.

“Apa-apaan kamu ini?” jawab dari seberang sambil tertawa.

“Bukannya seperti itu kalau Vero manggil kamu? Padamu dia panggil, kakak, kakak, kakak. Kalau padaku dia cuma panggil kamu, kamu, kamu,” tutur Dean dengan nada iri dan cemburu sementara dari seberang semakin terdengar keras tawanya.

“Karena dia anggap aku sebagai kakaknya. Kamu tau sendiri kan? Dia aku anggap sebagai adik perempuan yang tidak pernah aku miliki,” jawabnya.

“Ya aku mengerti,” jawab Dean.

“Ingat pesanku. Kamu harus lebih sukses dibandingkan Om Monteiro. Aku ingin tahu apa kamu mampu kalahkan aku.”

Dean tercenung mendengar nasehat sekaligus tantangan itu. Dean tidak yakin bisa lebih sukses dibandingkan ayahnya tapi saat mendengar tantangan itu, ego Dean merasa terpacu untuk bekerja lebih giat.

Sementara itu Anna yang baru saja mendapat posisi baru. Siap menerima perintah dari Bu Delima. Rasa letih menunggu Pak Didi langsung lenyap saat Bu Delima yang bersedia menerimanya.

“Kamu pergilah ke ruangan staff. Aku akan perkenalkan kamu pada para karyawan hotel ini,” ucap Bu Delima.

“Baik Bu, terima kasih banyak Bu Delima,” ucap Anna dengan sumringah.

Gadis itu segera melangkah menuju ruangan manajemen hotel. Sementara Bu Delima terlihat masih berdiri di samping Pak Didi. Ada sesuatu yang mengusik pikiran Bu Delima.

“Pak Didi, apa hubungan gadis itu dengan Tuan Dean? Kenapa Tuan Dean langsung yang beri perintah pada Pak Didi?” tanya Bu Delima.

“Saya nggak tau apa-apa, Bu. Saya nggak berani tanya. Bisa-bisa saya kena hardik Tuan Dean,” jawab Pak Didi.

Bu Delima mengangguk. Meski belum begitu lama Dean Monteiro menggantikan posisi ayahnya, Bu Delima telah paham watak dari pemimpin tertingginya itu.

Dean Monteiro bertekad untuk mengalahkan saingannya. Sementara Anna bersemangat dengan posisi barunya. Saat masuk ke ruangan itu, suasana kerja yang diimpikan Anna terpampang di depan mata.

Gadis itu mengangguk hormat dan tersenyum ramah pada siapa saja yang berada di ruangan itu. Bu Delima yang datang menyusul segera perkenalkan Anna pada semua karyawan di divisi itu juga divisi yang lain. Anna akan menjadi penghubung semua Divisi jika dibutuhkan.

“Cantik sekali, asisten kantor kita. Aku jadi semangat kerja nih,” ucap salah seorang karyawan yang langsung disambut dengan tawa oleh karyawan lain.

“Kalau aku bakal jadi males karena ingin dibantuin Anna terus,” sahut karyawan laki-laki yang lain.

“Kalau kalian nggak fokus kerja, kalian aku pecaat!” seru Bu Delima dengan suara lantang.

Ruangan langsung riuh dengan tawa. Mereka tahu Bu Delima tidak bisa memecat mereka seenaknya tapi penilaian kinerja mereka tergantung pada Bu Delima. Semua tidak ingin punya masalah dengan wanita 38 tahun yang sampai sekarang belum menikah itu.

...🍀🍀🍀 ~ Bersambung ~ 🍀🍀🍀...

1
Sering Halu
belum kelar halu nya ya?🤣
Sering Halu
othor mana lanjutannya?
Bang Wind
~semua salahku~
Bang Wind
~anna~
Bang Wind
~pemilik hati~
Sering Halu
☕☕☕
Sering Halu
♥️♥️♥️
Sering Halu
lanjutt thorrr
Sering Halu
/Kiss//Kiss//Kiss/
Sering Halu
hadirrr
Sering Halu
/Drool//Drool//Drool/
Sering Halu
♥️♥️♥️
Bang Wind
lanjuutt thorrrrrr
Sering Halu: 👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
total 1 replies
Bang Wind
Benci tapi butuh
Bang Wind
/Coffee//Coffee//Coffee/
Sering Halu: /Beer//Beer//Beer/
total 1 replies
Bang Wind
~jangan seperti ini~
Bang Wind
ada apa dengan mereka?🤣
Bang Wind
~apa salahku?~
Bang Wind
gua dtg lagi thorrr. hahahaha
Bang Wind
hi, othor 🙋
Alitha Fransisca: Tau aja nama lengkapnya 🤣
Bang Wind: say...ton 🤣
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!