Kaina Syarifah Agatha. Gadis cantik yang cerdas. Mengetahui dirinya dijodohkan dengan pria pujaannya. Sam.
Samhadi Duardja Pratama. Pria yang diidolai Kai, begitu nama panggilan gadis itu. Sejak ia masih berusia sepuluh tahun.
Sayang. Begitu menikah. Berkali-kali gadis itu mendapat penghinaan dari Sam. Tapi, tak membuat gadis itu gentar mengejar cintanya.
Sam mengaku telah menikahi Trisya secara sirri. Walau gadis itu tak percaya sama sekali. Karena Trisya adalah model papan atas. Tidak mungkin memiliki affair dengan laki-laki yang telah beristri.
Kai menangis sejadi-jadinya. Hingga ia terkejut dan mendapati kenyataan, bahwa ia mendapat kesempatan kedua.
Gadis itu kembali pada masa ia baru mengenal Sam selama dua minggu, sebagai pria yang dijodohkan dengannya.
Untuk tidak lagi mengalami hal yang menyakiti dirinya. Gadis itu mulai berubah.
Bagaimana kisahnya? Apakah Kai mampu merubah takdirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKSI TRISYA 3
Trisya menatap Kai dengan pandangan tajam. Gadis itu menatap sekitar adik satu ibunya berdiri. Sam tak pernah menjarak dari Kai. Trisya mengepal tangan erat hingga memutih.
Perlahan ia mendekati. Mengambil sesuatu dari tasnya. Sebuah silet kecil Ia yakin, jika silet itu mampu membuat koyak gaun yang dikenakan Kai. Makin lama, Ia makin mendekati Kai.
"Jika aku jadi kamu. Aku tak akan melakukan hal itu," bisik Permadi Sanjaya, pengusaha tekstil yang berada di belakang Trisya.
Gadis itu terkisap. Wajahnya pucat, Permadi mengambil silet yang ada di tangan Trisya. Gadis itu menoleh. Sosok tampan lainnya tersenyum ramah padanya. Lalu senyum itu berubah menjadi tatapan mengerikan.
"Kau tahu, jangan mempermalukan ayahmu dengan kelakuanmu," lanjutnya datar.
Pria itu mengantongi silet tersebut dan meninggalkan Trisya yang masih memantung. Permadi beramah tamah dengan Kai dan Sam.
Kai menatap sosok kakaknya di sana. Ia mengernyit.
"Kak Trisya?" Sam menatap Kai..
Melihat tatapan gadis itu ke suatu tempat. Ia pun mengikuti arah tatap Kai. Sam sangat terkejut jika Trisya ada di tempat ini.
"Apa Om Umar yang membawanya ke sini?" gumamnya bertanya dengan suara pelan.
Kai mendengarnya. Ia meyakini jika, ayahnya tak mungkin membawa kakak satu ibunya ke sini. Gadis itu memastikan jika Trisya datang ke acara ini secara ilegal.
"Kai!" panggil Daniel.
"Ya, Om?" sahut gadis itu.
"Kau tidak mendatangi ayahmu?" Trisya menatap pria yang dulu sangat menyayanginya.
Gadis itu mengangguk. Dengan langkah anggun, ia mendekati ayah sambungnya itu..
"Ayah!" panggilnya.
Umar menoleh, dari senyum lebar berubah menjadi datar dan dingin. Trisya menelan saliva kasar. Dengkusan kasar terdengar dari pria itu.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya gusar.
"Aku ... aku diundang di acara ini," jawab gadis itu lalu memalingkan wajahnya.
"Kau yakin?" tanya Umar tak percaya.
Daniel yang tadi tengah bersama dengan kolega yang lain, datang menghampiri Umar.
"Kau ini bagaimana. Masa kau meninggalkan putrinu begitu saja di rumah," tegurnya pada Umar.
Umar hanya menarik tipis sudut bibirnya. Ia tak mungkin membongkar aib jika Trisya bukan lah putrinya, karena selama ini Trisya lah yang ia tampilkan ke publik. Sedangkan Kai baru saja berapa minggu lalu.
Merasa ada yang membelanya Trisya pura-pura berwajah sendu. Daniel mengusap bahu gadis itu menenangkannya.
"Kau sudah bertemu dengan Ayahmu. Om tinggal, ya!" pamit Daniel.
"Iya, Om. Makasih," sahut Trisya dengan senyum manis.
"Sama-sama cantik," sahut Daniel sambil mengusap pipi gadis itu.
Daniel berlalu setelah Umar memberi anggukan hormat pada koleganya. Umar kini menatap malas Trisya.
"Pergi lah sekarang. Urusanmu sudah selesai kan?" usir Umar dingin.
"Ayah," cicit Trisya sedih.
"Aku bukan ayahmu, Trisya. Sudah cukup semua kebohonganmu. Aku sudah mengetahui keseluruhannya!" sahut Umar tegas.
Trisya menunduk. Air matanya luruh begitu saja. Gadis itu sangat sedih. Hanya Umar yang ia banggakan sebagai ayahnya selama ini.
"Tapi bagiku kau tetap ayahku," sahutnya. "Aku hanya mengetahui kau adalah ayahku."
Umar menghela napas panjang. Kesalahan terbesarnya adalah memanjakan Trisya, mempercayai semua perkataannya. Bahkan, semua laporan keburukan Kai, pria itu percaya begitu saja.
"Kau telah banyak membohongi ku, Trisya. Jika aku memang kau anggap Ayahmu, mestinya kau tidak berbohong!" tekan Umar.
Trisya menunduk. Tangannya mengepal kuat. Ia ingin menjerit, jika menginginkan hanya dia saja yang ingin dijadikan putri di keluarga Agatha. Bukan Kai.
"Aku ... aku hanya menyelamatkan posisiku," cicitnya lemah.
"Posisi apa Trisya!" sergah Umar geram.
"Kau tak memiliki posisi apa pun selain anak sambung. Bahkan aku tak bisa menjadi wali nikahmu. Ayahmu masih hidup!" lanjutnya.
"Pulanglah ke tempat ibumu sekarang, Trisya. Aku akan membicarakan hal lain bersama ibumu nanti," usir Umar sekali lagi.
"Pergi sekarang, sebelum kesabaranku habis," ancam Umar.
Trisya menghentak kan kaki. Air matanya berderai.
"Ayah jahat!" desisnya tak terima.
"Kau lah yang jahat, Trisya!" tekan Umar.
Pria itu menghela napas panjang. Ia lah yang salah selama ini, membenarkan kelakuan putri sambungnya. Umar menatap Kai yang kini berbincang dengan pemilik pesta, Renox Luvinsky.
"Aku Ayahnya, tapi tak mengetahui kegeniusan putriku. Ia menguasai empat bahasa asing. Seorang master Aikido dan seorang pianis," gumamnya bangga.
Sedang di halaman parkir, Trisya menangis di dalam mobilnya. Ia berteriak kencang.
"Kai brengsek!" makinya sambil sesengukan.
"Mestinya kau tetap bodoh, kau keras kepala dan kau pemalas juga manja!" pekiknya lagi.
"Aku pasti bisa menghancurkan mu, Kai. kau hanyalah anak yang tak diharapkan. Selamanya kau menjadi anak yang tak diharapkan!" makinya lagi.
Ia menyalakan mobil dan berlalu dari tempat itu. Gadis itu pergi ke apartemennya dengan kecepatan tinggi. Perjalanan tiga puluh menit ia tempuh hanya separuhnya saja.
Gadis itu memarkirkan mobilnya di basemen. Ia menaiki lift menuju flatnya. Ketika sampai di unitnya. Gadis itu langsung merebahkan tubuhnya di ranjang queen size miliknya.
"Aarrghh!" pekiknya lagi.
Tiba-tiba bel pintu berbunyi. Dengan malas ia pun beranjak dari ranjangnya. Sosok tampan langsung mencium bibirnya ketika Trisya membuka pintu.
Pria itu merasa gadisnya hanya merespon tak semangat langsung menghentikan ciumannya.
"Ada apa sayang?" tanyanya dengan suara serak.
Trisya melangkah masuk diikuti oleh pria itu setelah menutup pintu. Gadis yang masih mengenakan gaunnya itu kembali merebahkan dirinya di ranjang. Pikirannya berkecamuk. Ia baru saja dicampakkan ayah yang selama ini mencintainya.
Pria itu menindihnya. Dengan memberikan kecupan-kecupan kecil di dada dan tulang selangka gadis itu. Trisya mendesah.
"Sudah, lupakan sejenak kegundahanmu. Aku merindukanmu," ajak pria itu dengan tatapan penuh gairah.
Trisya akhirnya luluh. Gadis itu pun memasrahkan dirinya penuh pada pria itu. Sosok tegap dan tampan itu mencumbu mesra tubuh yang selama ini menjadi lumbung birahinya.
'Tak perlu menyewa pelacur, gadis ini cukup ahli memuaskan laki-laki," gumamnya dalam hati.
Keduanya saling pagut. Bibir mereka mencecap dan saling memberi rangsangan. Ketika benda itu sudah tegak berdiri. Trisya menyambutnya.
Sang pria memejamkan matanya penuh kenikmatan. Ia merasakan miliknya tersedot kuat. Mulut gadis itu mengembung lucu ketika bermain di bawah sana.
Setelah nyaris meledak, ia langsung menarik mundur miliknya. Dengan penuh napsu pria itu yang kini memberi kenikmatan tiada tara pada Trisya.
Tubuh keduanya sudah tanpa busana. Mengkilat bermandikan keringat. Saling bergerak memberi kepuasan pada pasangan. Hingga gerakan itu tambah lama tambah cepat. Lalu keduanya mengerang setelah mencapai kepuasan.
Mereka kini sama-sama ambruk di ranjang dengan napas terengah. Sang pria mencium kening Trisya penuh rasa kepuasan.
"Kau sungguh nikmat sayang. Aku begitu memuja tubuhmu," pujinya.
"Terima kasih telah menyenangkan hatiku, Rob! Aku juga sangat menikmatinya," sahut Trisya dengan napas masih terengah-engah.
"Ada apa, kenapa tadi kau muram, heem?" tanya Rob.
Trisya menceritakan semua masalahnya, tentunya versi dia. Rob menyimak kegundahan gadisnya. Ia belum melepas penyatuan mereka. Miliknya sangat nikmat di dalam sana.
"Lalu, apa rencanamu sekarang?" tanya Rob.
"Aku ingin menghabisi Kai!" ujarnya penuh dendam..
"Lakukan secara perlahan-lahan, jangan tergesa-gesa," ujar Rob memberi saran.
"Tentu," ujar Trisya.
Gadis itu memandang pria pemuas birahinya selama ini. Gadis itu mulai menggoda Rob dengan menggerakkan tubuhnya perlahan. Rob tersenyum.
"Kau menggodaku?" Trisya mengangguk.
"Baiklah. Aku layani," ujar Rob lalu ia melakukan sesuatu hingga membuat gadisnya terpekik.
bersambung.
wew ...
next?
mertuaq awalnya baik. tapi stlh operasi bypass jntng, mnm bnyk obat, jadi brubah spt kurang waras. ada yg brpndpt krn kravunn obat