Mencintainya adalah sebuah keputusan..
Sifat perhatian padaku menutupi pengalihannya...
Yang dia kira...dia yang paling disayang, menjadi prioritas utama, dan menjadi wanita paling beruntung didunia.
Ternyata semua hanya kebohongan. Bukan, bukan kebohongan tapi hanya sebuah tanggung jawab
.
.
.
Semua tak akan terjadi andai saja Arthur tetap pada pendiriannya, cukup hanya dengan satu wanita, istrinya.
langkah yang dia ambil membawanya dalam penyesalan seumur hidupnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lupy_Art, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 19
Hari ini Arthur benar² menepati janjinya, ia merawat istrinya dengan sabar. melihat istrinya yang lemas karena sejak tadi terus muntah namun yang keluar hanya cairan bening.
Arthur terus memijit kepala Livia yang terasa pusing, sepanjang hari hanya duduk dan berbaring diranjang. Setelah tertidur Arthur mengerjakan laporan email yang telah dikirim William, tangan kirinya mengusap kepala istrinya dan tangan yang lain mengetik di laptopnya.
Sekitar 2 jam Arthur mengerjakan laporan itu dengan satu tangan, dirasa istrinya sudah lelap..Arthur beranjak dari ranjang ke kamar mandi
belum lama Arthur dikamar mandi Livia terbangun karena tidak merasakan usapan dikepalanya, "Ar...Sayang.."panggilnya
merasa ada yang memanggilnya, Arthur memilih keluar untuk mengecek. Padahal ia sudah membuka seluruh bajunya dan hanya menyisakan kain segitiga yang menutup asetnya
Arthur mendekat pada ranjang...duduk disamping istrinya, "Kenapa ,hm..kamu lapar?" Livia menggeleng lemah
"kamu mau mandi?" tanya Livia melihat Arthur hanya memakai celana dalam saja
Arthur mengangguk, "aku juga mau mandi.." manjanya merentangkan tangan berharap Arthur menggendongnya
Istrinya yang sedang hamil lagi mode manja padanya..Arthur pun tak dapat menolaknya..akhirnya mereka mandi bersama. Hanya mandi tidak melakukan yang lain
Setelah 30 menit mereka keluar dengan Livia yang berada digondongan suaminya. Arthur perlahan mendudukan istrinya disisi ranjang.
Mereka sudah berpakaian lengkap, kini Arthur sedang mengeringkan rambut istrinya menggunakan hairdryer, sejak tadi Livia tidak melakukan apapun bahkan yang memakaikan bajunya adalah suaminya
Betapaerasa beruntungnya ia mendapatkan perilaku seperti ini, apalagi sekarang ia sedang mengandung buah hati mereka
"kita akan melakukan cek up kandunganmu" Livia tersenyum memandang pantulan wajah suaminya dari cermin
.
.
.
.
.
"Kandungannya sehat, dan sekarang sudah memasuki usia 1 minggu. pada awal kehamilan jangan terlalu lelah, rasa mual² dipagi hari itu wajar. Perbanyak istirahat, banyak minum air putih, jangan makan yang mentah² seperti makan sushi. anda paham nyonya?" Livia mengangguk begitupun dengan Arthur yang menyimak penjelasan dokter perempuan itu.
sepasang suami istri itu tak bisa memalingkan wajah mereka dari layar komputer yang menampilkan gambar janin yang masih sebesar biji kacang
"apa ada yang mau ditanyakan?" tanya dokter itu.
"apakah boleh melakukan hubungan intim?" pertanyaan itu membuat Livia malu
dokter yang melihat wajah memerah Livia pun berkata, "banyak pasangan yang juga bertanya seperti itu, pada awal kehamilan sebaiknya tidak melakukan hubungan intim ya, karena kandungan masih sangat rawan" jelasnya
"lalu?" tanya Arthur
"kalian bisa melakukannya jika kandungannya sudah kuat, biasanya pada trimester 2 atau usia kandungan sudah 4 atau 5 bulan"
"pemeriksaan kita sudah selesai, nanti kita akan cek up saat usianya memasuki 2 bulan, dan nanti akan saya kasih obat penguat kandungan serta daftar makanan konsumsi untuk ibu hami"
"terimaksih dokter" dokter itu pun tersenyum ramah
.
.
.
.
.
sekarang mereka berada dalam mobil menuju pulang, "Ar...aku ingin kue labu" sepertinya Livia mulai ngidam
"kita akan membelinya" Livia tersenyum manis pada suaminya
Sesampainya ditoko kue, "kamu ingin ikut atau menunggu disini"
"aku menunggu disini saja" Arthur keluar
Drrt.. Drrt...
Tak lama Livia mendengar suara dering ponsel, mencari kesana kemari rupanya ponsel suaminya. Livia meraih ponsel Arthur melihat siapa yang menelpon,
Kendall
Ketika Livia ingin menjawab, panggilan itu malah berakhir. akhirnya Livia meletakkan kembali telepon itu.
Setelah menunggu 8 menit ponsel itu kembali berdering, Livia melihat nama yang sama dengan panggilan sebelumnya..tanpa menunggu Livia langsung menjawab telepon itu
'.....'
belum sempat Livia bersuara tiba² Arthur sudah masuk ke dalam mobil, melihat ponselnya berada ditelinga sang istri Arthur bertanya
"Siapa yang menelpon?" Livia menyerahkan ponsel suaminya
"Aku tidak tau" Livia memilih diam
Arthur melihat nama panggilan itu pun segera mematikannya, tanpa menjelaskan apapun Arthur segera menjalankan mobilnya. Sepanjang perjalanan mereka saling diam, Arthur fokus pada jalan dan Livia memilih melihat pemandangan diluar jendela
Arthur melirik sekilas istrinya, pikirannya berkecamuk sekarang. Arthur melihat sekilas ke arah istrinya, menatap dengan tatapan yang sulit dibaca. kemudian kembali fokus pada jalan.
Setelah sampai di villa, entah kenapa mood Livia rusak yang tadinya bersemangat mau makan kue labu sekarang dia jadi malas setelah melihat nama panggilan di ponsel suaminya.
Tanpa menunggu dibuka kan pintunya Livia keluar dan langsung berjalan masuk ke dalam villa. Arthur yang melihat itu berjalan cepat menghampiri istrinya, berjalan menyesuaikan langkah sang istri lalu merangkul pinggangnya, namun Livia langsung menghindar
"Ada apa?" Livia hanya menggeleng dengan wajah murung
Arthur memilih untuk tetap diam sampai mereka masuk ke dalam kamar, "berbaringlah" Livia tetap mengikuti perintah suaminya.
Duduk disisi ranjang, Arthur menaikkan selimut sampai sebatas perut istrinya. "tidurlah, aku akan membangunkanmu saat makan malam" mengelus kepala istrinya sampai tertidur.
Melihat istrinya sudah terlelap Arthur beranjak menuju ruang kerjanya, meraih ponselnya lalu menekan nama panggilan itu
"kenapa menelepon?"
'Erland menanyakanmu sejak kemarin. Apa kamu tidak kesini?' tanya Kendall
Arthur lupa kalau hari ini seharusnya dia menemui anaknya,
"aku lupa, berikan ponselnya pada Erland"
tak berapa lama, 'Daddy kenapa tidak datang?, kan Daddy sudah janji hali ini kita mau belmain dipantai belsama Mommy juga' Arthur menghela nafas
Dia bimbang sekarang, tidak mungkin dia meninggalkan istrinya dalam keadaan sedang hamil muda... Tapi, anaknya juga menjadi perioritasnya sekarang.
"bagaimana jika kita tunda dulu, Daddy janji akan mengajakmu ke pantai.. Daddy sedang sibuk sekarang nak" terdengar suara isak tangis disebrang telpon
'Daddy ingkal janji...'
Arthur memijat pangkal hidungnya, jika ia menemui anaknya di New York... Ia tidak akan tenang memikirkan istrinya disini
"Daddy akan datang 2 hari lagi, okey?"
'Daddy tidak bohong?'
"Tidak boy..."
'Baiklah..'
"Daddy matikan ya, Daddy masih harus bekerja"
'iya Dad'
Tut.....
Setelah itu Arthur memilih mengerjakan pekerjaannya...
30 menit kemudian Arthur berhenti, melirik jam di dinding sudah menunjukkan waktu makan malam. Saatnya membangunkan istrinya,
.
.
.
Ceklek...
begitu masuk kamar, Arthur menangkap sosok sang istri sedang berdiri dijendela menatap keluar...
Perlahan berjalan mendekati istrinya, memeluknya dari belakang, menelusupkan kepalanya dileher sang istri menghirup wangi lembut meskipun istrinya belum mandi tapi tidak bau asam sama sekali. Livia masih tak bergeming
"kita makan sekarang, Hm?" tanpa menunggu jawaban Arthur langsung menggendong istrinya ala bride style lalu melangkah menuju ruang makan
Arthur mendudukan istrinya dipangkuannya, namun Livia langsung turun lalu duduk pada kursi disampingnya, "kenapa pindah?" tanya Arthur
"aku mau makan sendiri" jawabnya singkat tanpa menoleh pada Arthur
"kalau mau makan sendiri kenapa harus pindah duduk disitu, kamu bisa makan dipangkuanku kan" protes Arthur matanya menatap tajam istrinya
Livia hanya diam saja tidak menjawab, "duduk disini!" titahnya pada Livia agar kembali duduk dipangkuannya
Lagi² Livia hanya diam, Arthur mulai geram dengan tingkah istrinya lantas segera mengangkat paksa istrinya duduk diatas pangkuannya
"Jadilah penurut, habiskan makananmu" kata Arthur dingin...
Livia kehilangan selera makannya, tapi memikirkan janin yang tumbuh diperutnya ia harus tetap makan.
Arthur memperhatikan Livia makan dengan lambat, namun Arthur tetap setia memandangi wajah istrinya tanpa bosan sampai selesai makan.
.
.
.
.
.
.
.
Hai guys partnya naggung bgt kan...lanjut Chapter selanjutnya yaaa
TBC....
btw aku bacanya sehari 1 bab aj ya...