Nasib malang menimpa Celine Violetta Atmadja. Baru saja dia berkabung kerena meninggalnya sang ayah, dia justru diusir oleh Ibu dan juga saudara tirinya. ternyata selama ayahnya sakit keras, mereka sudah membalik nama semua aset kekayaan milik keluarga Atmadja menjadi milik mereka. Untuk itu, Celine tidak mempunyai pilihan selain pergi dari sana.
Tapi bukan berarti Celine akan diam saja. Dia bersumpah akan membalas ibu dan saudara tirinya itu. Apapun akan dia lakukan, termasuk menikah dengan pria cacat yang kaya untuk membalas mereka.
Nicholas Arian Dirgantara, CEO tampan yang bernasib tragis. Dia harus duduk di kursi roda setelah kecelakaan hebat yang menimpa dirinya 2 tahun yang lalu. Karena hal itu juga, kekasihnya berselingkuh dengan sahabat Nick
Semenjak saat itu, Nick menjadi pria yang agresif. Kondisinya yang tidak bisa berbuat apa-apa membuatnya mudah marah. Hingga suatu hari, ibunya datang membawa seorang wanita yang akan menikah dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutzaquarius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 Bertemu Indira
Celine merasa sedikit senang bisa jalan-jalan. Setidaknya itu bisa membuatnya melupakan masalahnya walaupun hanya sejenak.
Kabar yang diberikan oleh Dista, membuat hatinya gemuruh tidak karuan. Walaupun dia sudah menduga jika kematian ayahnya ada sangkut pautnya dengan ibu tirinya. Tapi tetap saja, kenyataan itu membuatnya sedih.
Dan sekarang, dengan berbelanja membuat mood nya kembali membaik. Dia ikut memilih sayur dan buah dan beberapa bahan yang ada di daftar.
"Apa ada yang ingin nona beli?" tanya pelayan
Celine terdiam sejenak. Dia menatap black card di tangannya dan teringat ancaman Nicholas yang melarangnya pulang jika tidak membeli apapun. Tapi apa yang harus dia beli? Dia bukan gadis yang gila belanja. Bahkan dia selalu menyisihkan uang jajannya untuk membeli keperluan saat kuliah dan menggunakan seperlunya saja. Untuk itu dia bingung saat Nicholas menyuruhnya untuk berbelanja.
Tapi yang membuatnya penasaran adalah kenapa Nicholas bisa mempunyai kartu ini? Bukannya dia sudah lama tidak bekerja?
"Ada apa nona? Apa anda membutuhkan sesuatu?" tanya pelayan
"Em... Kita lihat-lihat saja dulu." Celine menarik pelayan untuk melihat-lihat. Hingga dia menemukan sebuah alat pijat. Celine terdiam sejenak. Mungkin dia bisa membelikan alat itu untuk Nicholas. Bagaimanapun kaki Nicholas butuh pijitan yang rutin untuk merangsang otot-otot yang telah mati rasa. Siapa tahu, lama kelamaan kakinya bisa merespon rasa pijatan itu. Jika berhasil, maka kemungkinan untuk bisa berjalan lagi, akan semakin besar.
Celine membeli alat pijat tersebut dan membayarnya menggunakan kartu pemberian Nicholas. Tapi saat hendak pulang, dia bertemu dengan seseorang yang sangat dia kenal.
"Wah .. Lihat!! Siapa ini?"
Celine menghentikan langkahnya dan terdiam menatap wanita yang saat ini berdiri didepannya. "Indira." geramnya dalam hati. Dia mengepalkan tangannya berusaha menahan untuk tidak memukul wajah wanita itu.
"Lama tidak berjumpa, Celine. Bagaimana kabarmu?" Indira menatap Celine dari atas kebawah dan kembali berkata, "sepertinya hidupmu lumayan baik ya." ucapnya meremehkan
Celine sedang malas menanggapi wanita di depannya. Untuk itu, dia memilih pergi dari sana. Tapi tiba-tiba Indira menarik rambut Celine dan menampar wajahnya
plak
"Akh..." pekik Celine kesakitan. "Apa yang kau lakukan, sialan??" teriak Celine yang mengundang perhatian banyak orang
"Wah.. sekarang kau berani padaku, hah? Ingat!! Kau ini hanya wanita jal*ng yang diusir oleh ibu ku. Dan lihat penampilan mu sekarang!!" Indira menunjuk Celine dari atas sampai bawah, "Kau mirip sekali seperti pembantu. Mungkin ini hukuman mu." Ucapan Indira membuat orang-orang yang menyaksikan mulai berbisik-bisik dan hal itu membuat Celine merasa tidak nyaman.
Indira tersenyum sinis, dia sangat puas bisa mempermalukan Celine dimuka umum.
"Nona, kau tidak apa-apa?" pelayan yang baru datang dari toilet, melihat keributan yang melibatkan majikannya. Dia membantu Celine berdiri dan menatap tajam Indira.
"Apa yang kau lakukan pada nona Celine?"
"Nona? Heh... Apa kau tidak salah memanggilnya nona? Kalian bahkan hampir sama." hina Indira
"Kau....."
"Sudah, jangan diladeni. Hanya akan membuang-buang tenaga saja." cegah Celine. Dia menatap Indira yang terlihat puas menghinanya, hingga dia teringat apa yang Dista katakan padanya. Dia mengepalkan tangannya, tapi sekarang bukan waktu yang tepat untuk membalasnya.
"Aku memang bukan wanita terhormat sepertimu, nona Indira. Yang menikmati uang hasil dari menipu." seru Celine yang membuat wajah Indira berubah.
"A-apa kau bilang?" sentak Indira.
Celine tersenyum sinis. Dia melipat kedua tangannya di depan dada dan kembali berkata, "kau tahu maksudku, nona. apa perlu aku perjelas, hm? Harta yang sekarang kau nikmati adalah uang yang kau curi dariku. Kau dan ibumu, membunuh ayahku dan mengusirku untuk menguasai kekayaan keluarga ku."
"Jangan bicara sembarangan, sialan!!" teriak Indira. Dia menatap kesana kemari dimana orang-orang mulai berbisik-bisik membicarakannya. Dan hal itu membuatnya sangat malu.
"Akan aku balas penghinaan ini, Celine." geram Indira pelan. Dia pergi tergesa-gesa sambil menunduk menutupi wajahnya.
Celine berdecih pelan. Dia merasa sangat puas karena bisa melawan Indira. Bahkan dia berhasil mempermalukannya. Huh.. padahal dia sangat menyayangi Indira. Dia sudah menganggap Indira sebagai kakaknya sendiri. Tapi apa balasannya? Dia merebut sesuatu yang berharga untuknya dan karena mereka juga, dia harus menjual hidupnya dengan menikah dengan pria yang tidak dia cintai. Dan semua itu demi membalas perbuatan Indira dan Ibunya.
"Kalian boleh bersenang-senang sekarang, tapi sebentar lagi. aku akan datang mengambil kembali milikku dan membalas perbuatan kalian." batin Celine