NovelToon NovelToon
Day Without Daylights

Day Without Daylights

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Sci-Fi / Epik Petualangan / Hari Kiamat / Trauma masa lalu
Popularitas:812
Nilai: 5
Nama Author: Ahril saepul

Raika adalah seorang anak yatim piatu yang telah lama sendirian sejak kematian ayahnya. Dunia yang berada diambang kehancuran memaksa Raika bertahan hidup hanya dengan satu-satunya warisan dari sang ayah: sebuah sniper, yang menjadi sahabat setianya dalam berburu.

Saat pertama kali mengikuti raid, tanpa sengaja Raika memakan jantung Wanters yang membuatnya tak sadarkan diri ... ketika Raika membuka mata, ia terkejut berada di tengah kawah yang sangat luas dengan asap dan debu di mana-mana, seperti hasil sebuah ledakan.

Cerita ini mengisahkan; perjalanan Raika bertahan hidup di dunia yang tergelapi malam abadi. Setelah bertemu dengan seseorang ia kembali memiliki ambisi untuk membunuh semua Wanters, tapi apa mereka bisa? Bukankah Wanters sudah ada selama ratusan tahun. "Mustahil! ...."

---

Upload Bab: Senin, Rabu, Jum'at / 20:00

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahril saepul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18 Terima kasih.

Setelah pukulan yang kulontarkan, Wanters itu kembali memberontak, menggeliatkan tubuhnya. Aku melompat dan menjauh, menatap tajam mencari celah yang dapat kugunakan untuk menyerang.

garis-garis merah muda bercahaya muncul di seluruh tubuh Wanters, berkilat liar dengan percikan petir yang menyambar-nyambar. Refleks, kakiku melesat menuju Yuto. Dalam satu gerakan cepat, tanganku meraih lengannya, dan seketika itu juga, pemandangan di sekeliling berubah—kami sudah berada di tepi gua.

Aku berlari kembali secepatnya menggapai Mio, dan memindahkannya juga ke tempat Yuto berada. Dari ketiga mulut Wanters telah terkumpul bola energi yang berkedip-kedip dengan listrik di mana-mana. Aku bergerak secepatnya menuju Yuya dan memindahkannya sebelum Wanters menyemburkan energinya.

Tepat saat kami berpindah, untungnya aku sempat memegangi sarung tangan Yuya dan mengaktifkannya, seketika itu juga perisainya berubah menjadi merah dan menyelimuti mereka bertiga.

"Apa yang terjadi?" Yuya menoleh ke belakang. "Mio, Yuto?"

"Yuya? ... ini terjadi lagi, aku berpindah seperti waktu itu," ucap Mio menatap Yuya.

Mio mengetuk perisai merah itu. "Yuya, apa ini perisai dari Beasthearts-mu?"

"Ya," menunjukkan sarung tangan dengan Arcis hancur di bagian bawah telapak tangannya. "Aku tidak tahu kenapa ini bisa terjadi. Perisai ini juga berwarna merah, warna paling kuat yang seharusnya hanya bisa dihasilkan oleh Arcis tingkat 5."

"Hei, teman-teman, lihat itu," Yuto menunjuk ke arah cahaya biru yang bergerak cepat di dalam kabut berdebu. Perlahan, kabut itu mulai menampakkan diriku yang sedang menghindari energi seperti laser listrik merah muda dari ketiga mulut Wanters itu.

"Raika? ...."

SLINGS---BROUSGG

Wanters mengeluarkan pancaran energi kembali dari kristal yang muncul di sepanjang tubuhnya, berjumlah empat. Salah satunya melintasi perisai mereka. Untungnya, perisai itu mampu menahan kekuatan tersebut.

Aku berlari secepat mungkin di dinding gua, melompat ke bawah tanah sambil menghindari beberapa energi, menekan kekuatan itu hingga garis semakin bersinar, diikuti asap biru yang bermunculan.

Aku menggerakkan tubuh semakin cepat, melompat, menekan kaki ke dinding, kemudian mendorongnya...

BUGH! Menendang dengan kuat bagian tubuhnya. Aku bergerak kembali memukul di bagian sisi yang lain---tidak membiarkan ia tumbang. Sinar energi muncul dari mulutnya, namun aku berhasil mencegah dengan terus memukul dari segala arah.

BUGH-2-3-4-5-6-7-8-9- ... aku melompat sampai menyentuh langit-langit gua, kemudian memunculkan tangan biru dari tanah untuk menyegel pergerakan Wanters. Aku Mengumpulkan energi dari tangan kanan, berencana untuk menyerangnya dengan lebih kuat.

SLOUS----BRUGHK! '10.'

Retakan terbentuk dengan debu menyembur ke segala arah, berbarengan dengan kulit Wanters yang hancur. Dari tubuhnya meluber energi merah muda seperti miasma yang melelehkan apapun. Beberapa kristal juga berjatuhan dengan suara gemuruh dari segala tempat.

BURSH

Sebuah tangan bergaris biru muncul dari miasma merah muda, memegangi salah satu tulang dengan erat.

"Hah-Fiuh ... aku baik-baik saja?" Aku menatap tangan satunya. 'Aku tidak habis pikir, kekuatan ini mampu menahan korosi yang sekuat ini. Bahkan efeknya sampai bisa menjaga pakaianku tetap baik-baik saja.'

"Raika! ...." terdengar suara Mio yang entah dari mana.

"Oi! ... Raika."

'Apa mereka melihatku ketika bertarung?' Aku mencoba menonaktifkan kekuatan itu. "Ack!" Aku mengaktifkannya kembali. 'Aw... Aku ceroboh, meski tersentuh sedikit, ini tetap sakit`

'Huh!' Tulang yang aku pegang mendadak hilang, bersamaan dengan seluruh tubuhnya yang menjadi abu. Aku terjatuh bersama beberapa miasma yang sebagian menjadi asap saat menyentuh tanah.

BRUSH

Samar-samar dari kejauhan, Yuya, Mio, dan Yuto berdiri memandang ke arah kumpulan asap yang menutupiku. Tanpa memberi waktu untuk menghilangkan kekuatan ini, asap sudah mulai mereda. Aku hanya bisa terdiam melihat mereka menatapku dengan wajah serius. 'Mungkin, sudah saatnya.'

"Energi apa yang kurasakan sekarang ..." ujar Yuya.

"Yuya, Mio, Yuto, maaf telah menyembunyikan sesuatu dari kalian. Aku tidak ingin kalian takut, terkadang aku juga merasa takut, aku ...."

"Raika ... apa kamu Raika?" tanya Mio.

Mencoba menenangkan diri, menatap ke bawah, dan mengangguk pelan.

Yuya berjalan ke arahku, mengabaikan energi panas dari beberapa miasma Wanters dan pancaran energi auraku.

Tangan kanannya meraih pundakku, ia tidak mempedulikan rasa sakit pada telapak tangannya yang mulai mengeluarkan asap.

"Ternyata benar yang aku pikirkan, hal-hal yang selama ini aku pertanyakan ... terima kasih, Raika," Yuya tersenyum tulus dengan mata tertutup.

Aku menonaktifkan kekuatan itu, perlahan memegang tangan Yuya, "Maaf aku tidak menunjukkannya lebih dulu."

Mio mendekat. "Uh, asap ini menyebalkan. Raika, aku yakin kamu memiliki alasan untuk menyembunyikan itu dari kami, jadi tidak perlu meminta maaf."

"Aku juga tidak menyangka, kamu mampu mengalahkan Wanters itu sendirian. Yuya, apa aku sedang bermimpi?" ucap Yuto.

"Cubit sendiri saja tubuhmu, bodoh," sahut Mio.

"Sudah-sudah, kita pergi dari sini dulu ... ayo," saran Yuya sambil menenangkan mereka berdua.

Aku mengikuti mereka dari belakang, berjalan menjauhi asap dari miasma. 'Entah kenapa aku merasa ini pilihan yang tepat, tapi apa mereka bisa menerimaku?'

"Raika, jika kamu belum siap untuk menjelaskannya, jangan terlalu dipikirkan. Yang terpenting kamu baik-baik saja," ujar Yuya sambil berjalan.

Menatap Yuya dari belakang, 'Terima kasih.'

Aku menghentikan langkah, "Aku rasa, aku tidak keberatan untuk memberitahu semuanya."

Mio menghentikan langkah, menatapku, "Apa kamu yakin, Raika?"

"Ya, aku sudah bilang ingin ikut membunuh semua Wanters bersama kalian, jadi kurasa lebih baik tidak ada rahasia lagi," jawabku.

"Begitu, ya. Baiklah," ucap Mio.

"Kita beristirahat di sana dulu, setelah itu kita akan mencari jalan keluar dari sini," ujar Yuya.

Kami berada di pinggiran gua yang disinari cahaya redup dari pantulan kristal, tetapi ini cukup untuk saling melihat satu sama lain. Aku menceritakan semuanya kepada mereka, dari awal mengikuti Raid Vicuris dan juga ketika terbangun di tengah kawah. Aku juga menceritakan saat pertama kali kekuatan ini muncul sampai bertemu dengan mereka bertiga yang tengah dikejar gerombolan Wanters.

"Pada hari saat Raid Vicuris telah ditaklukkan, memang ada rumor yang beredar mengenai ledakan besar yang terjadi di sana," ujar Yuto.

"Ya, saat kita sedang berburu di zona merah, juga ada sebuah koran terbang yang menginformasikan hal itu," tambah Mio.

"Raika, kamu bilang kamu berada di tengah kawah, kan? Apa kamu tidak mengingat apapun?" tanya Yuya.

Sekilas terbesit sesuatu di kepalaku, "Arcis ... saat aku menghancurkan inti mata Vicuris, tanpa sengaja Arcis masuk ke dalam mulutku."

"Arcis? Apa maksudmu, kamu memakannya?"

Mengangguk pelan, "Seingatku begitu."

"Bukankah jika seseorang memakan Arcis, dia akan mati? Apalagi kalau yang kamu makan adalah Arcis tingkat lima," ujar Mio.

"Aku tidak tahu. Pada waktu itu juga badanku mati rasa, sebelum kesadaranku menghilang."

"Aku belum pernah mendengar ada seseorang yang mendapatkan kekuatan dari memakan Arcis. Raika, kurasa pilihanmu tidak salah untuk menyembunyikan kekuatan itu. Jika ada seseorang yang mengetahuinya, mungkin kamu akan ditangkap oleh orang-orang Eldritch," jelas Yuya.

"Kemungkinan terburuknya, kamu akan dijadikan bahan eksperimen oleh mereka," tambah Yuto sambil mendorong kacamatanya. "Dan ka—"

"Bodoh! Apa yang kau katakan! Dasar kacamata sialan!" teriak Mio memarahi Yuto.

"Baik-maaf!"

Mendadak jantungku berdegup lebih cepat dengan sendirinya. 'Eksperimen? ... hiiiii.'

"Jangan khawatir, aku pasti akan melindungimu, Raika. Aku juga tidak ingin kehilangan siapa pun lagi. Kita akan mengakhiri semua ini bersama, itu pasti," ucap Yuya.

Menatap Yuya, wajahnya tampak serius sama seperti pertama kali bertemu. "Baik, mohon bantuannya, Yuya," ucapku sambil tersenyum dan menutup mata.

End Bab 18

1
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
Hai ka,
gabung yu di Gc Bcm..
caranya Follow akun ak dl ya
untuk bisa aku undang
terima kasih.
Born
semangat Thor 💪
Ind
semangat kak 😊💪
🅷🆈🅰🅽🅳🅰🐿️
aku sudah mampir kak, saling dukung ya🙏 iklan 1🙏
Orpmy
bagus banget
EMBER/FIGHT: Terima kasih kakak.
total 1 replies
Orpmy
keren
Ind
udah ngantuk,besok tak lanjut lagi yah,semangat pokonya
ica
semangat berkarya!!!
mari saling mendukung untuk seterusnya😚🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!