Kembali lagi mommy berkarya, Semoga kalian suka ya.
Mahreen Shafana Almahyra adalah seorang ibu dari 3 anak. Setiap hari, Mahreeen harus bekerja membanting tulang, karena suaminya sangat pemalas.
Suatu hari, musibah datang ketika anak bungsu Mahreen mengalami kecelakaan hingga mengharuskannya menjalani operasi.
"Berapa biayanya, Dok?" tanya Mahreen, sebelum dia menandatangani surat persetujuan operasi.
"500 juta, Bu. Dan itu harus dibayar dengan uang muka terlebih dahulu, baru kami bisa tindak lanjuti," terang Dokter.
Mahreen kebingungan, darimana dia bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat?
Hingga akhirnya, pertolongan datang tepat waktu, di mana CEO tempat Mahreen bekerja tiba-tiba menawarkan sesuatu yang tak pernah Mahreen duga sebelumnya.
"Bercerailah dengan suamimu, lalu menikahlah denganku. Aku akan membantumu melunasi biaya operasi, Hanin," ucap Manaf, sang CEO.
Haruskah Mahreen menerima tawaran itu demi Hanin?
Atau, merelakan Hanin meninggal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3: Syarat yang Sulit bagi Mahreeen
Malam hari saat kejadian siang itu tertabrak Mahreeen.
Manaf duduk di kamarnya, memandangi tangannya yang tidak menunjukkan gejala apa pun. Dia masih teringat dengan jelas kejadian ketika tubuhnya tidak bereaksi saat bertabrakan dengan Mahreeen. Tak ada bercak merah atau gatal gatal seperti biasanya. Ini adalah hal yang aneh bagi Manaf, yang selama ini selalu mengalami reaksi alergi ekstrem terhadap sentuhan wanita, bahkan terhadap istrinya sendiri, Farisa.
"Kenapa tidak ada reaksi saat aku bersentuhan dengannya?" lirih Manaf.
Rasa penasaran semakin membesar, hingga dia memutuskan untuk kembali mencoba menyentuh Farisa di rumah. Benar saja, bercak merah segera muncul di kulitnya, disertai rasa mual yang sangat mengganggu. Manaf segera pergi ke kamar mandi, berusaha menenangkan dirinya, namun pikiran tentang Mahreeen terus menghantuinya.
"Ck! Sial! Ternyata belum sembuh juga!" kesal Manaf yang harus meminum obat setelah bersentuhan tangan dengan Farisa tadi. Setelah itu baru bintik merah yang timbul mulai memudar.
***
Esok harinya, Manaf menemui dokter pribadinya, Dr. Zacky, yang telah merawatnya selama bertahun tahun. Dia menceritakan semua yang dialaminya tentang alergi sentuhan wanita, dan kejadian aneh saat bertemu Mahreeen.
Dr. Zacky mendengarkan dengan serius, lalu memberikan saran yang tak terduga.
"Manaf, mungkin kamu harus mencoba lagi bersentuhan dengan wanita itu. Jika tubuhmu tidak memberikan reaksi yang sama, mungkin dia satu satunya wanita yang bisa kamu sentuh tanpa alergi." ucapnya.
"Kamu gila, Ky! Aku jadi bahan percobaan! Bagaimana kalau ternyata kemarin itu hanya kebetulan semata? Aku menolak itu," tolak tegas Manaf.
"Terserah, itu hanya ide saja. Siapa tahu jika wanita itu benar benar satu obat untukmu. Apakah kamu tidak mau mencobanya, ini bukan yang kamu tunggu dari dulu. Apa kamu tidak lelah di minta terus oleh orang tuamu terus keturunan? Pikirkan saja!" ucap Dr. Zacky.
Manaf tidak menjawab itu, lalu dia pamit dari sana, dan meninggalkan banyak sesuatu di otaknya.
Saran itu mengganggu pikiran Manaf sepanjang hari. Dia tidak bisa berhenti memikirkan Mahreeen. Apakah ini kebetulan atau ada sesuatu yang lebih besar di balik semua ini? Dia harus tahu lebih banyak tentang Mahreeen sebelum mengambil langkah berikutnya.
Manaf memerintahkan Olaf untuk mencari informasi sebanyak mungkin tentang Mahreeen. Olaf dengan cepat mendapatkan data lengkap tentang pekerjaannya di Omar Corp, kondisi keluarganya, dan terutama tentang putri kecilnya, Hanin, yang sedang sakit parah dan membutuhkan biaya besar untuk operasi.
Setelah semua informasi terkumpul, Manaf memutuskan untuk memanggil Mahreeen ke ruangannya. Kerja Olaf benar benar cepat dan efektif.
Mahreeen masuk dengan perasaan yang bercampur aduk khawatir, takut, dan bingung. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi setelah panggilan mendadak ini. Namun, yang membuatnya semakin cemas adalah melihat Manaf duduk di sofa, bukan di balik meja kerjanya yang biasa.
"Silakan duduk, Mahreeen," ucap Manaf dengan nada yang lebih lembut dari biasanya, menunjuk ke sofa di sebelahnya.
Mahreeen duduk dengan gelisah, menunduk, tidak berani menatap Manaf terlebih duduk di sebelah big bosnya itu. Membuat jantungnya tidak baik baik saja.
"Saya dengar anakmu membutuhkan operasi yang biayanya sangat besar," ucap Manaf, tanpa basa basi dan memandang wanita itu.
"Iya, Pak. Saya butuh lima ratus juta untuk menyelamatkan putri saya." ucap Mahreeen mengangguk pelan dan memutus matanya lebih dulu.
Manaf terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang sebelum akhirnya mengatakan sesuatu yang membuat Mahreeen terkejut. Karena Manaf saat ini sudah yakin jika memang Mahreeen adalah wanita yang bisa menyentuhnya.
Terima kasih Tuhan, aku tidak gatal di sentuh olehnya. Apalagi jarak saat ini dekat sekali denganku, tapi aku tidak merasakan jijik atau mual. Baton Manaf senang.
"Saya akan membantumu mendapatkan uang itu, tapi ada syaratnya," ucap Manaf perlahan.
Mahreeen mengangkat wajahnya, menatap Manaf dengan bingung. "Syarat?" tanyanya pelan.
"Kamu harus menjadi istri keduaku. Istri simpananku," ucap Manaf tegas, menatap Mahreeen tanpa ragu.
"Saya ingin kamu mengandung anak saya. Itu syaratnya." lanjut Manaf berharap Mahreeen menyetujuinya.
Tapi andaikan dia menolak akan sekuat dan semampunya untuk mendapatkan wanita disampingnya.
Berbeda dengan Manaf, dunia Mahreeen seolah berhenti. Kata kata Manaf bergema di kepalanya, namun dia tak mampu memproses apa yang baru saja didengarnya.
"Menjadi istri kedua? Istri simpanan? Bagaimana mungkin?" tanya Mahreeen. Bukan senang seperti wanita single yang terpesona olehnya.
"Bagaimana dengan istri Anda, Pak?" tanya Mahreeen dengan suara yang bergetar.
"Bagaimana dengan keluarga saya?" lanjutnya.
"Istriku tidak bisa memberiku keturunan. Aku butuh anak. Jika kamu setuju, aku akan memastikan putrimu mendapat perawatan terbaik. Aku juga akan memastikan hidupmu jauh lebih baik daripada sekarang." ucap Manaf tetap tenang walau pada kenyataan dia berbohong.
Mahreeen tidak bisa berkata apa apa. dia merasa kepalanya berputar putar, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Tawaran ini adalah sesuatu yang tak pernah dia bayangkan akan datang dari atasannya.
"Ini pilihanmu, Mahreeen. Aku tidak memaksamu," tambah Manaf sambil menatapnya dalam.
"Tapi ingat, waktu untuk putrimu semakin sedikit." tekan Manaf.
Mahreeen terdiam, pikirannya kacau. Di satu sisi, dia merasa terhina. Bagaimana mungkin dia dijadikan istri simpanan? Tapi di sisi lain, dia memikirkan Hanin yang terbaring lemah di rumah sakit, membutuhkan pertolongan segera.
"Aku akan memberikanmu waktu, pikirkanlah! Jika sudah ada jawabannya kamu bisa keruangku dengan menghubungi Olaf," ucap Manaf. Tahu bahwa kehendaknya saat ini jangan membuatnya dipaksa.
Mahreeennhanya menganggukkan kepalanya saja, lalu dia pamit.
***
Sesampainya di rumah, Mahreeen mencoba berbicara dengan Peros. Dengan hati hati, dia menceritakan situasinya, berharap suaminya akan memberikan solusi. Namun, jawaban Peros justru menghancurkan hatinya lebih dalam.
"Kalau memang begitu, kenapa tidak kamu terima saja tawarannya?" ucap Peros tanpa sedikit pun rasa bersalah. "Kalau dia bisa bayar kamu dengan jumlah besar, kita bisa kaya raya setelah kamu cerai dengan dia nanti." lanjut Peros.
Mahreeen terkejut mendengar reaksi Peros.
"Kamu benar benar tega, Peros? Kamu ingin aku dijadikan istri simpanan hanya demi uang?" kesal Mahreeen.
"Lihat keadaan kita sekarang, Mahreeen. Kita butuh uang. Aku tidak peduli bagaimana caranya. Kalau kamu bisa dapat uang banyak dari dia, kenapa tidak?" ucap Peros menatap Mahreeen dengan dingin.
Hancur hati Mahreeen mendengar ucapan suaminya. Di matanya, Peros tidak lagi menjadi suami yang ia kenal, melainkan seseorang yang rela menjual istrinya demi uang. Mahreeen merasa seakan dunia telah runtuh di sekelilingnya.
Dalam keheningan malam, Mahreeen berlutut di atas sajadah, menangis dalam sujudnya.
Ya Allah, apa yang harus aku lakukan? Berikan aku jalan keluar, ya Tuhan... Aku tidak tahu harus bagaimana lagi.
...****************...
Hi semuanya!!
Tinggalkan jejak kalian disini ya.
bentar lagi up ya di tunggu
Yang suka boleh lanjut dan kasih bintang ⭐⭐⭐⭐⭐
Dan yang ga suka boleh skip aja ya.
Terima kasih para raiders ku.