Sequel Gairah Cinta Sang Presdir.
-Harap bijak memilih bacaan-
Menjadi penyebab utama kecelakaan maut hingga menewaskan seorang wanita, Mikhayla Qianzy terpaksa menelan pil pahit di usia muda. Tidak pernah dia duga pesta ulang tahun malam itu adalah akhir dari hidup manja seorang putri Mikhail Abercio.
Keyvan Wilantara, seorang pria dewasa yang baru merasakan manisnya pernikahan tidak terima kala takdir merenggut istrinya secara paksa. Mengetahui jika pelaku yang menyebabkan istrinya tewas adalah seorang wanita, Keyvan menuntut pertanggungjawaban dengan cara yang berbeda.
"Bawa wanita itu padaku, dia telah menghilangkan nyawa istriku ... akan kubuat dia kehilangan masa depannya." - Keyvan Wilantara
------
Ig : desh_puspita
....
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24 - Bukan Guling Biasa.
Malam panjang itu kini terlewati, Mikhayla benar-benar merasa terganggu dengan jeritan alarm di samping kirinya.
Berisik
Dia mengumpat seraya mengulurkan tangan kirinya, telinga Mikhayla seakan tengah berada di pusat keramaian. Dengan nyawa yang belum terkumpul semua, Mikhayla menggeliat. Persendiannya terasa kaku, Mikhayla merasa dirinya selesai melakukan olahraga berat.
"Hoam."
Dia menguap lebar-lebar hingga rahangnya terasa sakit, belum memiliki pikiran untuk terbangun karena merasa tidak punya tujuan dia memilih kembali tidur dan meraba ke sisinya demi menemukan guling untuk dia peluk.
Mama kenapa gulingnya begini? Apa Papa yang ganti?
Rasa kantuknya terlalu luar biasa pagi itu, Mikhayla merasakan sesuatu yang aneh dengan gulingnya. Semakin dia telusuri semakin aneh, hingga tangannya berhasil menyentuh sesuatu yang rasanya tidak akan pernah ada di bantal guling.
Ini apa? Umbi-umbian? Labu air Atau apa? Kenapa Mama taruh di kamarku.
Mikhayla mengerjapkan matanya perlahan, kesadarannya masih di awang-awang. Perkara benda asing yang membuatnya bingung, wanita itu ingin menyingkirkannya segera.
Haaaaaaaaaa? What the ... Oh My Gosh, Mikhayla!!
Mata Mikhayla membulat sempurna kala dia menyadari tangannya tidak sedang memegang umbi-umbian ataupun labu air. Melainkan sesuatu yang berada di pangkal paha suaminya sendiri, sontak Mikhayla mengibas-ngibaskan tangannya.
Dia bergidik ngeri, matanya pagi-pagi ternodai. Tampaknya malam tadi tidak dingin hingga mereka tidur tanpa selimut. Dan pemandangan polosnya tubuh Keyvan terpampang jelas di hadapannya.
Iyuuuh!!
Dia sedang jijik? Bukan sebenarnya, melainkan dia geli. Mikhayla berdebar tak karuan, padahal Keyvan juga tidak melihatnya. Pria itu masih terpejam di sisinya, tapi tetap saja Mikhayla frustasi rasanya.
Sesaat dia mengingat apa yang terjadi tadi malam, cukup mudah untuk dia mengingatnya. Jelas saja mudah, karena keduanya melakukan hal itu dalam keadaan sadar.
Perlahan dia melangkah turun dari ranjang, wanita itu memunguti pakaiannya demi menutupi tubuh polosnya. Seumur hidup baru kali ini dia benar-benar tidur sepolos itu, dengan posisi yang entahlah seperti apa, hanya suaminya yang tahu.
Akan tetapi, hendak bangkit kenapa rasanya sulit sekali. Mikhayla merasakan perih dan linu di area pangkal pahanya, dia meringis sembari menekan bawah perutnya.
"Argh, perih."
Mikhayla menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya dengan perlahan. Berusaha untuk tenang dan tidak merengek seperti anak kecil. Akan tetapi, bukan hal mudah bagi Mikhayla yang sedari dulu memang manja dan selalu mengadu seberapa kecil lukanya pada sang papa.
"Aawwww kenapa baru berasa sekarang? Sakit sekali."
Mikhayla mengusap wajahnya kasar, dari hal ini dia mendapati fakta jika Keyvan memang pembohong. Jelas-jelas semalam Keyvan mengatakan tidak akan sakit setelahnya, kini semuanya berbeda dan sakit yang Mikhayla rasa luar biasa.
"Mau kemana?"
Suara khas baru bangun tidur yang terdengar berat itu terdengar begitu jelas di telinga Mikhayla. Keyvan sudah berada di sisinya, pria itu menatap dengan wajah bantal yang masih benar-benar mengantuk itu.
"Kamar mandi," jawab Mikhayla pelan, dia semakin malu ketika menyadari pria itu sudah berada di sisinya dengan keadaan sama-sama polos begini.
"Mau aku bantu?"
Keyvan menawarkan diri, tampaknya dia memahami apa yang dirasakan sang istri. Wajahnya terlihat pucat, sepertinya terlau lelah, pikir pria itu.
"Tidak perlu, aku bisa send_"
"Tidak bisa, kalau memang bisa kenapa kamu lama duduk di sini, hm?" tanya Keyvan menatap manik tajam sang istri yang tampak berusaha menenangkan diri pasca Keyvan membopongnya tanpa aba-aba.
Mau tidak mau Mikhayla harus terima, lagipula dia sulit untuk bergerak sendiri untuk kali ini. Pria itu menurunkan Mikhayla hati-hati kala tiba di kamar mandi, dan dia tetap berdiri di samping Mikhayla.
"Keluarlah, aku mau pipis."
"Aku juga," jawab Keyvan singkat, dia menatap Mikhayla dari atas hingga bawah dengan penuh iba, dalam semalam dia berhasil membuat anak gadis orang kacau begitu, tanda kepemilikan yang Keyvan berikan di dada dan lehernya benar-benar nyata hingga tanpa sadar sudut bibirnya tertarik singkat.
"Gantian saja, aku risih."
"Risih kenapa?"
"A-aku malu, aku tidak bisa buang air kecil kalau ada orang," ucap Mikhayla membuat perut Keyvan tergelitik, padahal sejak kemarin juga lebih dari sekadar buang air kecil dan tepat di depan wajah Keyvan bisa dia lakukan.
"Ck, aneh ... lagipula aku sudah merasakan bahkan bagian dalammu," ucapnya tertawa sumbang, merdeka sekali dia pagi ini. Setelah berhari-hari dibuat panas dan Mikhayla tidak bertanggung jawab, akhirnya dia tuntaskan tadi malam.
Terserah kali ini, yang jelas Mikhayla ingin buang air kecil dengan segera. Kantung kemiihnya seakan sudah penuh terisi, hanya saja hendak melakukannya secara normal justru tidak bisa karena perihnya memang terasa.
"Kenapa?"
"Perih, sakit, ngilu ... semuanya!!" Mikhayla mengutarakan apa yang dia rasa, sementara Keyvan mendengarkan dengan seksama keluhan istrinya.
"Mana, coba aku periksa." Keyvan tiba-tiba berlutut dan kembali hendak membuka kaki Mikhayla lebar-lebar, dia ingin memastikan bagaimana akibat ulahnya tadi malam.
"No!! Jangan lihat-lihat, ini bukan waktunya!!" jerit Mikhayla hendak menepis tangan Keyvan, hanya saja sekuat apapun dia menepis tetap kalah dibandingkan tenaga Keyvan.
"Kenapa jadi begini?" Keyvan sungguh khawatir ketika melihat milik Mikhayla tampak kemerahan dan sedikit membengkak di sana, sudah dia duga tapi tidak mengira akan separah ini.
"Kenapa malah tanya aku?" Mikhayla berdecak kesal di saat suaminya tidak sadar kesalahannya sama sekali, lupa jika semalam dia menggila atau bagaimana, pikir Mikhayla.
Entah karena cinta atau memang nafssu Keyvan yang menggebu seperti ucapan Justin. Pria itu tidak hanya melakukannya sekali saja, usai pertempuran pertama yang membuat Mikhayla menangis tadi malam. Dia kembali melakukannya tepat dini hari hingga fajar menjelang, wajar saja kini dia masih terlelap begitu nyaman.
- To Be Continue -
Btw kemarin crazy up, mana votenya dolo!!🦈
terima kasih banyak karyanya ya kak Desh... 😘😘😘😘😘