Sarena Almaira adalah seorang wanita muda cantik yang hidup dalam penderitaan. Sejak usia 5 tahun, ia mengalami broken home setelah ayahnya menghilang entah ke mana. Kehidupannya pun menjadi sangat sulit dan penuh kesedihan. Setelah lulus SMA, Sarena memutuskan untuk bekerja sebagai pelayan restoran demi memenuhi kebutuhan hidupnya.
Namun, hidupnya berubah drastis ketika sebuah kejadian tak terduga membuatnya terikat dalam pernikahan rahasia dengan seorang pengusaha muda yang kaya dan tampan.
Apakah Sarena akan menemukan kebahagiaan setelah bertemu dengan pria itu?
Baca yu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meywh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab22
6 Bulan Kemudian
"Besok adalah hari pertunangan Aldevaro dan Tasya," ucap Sarena.
'Kenapa ada rasa sakit di hatiku? Apakah karena aku memiliki perasaan terhadap Aldevaro?' gumam Sarena.
Tok tok
"Siapa?" ucap Sarena.
"Ini saya," balas Aldevaro.
"Masuklah," ujar Sarena.
"Sarena, apakah Albiru sudah tidur?" tanya Aldevaro.
"Sudah, Mas," jawab Sarena.
"Sarena, besok saya akan bertunangan dengan wanita yang dijodohkan oleh orang tua saya," ujar Aldevaro.
"Iya, aku tahu, Mas," jawab Sarena.
"Baiklah, kalau begitu saya kembali ke kamar," ujar Aldevaro.
"Ya."
Aldevaro pun menutup pintu kamar Sarena dan kembali ke kamarnya.
'Kenapa sangat menyakitkan? Kenapa aku harus mencintai dia? Kenapa?' gumam Sarena, seketika ia pun menangis.
'Apakah aku akan kehilangan orang yang kucintai lagi? Salahkah aku mencintainya?' gumam Sarena.
Keesokan paginya, Aldevaro yang sudah siap untuk berangkat ke acara pertunangannya, mengenakan jas dan kemeja.
"Papa," ujar Albiru yang kini sudah bisa berbicara.
"Apa, sayang?" jawab Aldevaro.
"Papa mau ke mana?" ujar Albiru.
"Papa mau kerja," balas Aldevaro sambil memeluk putranya itu.
"Mas, semoga acaranya lancar ya," ujar Sarena.
"Iya," jawab Aldevaro, terlihat jelas kekecewaan di matanya mendengar Sarena yang seolah mendukungnya.
'Apa dia bahkan tak sedih sama sekali?' gumam Aldevaro.
Aldevaro pun bergegas pergi.
"Sayang, Mama mau kamu tinggal di rumah dulu ya, Mama ada urusan," ujar Sarena.
"tak au mah(tidak mau,mah)" jawab Albiru.
"Sayang, kamu tidak bisa ikut, Nak," ujar Sarena.
Albiru yang mendengar itu kecewa dan menangis.
"Baiklah, Nak, kamu boleh ikut. Tapi di sana jangan nakal, dan kalau ketemu Papa, jangan sebut dia Papa, oke?" ujar Sarena.
"aik, Ma," balas Albiru.
Sarena pun bersiap dan segera berangkat ke acara pertunangan Aldevaro dan Tasya.
Di dalam mobil
'Bagaimanapun, ini sudah menjadi bagian dari takdirku. Hidupku begitu menyedihkan sejak kecil, tapi dari semua luka itu, aku bisa tumbuh dan bertahan sampai detik ini. Sekarang aku punya putraku yang selalu menemani dan menghiburku, membuat rasa perih dalam hidupku berkurang. Kehadirannya adalah suatu ketidaksengajaan, namun ketika dia lahir, jangankan aku, Aldevaro sendiri bahkan begitu menyayanginya,' gumam Sarena.
'Rencana Tuhan jauh lebih baik daripada yang aku bayangkan. Namun hari ini, anakku akan menyaksikan papanya bertunangan dengan wanita lain. Hati wanita mana yang kuat dijadikan istri simpanan seperti ini,' gumam Sarena.
Beberapa saat kemudian, mobil pun sampai di tempat acara pertunangan.
Sarena pun turun dari mobil bersama putranya dengan tenang.
"Mama," ujar Albiru.
"Apa, sayang?" jawab Sarena.
"papa,mah?" ujar Albiru.
"Sayang, kamu tidak boleh menyebutnya papa ya, seperti janji kamu tadi. Oke?" jawab Sarena.
"Baik, Ma," ujar Albiru.
Sarena pun duduk di tempat yang disediakan.
'Ayo, Sarena, kau harus tenang dan kuat seperti biasanya,' gumam Sarena.
"Para tamu undangan yang terhormat, mari kita mulai acara pertunangan Tuan Muda Aldevaro dengan Nona Tasya Delvana," ujar MC.
Aldevaro bersama Tasya pun berjalan berdampingan menuju panggung.
Di atas panggung, pandangan Aldevaro teralihkan kepada Sarena dan putranya.
'Kenapa dia bisa berada di sini? Siapa yang mengundangnya?' gumam Aldevaro.
Kemudian, Aldevaro dan Tasya langsung bertukar cincin. Setelah acara selesai, Sarena pun tidak lupa menghampiri ibunya.
Ada rasa sakit hati yang terus terasa oleh sarena namun dia tak memperlihatkan itu pada siapapun.
