Arrayan menikahi Bella, seorang gadis cacat, karena dendam. Kecelakaan tragis yang menewaskan kedua orang tuanya membuat Arrayan yakin Bella adalah penyebabnya.
Namun, Bella hanyalah korban tak bersalah, sedangkan pelakunya adalah Stella, adik angkatnya yang penuh ambisi. Ketika Stella melihat wajah tampan Arrayan, dia menyesal menolaknya dulu dan bertekad merebutnya kembali. Di tengah rahasia yang semakin terungkap, cinta dan kebencian menjadi taruhan.
Akankah Arrayan menemukan kebenaran sebelum semuanya terlambat? Apa pilihan Arrayan saat cinta dan balas dendam saling beradu?
Happy reading 😘🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Nawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 ( Bella masih hidup )
Hari ini Varro di perbolehkan pulang dari rumah sakit setelah seminggu di rawat pasca operasi di kepalanya. Setelah selesai mengurus administrasi Arrayan beralih menuju tempat pendaftaran kemarin dan ingin menanyakan tentang data pasien anak kecil yang mana ibunya bernama Bella. Namun, suster yang menjaga menolak karena itu merupakan data privasi pasien dan tidak boleh diberikan sembarang orang.”Ayo lah suster, saya ini juga keluarganya,” mohon Arrayan.
“Kalau anda keluarga kenapa masih minta data pasien yang bernama Bella?” pertanyaan suster masuk di akal juga pikir Arrayan. Ia pun tidak memaksa suster itu lagi dan bergegas pergi meninggalkan loket pendaftaran dengan perasaan yang sangat kecewa dan langsung menuju ke kamar rawat sang putra.
Di dalam Varro sedang memakan cemilan yang dibawakan Sean dan Jesicca hanya mereka berdua yang menjenguk tidak dengan Stella. Jesicca sudah mengajaknya, tetapi wanita itu memilih pergi ke rumah orang tuanya dan menemui Mama Daisy.
“Angkel di mana Daddy? Kok nda kecini jenguk Valo,” ujar Varro.
“Daddy sedang mengurus administrasi karena hari ini kamu boleh pulang,” ucap Sean.
“Asiiikkk, udah boleh pulang,” senang Varro dan melanjutkan makan cemilannya.
Cekklek
Arrayan masuk ke dalam sontak membuat Varro menghentikan makannya dan ingin bangkit memeluk Daddy Nya,”Hei .. diam di sini. Nanti Daddy yang menghampiri mu,” cegah Jesicca menahan tubuh mungil Varro.
Varro segera memeluk Daddy nya saat Arrayan berdiri didekat brangkar. Namun, ada satu hal yang mengganjal. Jesicca dan Sean saling menatap lalu beralih menatap Arrayan yang seperti biasa saja tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya ia hanya memandangi Varro dengan wajah datarnya,”Ada apa kak? Apa ada masalah?” tanya Jesicca.
“Cepat bereskan barang-barang Varro dan antarkan dia pulang. Aku harus ke kantor karena ada meeting,” ujar Arrayan datar dan tatapannya sangat dingin pada Varro ia berusaha melepaskan pelukan putranya membuat Varro merengek tidak ingin ditinggalkan Arrayan yang berlalu pergi begitu saja membuat Jesicca dan Sean berpikir keras dengan sikap Arrayan yang seperti acuh pada Varro.
“kak, ada apa dengan kak Arrayan? Kenapa dia seperti acuh pada Varro. Lihat, dia jadi menangis begini, kan. Bagaimana aku mendiamkannya. Aku benar-benar tidak mengerti,” keluh Jesicca.
“Huh … kemari kan dia biar aku yang menggendongnya,” Sean menggendong Varro, tetapi anak itu tetap saja menangis dan Sean juga kebingungan mengapa Varro begitu susah dibujuk siapapun selain dengan Arrayan.
Jesicca sudah lebih dulu pergi membawa barang-barang Varro menuju mobil dan ia masih berjalan sambil menggendong Varro yang terus memberontak hingga Sean tidak fokus melihat depan jalan dan menabrak seseorang.
Bruuk
“Arrggh …” ringisnya.
“Varro! Kamu sih enggak bisa diam! Jadi nabrak orang kan?” pekik Sean.
“Ekheee, kenapa malahin Valo, yang nablak kan situ kenapa Valo yang di omelin, huaaa!” tangisan Varro bertambah kencang membuat Sean lemas dibuatnya dan pasrah dengan mendudukkan tubuhnya di hadapan anak itu seraya menunggu anak itu berhenti menangis. Sedangkan yang ditabrak hanya menatap heran dengan kelakuan pria yang sedang menatap datar varro yang menangis.
“Hei, tidak apa-apa.Papa mu tidak sengaja, jadi jangan nangis ya,” ujar seorang wanita berseragam putih menghampiri Varro dan berusaha membujuk anak itu agar berhenti menangis.
“Maaf, ya. Apa kau terluka?” tanya Sean lembut menatap lekat gadis berseragam putih dengan rambut ikalnya yang diikat satu menjulang ke atas dan kedua matanya yang sipit dan kulitnya putih mulus.
“Tidak apa-apa. Ini aku ada biscuit boleh aku berikan pada putramu?” ucapan gadis itu membuat Sean terkejut dan membulatkan kedua matanya.
“Dia bukan putraku, Varro ini keponakan ku,” seru Sean.
“Oh, maaf aku kira dia putramu,” ujar gadis itu lalu memberikan Biskuit pada Sean tangan mereka saling menggenggam dan tatapan mereka bertemu. Entah mengapa Sean tidak ingin melepaskan genggaman tangannya dia terus saja menatap lekat gadis itu.
“Selasa olang ketiga Valo di sini!” pekik Varro yang mana membuat keduanya melepaskan genggaman tangannya serta memutuskan tatapannya dan saat ini hanya ada rasa canggung diantara mereka berdua.
“Angkel ayo kita pulang. Onty makaci biskuitnya enak,” ujar Varro dan beralih menghadap Sean dengan merentangkan kedua tangannya dan Sean mengerti jika keponakannya meminta digendong olehnya.
Mereka pun berpisah tanpa adanya perkenalan membuat Sean menghentikan langkahnya dan berbalik ke belakang dan ternyata gadis itu dengan cepat menghilang dari pandangannya,”Angkel cali ciapa?” tanya Varro sambil mengunyah biskuitnya.
“Ah, enggak, ayo kita pulang,” jawab Sean.
“Pasti cali doktel tantik tadi ya?” tanya Varro yang sangat kepo.
“Sok tau, tapi emang iya sih. Angkel lupa berkenalan sama dokter itu,” ujar Sean seraya mengelap wajah Varro yang dipenuhi biscuit bahkan sampai ke bajunya.
“Kalo jodoh pasti bakal ketemu lagi, Angkel,” celetuk Varro yang mana membuat Sean tercengang.
“Kecil-kecil tau-tauan jodoh,” batin Sean yang kebingungan pada bocah empat tahun yang tiada henti mengoceh sedari tadi. Membuat kepala Sean pusing.
*
*
“Apa kata mu! Bella masih hidup?”
Daisy terkejut setelah putrinya menceritakan jika putri angkatnya masih hidup dan Stella melihat dengan mata kepalanya sendiri jika ia benar-benar melihat Bella dalam keadaan sehat dan tanpa tongkat, tetapi memang cara berjalan Bella masih tidak seimbang.
“Iya, Mama. Masa aku bohong, kalaupun aku salah orang mana mungkin Arrayan ingin menghampiri kak Bella dan Mama tau anak angkat itu bisa berjalan tanpa tongkat. Aku takut Mah dia kesini berniat menemui Arrayan dan suamiku pasti menerimanya gimana nasib ku nanti, Mah. Pasti Arrayan akan menceraikan ku setelah kak Bella kembali,” panik Stella.
“Jangan memikirkan itu dulu Bella. Yang kamu harus takutkan jika Bella datang dan mengatakan yang sebenarnya pada Arrayan kalau kau yang sengaja mendorong Bella ke jurang,” peringat Daisy.
“Lalu bagaimana Mah. Bisa-bisa Arrayan akan memenjarakan aku jika dia tau. Apalagi saat itu kak Bella sedang mengandung,” rengek Stella ketakutan.
Mendengar ucapan Stella Daisy teringat anak yang di kandung Bella saat itu,”Kalau dia selamat ada kemungkinan gak ya, anak nya juga selamat,” ujar Daisy yang mana membuat Stella berpikir juga.
“Aku rasa enggak, Mah. Kalau pun selamat anaknya pasti sulit bertahan hidup,” seru Stella merasa ragu.
“Kalau gitu kamu minta pindah saja ke luar negri kalau Arrayan tidak mau kamu ancam dia menggunakan Varro dengan membawanya pergi dari hidup Arrayan kalau dia tidak menurutimu, Stella.
“Mama benar, makasih Mama sudah membantuku mencari jalan keluarnya. Aku akan pulang sekarang dan bicara pada suamiku,” pamit Stella dengan senangnya.
Note: “Jangan ditiru ya para ibu yang baik dan solehah di luar sana, kita didik anak menuju kebenaran jangan menyesatkan nya. Cerita ini hanya khayalan author baik diambil yang jelek di buang oke”
*
*
Sepulang dari kantor Arrayan menyendiri di tempat kerjanya setelah ia membersihkan diri. Arrayan tidak menemui Varro padahal saat ini putranya terus merengek ingin bertemu Daddy nya. Di dalam kamar Berliana dan Jesicca berusaha menenangkan Varro dengan berbagai cara bahkan anak itu makan sembari menangis dan terus memanggil nama Daddy-nya.
“Kamu panggilin Arrayan kek, Mommy kasihan sama Varro yang sepulang dari rumah sakit belum bertemu sama Daddy nya," ujar Berliana yang menggendong Varro yang menangis sesenggukan kan, tetapi perlahan tangisan itu sedikit mereda karena mungkin Varro sudah lelah menangis sedari tadi.
“Sudah, Mah. Kak Arrayan ada di ruang kerjanya di jaga dua bodyguard. Aku gak boleh masuk atas perintah kak Arrayan karena dia hanya ingin sendiri untuk saat ini,” terang Jesicca yang juga kesal.
“Ada apa lagi dengan anak itu. Mommy dan Daddy mu sudah sangat pusing menghadapinya, ditambah putranya yang terus merengek minta bertemu dengannya. Apa dia enggak kasian sama Varro yang habis operasi pastinya dia membutuh kan kasih sayang Daddy-nya, apalagi Stella boro-boro jenguk anaknya di rumah sakit malah pergi ke rumah orang tuanya,” decak Berliana.
“Ada apa , Mom sudah malam masih marah-marah,” tegur William dan Sean yang masuk ke dalam kamar Varro karena Ana memberitahu jika Tuan kecilnya itu merengek meminta bertemu Arrayan.
“Keponakan kamu itu, Loh. Buat Mommy pusing saja! Kau bicaralah sama dia kenapa dari tadi siang enggak mau menemui putranya,” kesal Berliana membaringkan Varro yang sudah tertidur lelap dan menyuruh semuanya keluar selain Mba Ani yang bergantian menjaga Varro.
“Sean, Jesicca apa kalian tau?” tanya Arrayan.
Keduanya mengangkat bahunya acuh karena memang Arrayan tidak bercerita apapun padanya,”Aku juga bingung Dad enggak seperti biasanya kakak enggak merespon Varro. Padahal kemarin dia seperti sangat takut kehilangan Varro dan sekarang malah terlihat acuh,” terang Jesicca.
“Arrgggh … sakit Arrayan! Lepaskan aku!” teriak Stella membuat ke empat orang yang sedang membahas Arrayan terkejut dan menghampiri suara teriakan Stella yang berada di kamar Arrayan.
“KAU MENGANCAM KU MEMBAWA VARRO DARI RUMAH INI, HAH! BAIKLAH, SILAHKAN BAWA PUTRAMU PERGI SEKARANG JUGA KARENA MEMANG VARRO BUKAN PUTRA KU!” teriak Arrayan dengan penuh amarah.
“Apa?!” pekik William.
*
*
Bersambung.
😅