NovelToon NovelToon
Kisah Kita Belum Usai

Kisah Kita Belum Usai

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:15.2k
Nilai: 5
Nama Author: Puput

"Aku rela melepasmu, asal kamu bahagia bersamanya."

Cinta itu tidak egois, Bagas rela melihat Adara kembali bersama Antares karena dia merasa sudah tidak sanggup membahagiakan Adara. Apakah akhirnya Adara tetap bersama Bagas atau kembali pada Antares?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 18

Adara sudah berdiri di depan rumah selama beberapa jam, dia terus menunggu Bagas di sana. Bahkan dia sampai menitipkan Aran di rumah ibunya yang menjadi satu dengan rumah makan agar Aran tidak ikut khawatir sepertinya.

Langit mulai gelap, dan hawa dingin malam semakin terasa menusuk, tapi dia tak beranjak dari tempatnya. Setiap suara kendaraan yang melintas membuat hatinya berdebar, berharap mobil Bagas yang akan muncul. Tapi setiap kali yang lewat hanyalah kendaraan lain, membuatnya semakin khawatir dengan kondisi Bagas saat ini.

"Kak Bagas kemana? Dari tadi gak bisa dihubungi."

Dia mencoba menghubungi Bagas lagi, namun hasilnya tetap sama, nomornya tidak aktif. Sejak siang tadi Bagas tak memberi kabar, dan semakin sore, Adara mulai diliputi kekhawatiran yang membuat dadanya sesak. Dia telah menelepon beberapa teman kantor Bagas, tapi yang dia dapat hanya informasi yang menambah kegelisahannya bahwa Bagas sudah meninggalkan kantor sejak siang. Laptop dan tasnya masih tertinggal di meja kerjanya. Tidak ada yang tahu ke mana Bagas pergi.

Adara mengigit bibirnya dengan keras, berusaha menahan emosi yang bercampur aduk. Bagas tak pernah seperti ini sebelumnya. Dia selalu memberitahu jika ada urusan penting, dan tidak pernah meninggalkannya tanpa kabar. Tapi kali ini, Bagas seolah menghilang tanpa jejak.

Saat Adara tenggelam dalam pikirannya yang kacau, sebuah cahaya mobil mendekat dan menyinari jalan di depan rumah.

Mobil itu berhenti tepat di depannya, dan Bagas keluar dari kursi pengemudi. Senyum terlihat di wajahnya, seolah tak ada yang perlu dikhawatirkan.

Adara tertegun sejenak, menatap Bagas yang masih berdiri di dekat mobilnya. "Kenapa Kak Bagas tersenyum seperti itu? Padahal aku udah khawatir setengah mati." Perasaan khawatir yang membuncah berubah menjadi rasa marah yang dia pendam dalam-dalam.

Tanpa berkata apa-apa, Adara membalikkan badannya dan berjalan cepat masuk ke dalam rumah. Dia meninggalkan Bagas yang masih berdiri di depan pintu. Suara langkah kakinya bergema di dalam rumah yang sepi, dan hatinya semakin perih karena Bahas masih saja menyembunyikan rahasia darinya.

Bagas segera menyusul langkah Adara masuk ke dalam rumah, tapi Adara terus berjalan menuju kamar mereka. Begitu sampai di dalam kamar, Adara duduk di tepi ranjang memunggungi Bagas yang baru saja masuk ke dalam kamar.

“Ra, maaf sudah buat kamu menunggu," kata Bagas sambil melepas blazernya.

Adara diam sejenak. Dia memejamkan matanya sesaat, mencoba menenangkan diri sebelum akhirnya membuka suara. “Apa cinta Kak Bagas seperti ini? Kak Bagas hanya ingin mencintaiku dengan senyuman, tanpa mau membagi beban. Jangan buat aku seperti istri yang tidak pernah peduli pada suami. Apa Kak Bagas pikir selama ini aku tidak mencintai Kak Bagas?"

Bagas terdiam. Senyumnya perlahan memudar dan digantikan oleh ekspresi berat yang selama ini dia coba sembunyikan. Dia tahu Adara berhak mengetahui kebenaran tapi dia terlalu takut untuk membebani wanita yang dia cintai lebih dari apapun.

"Aku nggak bermaksud menyembunyikan apa-apa..." suara Bagas nyaris berbisik, tapi Adara bisa merasakan beban yang terkandung dalam kata-katanya.

“Kak Bagas darimana? Apa Kak Bagas dari rumah sakit lagi?"

Bagas hanya terdiam dengan kedua tangan yang mengepal di sisinya. Sejujurnya dia juga sudah merasa lelah dengan semuanya.

"Ada beberapa bekas suntikan di tangan Kak Bagas. Aku menunggu Kak Bagas untuk bercerita tapi sempai sekarang Kak Bagas juga masih diam. Aku ...." Adara sudah tidak bisa menahan air matanya. "Aku sangat khawatir."

Dengan langkah perlahan, Bagas mendekati Adara, lalu merengkuh tubuh Adara dari belakang. Pelukannya sangat erat dan tak ingin dia lepaskan. Badannya bergetar karena rasa sesak di dadanya semakin menghimpit. "Maaf ..."

“Kak Bagas." Adara ingin berbalik dan melihat wajah suaminya, namun Bagas menahan dan tetap memeluknya dari belakang.

Bagas tak sanggup menahan rasa sesaknya lebih lama. Air mata yang sejak tadi dia tahan, akhirnya jatuh tanpa bisa dihentikan. Tangisnya pecah dan terdengar sangat memilukan.

Adara terkejut. Dia tidak pernah melihat Bagas menangis, selain saat dia melahirkan Aran dulu.

Bagas mencoba berbicara, namun suaranya tersendat oleh tangis yang masih bergemuruh di dalam dadanya. Dia berusaha mengatur napasnya, namun setiap kali dia mencoba mengucapkan sesuatu, air matanya kembali jatuh, menyatu dengan rasa bersalah yang terus menghantuinya.

Akhirnya, dengan suara yang parau dan penuh kepedihan, Bagas berbisik di telinga Adara, "Maaf... aku tidak pernah cerita. Aku tidak mau kamu khawatir dan bersedih seperti ini, Ra."

Adara merasa jantungnya berdegup semakin kencang. “Kak Bagas apa yang sebenarnya terjadi?"

Bagas menarik napas panjang. Dia berusaha menenangkan diri sebelum akhirnya berkata, “Aku… aku sakit, Ra.”

Adara terdiam beberapa saat. Kata-kata itu seperti petir yang tiba-tiba menyambar hatinya. “Sakit?”

“Iya,” jawab Bagas pelan, suaranya hampir tak terdengar. “Aku… aku punya tumor otak.”

Seakan dunia berhenti sejenak, Adara membeku di tempatnya. Kata-kata Bagas bergema di kepalanya, namun dia merasa sulit untuk memproses apa yang baru saja dia dengar. Tumor otak? Suaminya yang selama ini selalu terlihat kuat, tak pernah menunjukkan kelemahan sedikit pun, ternyata menyimpan rasa sakit yang begitu besar.

"Tumor... otak?" Adara berbalik, dia menatap wajah Bagas dengan ekspresi terkejut dan tak percaya. "Kak Bagas serius?"

Bagas mengangguk perlahan, air mata masih membasahi pipinya. "Aku tahu... seharusnya aku bilang dari dulu. Aku tidak mau melihat kamu sedih seperti ini. Hatiku terasa semakin sakit."

“Kenapa Kak Bagas memilih untuk menghadapi ini sendirian?” Suara Adara terdengar bergetar. “Aku ini istri Kak Bagas. Apa Kak Bagas tidak percaya sama aku? Kak Bagas pikir aku akan meninggalkan Kak Bagas karena ini? Aku cinta sama Kak Bagas. Hubungan kita bukan hanya sebatas pelarian."

Bagas menunduk. Dia tak berani menatap Adara. “Aku tidak ingin kamu khawatir dan bersedih seperti ini.”

Adara menggeleng pelan. "Kak Bagas, tidak perlu menghadapi ini sendirian. Aku akan selalu ada untuk Kak Bagas. Kita hadapi ini sama-sama." Kemudian Adara menghapus air matanya. "Aku tidak akan menangis lagi, asal Kak Bagas mau menceritakan semua yang Kak Bagas rasakan."

"Aku takut, Ra," kata Bagas lagi, suaranya terdengar begitu hancur. "Aku takut, aku melupakanmu karena tadi pagi, aku benar-benar tidak ingat kamu untuk beberapa saat. Ingatanku sudah semakin melemah."

Jadi itu sebabnya Kak Bagas sering melupakan sesuatu akhir-akhir ini.

Adara meraih wajah Bagas dengan kedua tangannya. Dia menatap dalam mata Bagas dengan air mata yang terus mengalir tanpa bisa dia hentikan. “Kak Bagas, aku mencintaimu. Apa pun yang terjadi, aku akan selalu ada di sampingmu. Kita akan melewati ini bersama. Jika Kak Bagas melupakanku, aku akan bantu untuk mengingatnya.”

Tangis Bagas kembali pecah. Dia membiarkan dirinya tenggelam dalam pelukan Adara.

Adara memeluknya erat, mencoba meredakan rasa sakit yang selama ini Bagas tanggung sendirian. Meski ketakutan masih menyelimuti hatinya. "Kak Bagas pasti sembuh."

"Terima kasih kamu sudah menemaniku selama ini," kata Bagas dengan suaranya yang serak. "Aku ...." Tiba-tiba tubuh Bagas melemas.

"Kak Bagas!"

1
Yuli Ana
oh... karya baru...
kirain bakal launching kisah Ares..🥰🥰🥰
Salim S
nanti kaya ares mencintai adik sendiri walaupun tidak ada hubungan darah...tapi penasaran juga ok lah mampir....
Dina Yuliana
aaaah aq juga sulit berkata kata thooor 🤣😂😂😂 udah laaah tuh cowok dua duanya mending buat aq boleh ga thoor... limited edition 😭😭😭
fb/Ig: Author Puput: aku gak bakat buat yg sad. 🤭
total 1 replies
Yuli Ana
ya ampun... kk author nya juga Sampek enggak tega sama Bagas. .. aku juga GK tega lo kak... gak rela banget kalau orang sebaik Bagas harus meninggal....😭😭😭😭🤧🤧🤧
beruntung banget Adara dicintai begitu besar....🥰🥰😍
Salim S
gini kan enak ga ada yang tersakiti...ares nanti sama tokoh baru yang bar2 dan slengean/Slight//Slight//Slight/
Risma Waty
Ikuti alur yg sudah ada aja, mbak... 😀
Mrs.Riozelino Fernandez
iya kk,serasa gak sesuai dengan judul nya...
aku pikir Bagas meninggal dan Antares menggantikan Bagas karena amanat Bagas...😆😅
Mrs.Riozelino Fernandez: bisa aja kk Thor 😆
fb/Ig: Author Puput: kisah Bagas dan Ara yg belum usai. 😂
total 2 replies
Mrs.Riozelino Fernandez
lho kk Thor...kok ganti Ayah???
tadi bukannya manggil papa 😁
fb/Ig: Author Puput: typo. 😂
total 1 replies
Yuli Ana
semangat.... semangat..... semangat....🥰
Mrs.Riozelino Fernandez
kuat ya Bagas...kamu harus semangat...ada Ara dan Aran yang menunggu mu sehat...
M Nurhalimah
kasihan jika bagas mati
dyah EkaPratiwi
semangat bagas
Risma Waty
Semangat Bagas....
Yuli Ana
semangat bagas... GWS ya...
semangat Adara.. .. yang kuat ya..
dyah EkaPratiwi
semangat Bagas pasti bisa sembuh
Salim S
yok bisa yok bagas sembuh kasihan ara sama aran...
v3r4
Bagus ceritanya👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Jossy Jeanette
karyanya bagus..ceritanya menarik disampaikan dgn baik👍
Mrs.Riozelino Fernandez
nyata atau mimpi ini kk Thor???
Mrs.Riozelino Fernandez
dulu Azura terbawa emosi fans nya sehingga mampu memisahkan Ares dan Adara...
mengikuti skenario dari manager mereka..
tapi dilubuk hati Ares nama Adara tetap nomor 1.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!