Rania Salsabila, gadis berusia 15 tahun, yang memiliki paras cantik, pintar dan sopan. Rania memiliki seorang ayah dan 2 kakak laki-laki,mereka sangat membenci rania.
Rania pun harus rela terusir dari rumahnya, hanya karena sang ayah yang tidak bisa menerima dirinya atas kematian bu Indah istrinya. Tapi, dibalik terusir nya Rania, takdir membawa dirinya menuju ke kehidupan yang lebih baik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rika sukmawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Satu bulan berlalu setelah kejadian itu, alhamdulilah tidak ada masalah lagi yang datang. Aku berencana ke kafe setelah jam istirahat.
"Hi, boleh aku gabung?" aku terkejut mendengar itu karena sama selaki tidak mengenalnya.
"Boleh, silahkan duduk." karena tidak enak aku pun menanggapi nya
"Perkenalkan aku Ilham." sambil mengulurkan tangan kearahku.
"Aku Rania." aku menyambut uluran tangannya.
Dari situ dia mengajak aku mengobrol, hingga tak terasa waktu istirahat hampir habis.
"Maaf mas Ilham, aku harus pamit ke toko. masih ada pekerjaan yang harus saya selesaikan." aku pun berpamitan.
"Iya silahkan, kapan-kapan kita bisa ngobrol bareng lagi." ucapnya. aku pun mengangguk dan kemudian meninggalkan kafe itu.
Disaat aku baru memasuki toko, susi langsung menghampiri.
"Ran, ada kabar buruk. Katanya toko yang di Bantung sedang ada masalah."
"Masalah apa sus, kok kak Reno nggak ada kasih tahu aku."
"Mungkin belum ran."
"Emang masalahnya apa sus?"
"Kata pak Bara, di toko ada yang sedang berbuat curang. Pak Bara meminta kamu kesana sekarang."
"Yaudah aku berangkat sekarang, aku titip toko ya sus."
sore hari nya aku pun sampai di Bandung, tak sengaja aku berpapasan dengan kak Reno.
"Rania! Kami di sini?" kak Reno terkejut melihatku muncul.
"Iya kak, aku mau mengecek toko, sudah lama juga aku enggak ke sini." ucapku yang membuat wajah kak Reno berubah.
"To-toko baik-baik saja ko Ran, kalau ada masalah pasti langsung kakak kasih tahu." ucapnya. aku merasa curika karena melihat gerak-gerik kak Reno yang seperti orang gelisah.
"Kakak kenapa, kok kayak gelisah gitu?"
"Eng-ngak! Kakak baik-baik saja ran."jawabnya gugup.
"Yaudah aku ke atas dulu ya kak." pamitku kemudian melangkah menuju ruang kerja.
Setelah sampai, aku langsung menghubungi pak Bara untuk memintanya datang.
TOK! TOK! TOK!
"Masuk."
"Permisi bu, maaf membuat ibu menunggu."
"Enggak papa kok pak, silahkan duduk."
"Ada masalah apa ya pak?"
Tanpa banyak bicara lagi, pak Bara menceritakan semuanya......
"Astaghfirullah, bapak enggak bohong kan?" aku yang masih tidak menyangka dan percaya pun bingung.
"Sumpah bu, saya mana berani bohong sama ibu!" pak Bara meyakinkan aku.
"Yaudah pak, terima kasih info nya. Biar saya selesaikan masalahnya, nanti kalau saya butuh bantuan saya akan hubungi bapak."
"Baik bu, kalau begitu saya permisi." ucapnya. aku pun mengangguk.
"Aku enggak nyangka, kamu bisa setega itu sama aku. Padahal aku sudah mempercayaimu, ternyata kamu tega nusuk aku dari belakang." Batin Rania.
Aku menghubungi bunda untuk memberi kabar, kalau aku akan lama di Bandung.
"Assalamualaikum bun."
"Waalaikumsalam ran, kamu dimana kok belum pulang?"
"Aku di Bandung bun, maaf tadi aku belum sempat mengatakan nya sama bunda."
"Kok mendadak sayang, apa ada masalah di sana?"
"Nanti aku ceritain deh bun kalau udah selesai, bunda jangan khawatir ya. Rania baik-baik saja kok."
"Yaudah, kamu hati-hati di sana. Jangan lupa kabarin bunda dan ayah kalau ada apa-apa."
"Siap bunda, nanti rania kabarin lagi ya. Assalamualaikum bunda."
"Waalaikumsalam sayang."
Sedangkan diirumah bu Delina. "Ada apa bun, rania nya dimana?" tanya pak Rizky saat bu Delina selesai menelepon.
"Rania di Bandung mas."
"Bandung, memang ada apa?"
"Katanya, toko yang di bandung sedang ada masalah."
"Masalah apa, terus sekarang sudah selesai belum?"
"Kata Rania, nanti dia akan cerita kalau sudah pulang."
"Yaudah kita tunggu saja dia pulang bun, doakan saja supaya masalahnya cepat beres."
"Iya mas."