"Papa tidak setuju jika kamu menikah dengannya Lea! Usianya saja berbeda jauh denganmu, lagipula, orang macam apa dia tidak jelas bobot bebetnya."
"Lea dan paman Saga saling mencintai Pa... Dia yang selama ini ada untuk Lea, sedangkan Papa dan Mama, kemana selama ini?."
Jatuh cinta berbeda usia? Siapa takut!!!
Tidak ada yang tau tentang siapa yang akan menjadi jodoh seseorang, dimana akan bertemu, dalam situasi apa dan bagaimanapun caranya.
Semua sudah di tentukan oleh sang pemilik takdir yang sudah di gariskan jauh sebelum manusia di lahirkan.
Ikuti ceritanya yuk di novel yang berjudul,
I Love You, Paman
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 11 - Hikmah
Pagi itu, Saga dan Lea menikmati udara segar dan suasana pagi yang cerah. Namun, ketenangan pagi itu tiba-tiba terganggu oleh teriakan seorang wanita yang panik.
"Pencuri! Pencuri!," teriak wanita itu sambil menunjuk seorang pria yang berlari membawa tasnya.
Saga segera bereaksi. Dia melihat pencuri itu berlari ke arah mereka. Dengan sigap, dia menarik Lea ke samping dan menyiapkan kuda-kuda.
Ketika pencuri itu mendekat, Saga menendangnya dengan keras hingga membuat pencuri itu jatuh terjerembab ke tanah. Tak lama, beberapa orang yang berada di sekitar pun segera membantu menangkap pencuri tersebut.
Wanita yang tasnya dicuri pun segera menghampiri Saga dan Lea dengan napas terengah-engah.
"Terima kasih banyak, Anda telah menyelamatkan tas saya. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi jika tas ini hilang," katanya dengan wajah penuh rasa terima kasih.
Saga hanya mengangguk sopan, tanpa mengharapkan balasan apapun. Namun, wanita itu merasa harus memberikan sesuatu sebagai tanda terima kasih. Lalu dia merogoh dompetnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang.
"Maaf, ini ada sedikit tanda terima kasih karena sudah menolongku, ambillah," katanya seraya menyodorkan uang itu kepada Saga.
Saga menatap uang itu sejenak lalu berkata, "Tidak perlu, hanya kebetulan aku membantumu," jawab Saga singkat, seraya beranjak meninggalkan wanita tadi.
Lea yang melihat kejadian itu pun merasa bingung. "Paman, kenapa Paman tidak ambil uangnya? Bukankah kita butuh uang untuk makan?," tanyanya polos.
Saga tersenyum kecil dan mengusap kepala Lea. "Kita akan dapatkan uang dengan paman bekerja," jawabnya lembut.
Perbincangan mereka terdengar oleh wanita tadi. Dengan cepat, dia pun memanggil Saga kembali.
"Permisi," serunya seraya menghampiri Saga yang sudah hendak pergi. "Ini kartu namaku," lanjutnya sambil menyodorkan sebuah kartu nama. "Jika Anda butuh pekerjaan, Anda bisa hubungi saya atau datang langsung ke alamat ini."
Saga menerima kartu nama itu dan membacanya sejenak. "Nadia, Direktur Operasional PT Sumber Rezeki," tertulis di kartu tersebut.
"Terima kasih, Bu Nadia," jawab Saga dengan sedikit terkejut. "Saya akan mempertimbangkannya."
Wanita yang bernama Nadia itupun tersenyum ramah. "Tolong hubungi saya jika Anda butuh bantuan. Anda telah melakukan sesuatu yang sangat berarti bagi saya hari ini."
Saga mengangguk sekali lagi, setelah berpamitan dengan Nadia, Saga mengajak Lea untuk melanjutkan perjalanan mereka.
"Lea, apa kamu lapar?," tanya Saga.
Lea mengangguk pelan. "Iya, Paman."
Mereka pun melihat seorang penjual bubur ayam keliling yang menggunakan gerobak. Saga menghampiri penjual tersebut dan memesan dua mangkuk bubur ayam. Mereka duduk di bangku kayu yang tersedia di dekat gerobak dan mulai makan.
Sambil menyuapkan bubur ke mulutnya, Saga mengeluarkan kartu nama yang diberikan Nadia tadi dari saku celananya. Ia memperhatikan kartu itu dengan seksama, merenungkan tawaran pekerjaan yang mungkin bisa membantu kehidupannya dan Lea.
Saga berpikir dalam hati, "Mungkin ini adalah kesempatan. Aku harus mencoba demi Lea. Sekarang, aku punya tanggung jawab lebih dari sekadar diriku sendiri."
Setelah selesai makan, Saga membayar bubur ayam tersebut dan menatap Lea dengan senyum lembut.
"Lea, kita akan pergi ke alamat yang ada di kartu nama ini," kata Saga seraya mengeluarkan kartu nama dari saku celananya. "Kita harus melihat apakah ada pekerjaan yang bisa paman dapatkan di sana."
Lea pun mengangguk semangat. "Baik, Paman! Lea ikut Paman ke mana saja."
Saga dan Lea kemudian berjalan menuju gedung tua tempat mereka menginap sementara. Lalu Saga mengemasi barang-barang mereka dengan cepat.
Tidak mungkin meninggalkan Lea sendirian di tempat yang tidak aman, jadi ia memastikan semua barang penting dibawa begitupun dengan Lea.
"Semuanya sudah siap, Lea?," tanya Saga.
Lea mengangguk, "Iya, Paman."
Kemudian, mereka mengendarai mobil menuju alamat yang tertera di kartu nama tersebut.
Sesampainya di alamat tujuan, Saga dan Lea kini berada di depan sebuah perusahaan jasa pengantar. Banyak sepeda motor berjejer di depan gedung, dan beberapa pegawai tampak sibuk dengan tugas masing-masing.
"Maaf, apa ini alamat yang benar?," tanya Saga pada salah seorang pegawai yang sedang mengatur barang di motornya.
Saga mengeluarkan kartu nama dari sakunya dan menunjukkannya. "Saya datang untuk bertemu dengan Bu Nadia. Beliau memberikan kartu nama ini kepada saya pagi tadi."
Orang yang diajak bicara menatap Saga sekilas, lalu mengangguk tanpa berkata apa-apa dan segera pergi. Bahkan tatapan aneh dari beberapa pekerja lain membuat Saga merasa tidak nyaman.
Lea memperhatikan sekeliling dengan rasa ingin tahu, lalu mendongak menatap Saga. "Paman, kenapa mereka melihat kita seperti itu?."
Saga menggeleng lalu merasa ingatan masa lalunya kembali. "Lea, tempat ini tidak cocok untuk Paman. Mari kita pergi."
Saga menggandeng tangan Lea dan mulai berjalan pergi. Tapi sebelum mereka sempat pergi jauh, Lea menunjuk seorang wanita yang baru turun dari mobil.
"Paman lihat! Bukankah itu bibi yang tadi?," tanya Lea sambil menunjuk ke arah Nadia.
Tidak ingin lebih lama berada di sana, Saga pun berusaha menghindar. "Lea, mari kita pergi dari sini."
Namun, Nadia sudah melihat mereka dan segera menghampiri. "Permisi," serunya, "Ternyata benar Anda."
Saga mengangguk pelan.
"Apakah Anda mau bergabung dan bekerja di sini?," tanya Nadia langsung.
Saga ragu sejenak lalu menjawab, "Bukan begitu, tadi hanya lewat dan sekarang permisi," jawabnya mencoba menghindar.
"Paman, kenapa bicara Paman berbeda? Bukankah Paman mau bekerja di sini?," tanya Lea dengan polos.
Tidak bisa lagi menghindar, Saga pun terdiam. Nadia menyadari kebimbangan Saga lalu tersenyum hangat.
"Kalau begitu, mari ikut saya. Saya akan menjelaskan detail pekerjaan Anda," ujar Nadia sambil mengajak mereka masuk.
Nadia membawa Saga dan Lea masuk ke dalam gedung, melalui lorong yang penuh dengan aktivitas para kurir yang sibuk menyiapkan barang kiriman.
Akhirnya mereka sampai di sebuah ruangan yang tidak terlalu besar namun nyaman yang tampaknya adalah kantor Nadia.
"Maaf, sebelumnya, siapa nama Anda?, tanya Nadia setelah mempersilahkan Saga dan Lea duduk. "Namaku Saga."
"Saga, Anda tidak perlu khawatir. Kami sangat membutuhkan orang yang jujur dan bisa diandalkan seperti Anda," kata Nadia sambil duduk dan mengeluarkan beberapa dokumen.
"Pekerjaan Anda cukup sederhana namun penting. Anda akan menjadi kurir, mengantar barang dari satu tempat ke tempat lain dengan sepeda motor yang kami sediakan."
Saga menatap dokumen itu dengan ragu. "Apakah aku harus punya pengalaman sebelumnya?," tanyanya.
Nadia tersenyum lalu menjawab, "Tidak perlu. Kami akan memberikan pelatihan. Yang penting, Anda harus tepat waktu dan menjaga barang yang Anda bawa. Setiap pagi, Anda akan mendapat daftar barang yang harus diantar beserta alamat tujuan. Anda harus mencatat semua barang yang diantar dan memastikan semua diterima dengan baik."
Lea duduk di samping Saga dan ikut mendengarkan dengan serius. "Paman, itu terdengar mudah," celetuknya.
Saga mengangguk pelan dan merasa sedikit lega. "Baiklah, aku akan mencobanya."
Mendapat persetujuan Saga, Nadia pun tersenyum puas. "Bagus. Anda bisa mulai besok pagi. Datanglah pukul tujuh untuk briefing pertama."
Saga mengangguk, dan mereka pun berpamitan. Saat keluar dari gedung, Lea terlihat sangat bersemangat sambil terus memberikan beberapa pertanyaan pada Saga.
"Paman, kita akan punya rumah baru lagi?."
"Kita akan lihat, Lea. Yang penting sekarang, paman sudah punya pekerjaan."