Kisah Kita Belum Usai
Antares menyatakan pensiun dari panggung hiburan.
Adara membaca headline news yang berada di ponselnya. Sudah lama berlalu, sebenarnya dia tidak ingin mengingatnya lagi tapi berita itu seperti mengusik hidupnya.
Tidak selamanya cinta pertama itu akan bersatu. Kini mereka sudah memiliki kehidupan masing-masing meskipun kenangan saat-saat bersama itu masih tersimpan dengan rapi dalam ingatannya.
"Ara!"
Adara tersenyum menatap seorang pria yang sedang berjalan ke arahnya sambil menggendong putranya yang berumur tiga tahun.
"Mama, Aran beli bola mau main sama Papa."
Adara tersenyum sambil mengacak rambut putranya. Dia yang mengandung selama sembilan bulan tapi wajahnya sangat mirip dengan papanya. Aldebaran, nama yang sengaja Adara ambil dari salah satu rasi bintang paling terang di langit sama seperti namanya.
Aku dan kamu suka sekali melihat bintang di langit. Bagaimana kalau anak kita, aku beri nama Aldebaran.
"Aran, sebentar ya, Papa mau ke toilet dulu."
"Iya, Papa."
Setelah papanya pergi, Aran memainkan bolanya di rerumputan. Tanpa sengaja dia menendang bola itu cukup kencang hingga menggelinding jauh.
Ada kaki yang menahan bola itu lalu mengambilnya. Dia tersenyum sambil berjalan mendekat dan membawa bola itu. "Hebat sekali tendangannya."
Adara hanya menatap pria itu. Sudah lama sekali tidak bertemu tapi senyuman dan tatapan itu masih tetap sama.
"Terima kasih, Om," kata Aran sambil mengambil bola itu.
Pria itu mendekati Adara dan mengulurkan tangannya. "Apa kabar Ara? Lama tidak bertemu."
Adara hanya menatap uluran tangan itu. "Kak Ares ...."
"Ara baik, seperti yang kamu lihat." Bagas membalas uluran tangan Antares dan menjawab pertanyaan itu.
Adara beralih menatap Bagas yang sekarang merengkuh pinggangnya.
"Kamu sendiri apa kabar? Aku dengar kamu pensiun dari dunia hiburan," tanya Bagas.
Antares menatap tangan Bagas yang berada di pinggang Adara. Sudah lama berlalu, dia kira rasa itu sudah terkubur dalam tapi nyatanya sampai sekarang dia masih gagal move on. Keputusannya salah menyapa Adara dan menanyakan kabar Adara karena sudah pasti dirinyalah yang terluka.
"Baik. Aku ke sini ada janji sama teman. Aku duluan." Antares melambaikan tangannya lalu melangkah pergi.
Selamat, kamu sudah mempunyai keluarga yang sempurna, Adara.
...***...
Delapan tahun yang lalu ....
Adara tersenyum melihat Antares yang melambaikan tangan ke arahnya. Dia segera menghampiri Antares dan memeluknya. "Selamat Kak Ares, akhirnya single pertama Kak Ares akan rilis."
Antares mengangkat tubuh Adara lalu mengajaknya berputar. "Ini semua berkat dukungan dari kamu." Kemudian Antares melepas pelukannya dan menggandeng tangan Adara. "Tanpa dukungan dari kamu, aku tidak bisa apa-apa."
"Jangan bilang seperti itu. Ini semua karena usaha Kak Ares. Setelah ini Kak Ares pasti akan sibuk dan banyak konser di berbagai kota. Pasti kita akan jarang bertemu." Adara semakin memelankan langkah kakinya karena dia ingin terus berlama-lama dengan Antares.
"Ini baru awal karirku. Apa aku bisa menjadi terkenal seperti itu?"
"Tentu bisa. Kak Ares harus yakin bahwa Kak Ares bisa melaluinya. Aku akan selalu mendukung Kak Ares dimanapun Kak Ares berada tapi ...." Adara menghentikan langkah kakinya. Dia kini menatap Antares. "Pasti kalau sudah terkenal nanti Kak Ares dikelilingi fangirl, boleh tidak aku cemburu?"
Antares tersenyum dan memegang kedua bahu Adara. "Tentu dan aku akan jaga jarak. Jika perlu aku akan umumkan pada dunia bahwa Antares hanya milik Adara."
Adara tertawa mendengar hal itu. Gadis yang sekarang berusia 20 tahun dan sudah menjadi mahasiswa semester empat itu sudah dia tahun berpacaran dengan Antares. Tentu dia percaya dengan Antares tanpa harus memastikannya.
"Aku antar pulang. Besok aku jemput ya."
"Oke."
Antares menggandeng tangan Adara menuju tempat parkir. Mereka hanya membayangkan yang indah tanpa tahu apa yang akan terjadi di masa depan.
Hingga akhirnya Antares berada di puncak karirnya. Dia sangat digilai penggemarnya terutama penggemar wanita karena sebagai penyanyi solo yang masih muda dan tampan sangat mudah memikat hati mereka. Dia juga melakukan sejumlah casting. Bakatnya di dunia hiburan mengalir begitu saja setelah dia pensiun dari atlet renang karena mengalami cidera parah.
Hari itu Adara sengaja memberi kejutan pada Antares. Dia datang sambil membawa sebuket bunga untuk mengucapkan kesuksesannya setelah konser berlangsung.
Adara melambaikan tangannya pada Antares yang langsung dibalas senyuman.
"Ares senyum sama aku."
"Bukan, dia senyum sama aku."
Adara menoleh beberapa penggemar wanita yang berdiri di dekatnya.
Aku akan selalu mendukungmu, apapun yang kamu lakukan dan dimanapun kamu berada.
Kalimat itu yang sering Adara katakan pada Antares sampai detik ini.
"Kak Ares, selamat atas suksesnya konser tunggal ini." Adara memberikan sebuket bunga itu pada Antares yang langsung diterima Antares dengan senyumnya yang merekah.
"Makasih Ara. Aku tidak tahu kamu datang ke sini." Antares memeluk Adara di depan para penggemarnya dan seluruh ponsel kini merekam kedekatan mereka.
Antares tidak sadar, jika apa yang dilakukannya akan memicu kemarahan para penggemarnya.
"Jadi kamu pacar Ares?"
"Ares, kita semua di sini untuk kamu tapi kenapa kamu di sini untuk dia."
"Kamu tidak cocok sama dia. Kamu cocoknya sama Azura, lawan main kamu di drama nanti."
Berbagai komentar memicu kerusuhan para penggemar. Manager dan bodyguard Antares segera mengamankan Antares. Genggaman tangan Adara terlepas dan membuatnya terjatuh.
Hampir saja Adara terinjak jika saja tidak ada yang membantunya berdiri lalu melindunginya hingga keluar dari area konser.
"Kamu tidak apa-apa?"
"Tidak apa-apa. Terima kasih," jawab Adara tanpa melihat siapa yang menolongnya. Dia menatap telapak tangannya yang terluka karena sempat terinjak.
"Tangan kamu berdarah."
"Aku tidak apa-apa." Adara berjalan pelan lalu mengambil ponselnya. Tidak ada pesan dari Antares. Padahal dia sudah berharap hari ini dia akan pulang bersamanya lalu makan malam bersama.
Adara hanya bisa menarik ujung bibirnya. Ya, seharusnya aku bahagia karena Kak Ares sekarang berada di puncak karirnya.
Langkahnya berhenti saat ada beberapa wanita muda menghadangnya.
Mereka fans Kak Ares. Apa mau mereka?
"Ares tidak pantas sama cewek miskin kayak dia."
"Iyalah, Ares bisa mendapatkan wanita yang sepadan. Kita kawal Azura dan Ares sampai menikah."
"Sebentar lagi kalian pasti akan putus!"
Adara melindungi wajahnya saat mereka akan melemparinya dengan telur.
Beberapa saat kemudian ada sepeda motor yang berhenti di dekat Adara.
"Ayo ikut aku!"
Adara menatap pria yang memakai helm teropong itu. Siapa dia?
💗💗💗
Meskipun terlambat, selamat atas pernikahanmu Adara. 😂
Karya baru rilis lagi. 😂 Kali ini aku usahakan sampai tamat karena para sesepuhnya di sini semua. Maaf jika sebelumnya aku hapus2 karya. 😁
Jadikan fav ya. Banyak-banyak komentar biar semangat update.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Yulia Irawan
mampir nih kk...🥰🥰
2024-08-24
0
sunshine wings
Asek.. aku mampir author.. 💃💃💃💃💃♥️♥️♥️♥️♥️
2024-08-24
0
yellya
aku merapat👍🏻
2024-08-24
0