Tak ada yang tau kapan dan kepada siapa cinta kita berlabuh. begitupun Kiara yang memendam perasaannya pada sang bos dingin yang bernama Zavier.
meluluhkan hati Zavier adalah goals terbesar yang ingin Kiara capai. namun, siapa sangka karna orang tua Zavier yang terus mendesaknya untuk menikah, akhirnya Kiara terikat pernikahan kontrak bersama Zavier.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Blue Zia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 18
3 hari telah berlalu, mereka menjalani aktifitas seperti biasa. Kiara setiap hari pulang bersama Zavier karna Zea selalu ingin bertemu dengan Kiara.
Hal itu memicu gosip di kantor, Riya yang mendengar itu sangat kesal. beberapa kali Riya melabrak Kiara dan memperingatinya untuk menjauh dari Zavier namun, tetap saja Kiara akan pulang bersama Zavier.
Saat ini Kiara sedang menunggu Zavier yang sedang keluar bersama Rion. Kiara menyandarkan punggungnya di sofa sambil bermain ponsel.
Suara ketukan pintu membuat Kiara mengalihkan pandangannya kearah pintu. terlihat Riya masuk dengan tatapan tak suka.
"Ngapain lo disini?" tanya Riya tak suka.
"Nunggu bos, lo sendiri ngapain masuk kesini? lo lupa aturan yah," ucap Kiara sinis.
"Dih. lo aja bisa nunggu Zavier disini kenapa gue gak! oh atau jangan-jangan lo gak tau yah kalau gue sama nyokapnya Zavier itu deket," ucap Riya sombong.
"Ya terus? lo pikir dengan begitu lo bisa bebas masuk ruangan Zavier begitu aja? lo tetap harus ikuti aturan perusahaan!"
Saat mereka berdebat, Zavier dan Rion masuk.
"Ngapain lo disini?" tanya Rion.
Zavier tak perduli dan menghempaskan tubuhnya di kursi lalu memejamkan matanya.
Kiara dan Riya masih saja berdebat membuat Zavier emosi yang memukul meja dengan keras.
"DIAM!" teriak Zavier.
Mereka semua terdiam mendengar suara Zavier yang sangat menakutkan.
Tak ada yang berani membuka suara, bahkan bergerak pun mereka ragu.
Disaat Zavier seperti ini tak ada seorangpun yang berani menghadapinya. ia seperti monster jika sudah mengeluarkan suaranya seperti itu.
"INI RUANGAN SAYA! BUKAN RUANG DEBAT! APA KALIAN TIDAK PUNYA KERJAAN SAMPAI BERKUMPUL DISINI!" bentak Zavier.
"..."
"KENAPA KALIAN SEMUA DIAM HAH! APA MULUT KALIAN TIDAK BERFUNGSI!"
Emosi Zavier benar-benar meledak saat ini. siapapun yang berani membantahnya bisa dipastikan orang itu akan trauma berhadapan dengan Zavier.
"JAWAB!"
"Maaf kami salah pak, kami akan keluar sekarang," ucap Kiara setelah mengumpulkan keberanian.
Zavier hanya terdiam dengan tatapan tajam yang tak lepas dari Kiara. ditatap seperti itu membuat Kiara merapalkan doa-doa yang ia hafal agar terhindar dari amukan Zavier.
"Saya sudah selesai pak, saya akan kembali ke ruangan saya," ucap Rion.
Setelah mendapat anggukan dari Zavier, barulah Rion keluar dari ruangan Zavier meninggalkan Kiara dan Riya.
"Saya akan kembali keruangan pak," ucap Kiara.
"Tetap disini." Zavier menatap Riya.
"Saya ingin menyampaikan hal pribadi pak, ada baiknya jika ibu Kiara keluar dulu," ucap Riya.
"Maaf bu Riya, sekarang masih jam kerja. jika ingin menyampaikan hal pribadi silahkan temui bapak setelah jam kerja selesai," ucap Kiara mewakili Zavier.
"Saya tidak bicara sama kamu!"
"Itu tugas Kiara!"
Riya menghembuskan napas kasar. ia tak tahan lagi. "Nyokap lo nyuruh gue," ucap Riya.
"Maaf bu---" ucapan Kiara terpotong.
"SAMPAIKAN SETELAH JAM KERJA BERAKHIR!" ucap Zavier penuh penekanan.
"Baik pak."
Riya pun keluar dengan menyenggol keras bahu Kiara.
"Awww."
"Minggir, lo ngalangin jalan gue!" ucap Riya berlalu pergi.
"Ada perlu?" tanya Zavier yang melihat Kiara masih berdiri di depannya.
"Tidak pak, kebetulan hal yang ingin saya sampaikan juga hal pribadi. saya akan menyampaikan setelah jam kerja berakhir," ucap Kiara.
"Katakan," ucap Zavier.
"Tidak pak, saya akan mematuhi aturan kantor."
"KATAKAN! JANGAN MEMBUAT SAYA MARAH!" ucap Zavier sedikit meninggi.
Kiara menelan ludahnya dengan susah payah. ia benar-benar tak tau harus mulai dari mana jika Zavier mode senggol bacok. seperti ini.
Ponsel Zavier berdering, ia melihat sekilas dan memberikannya pada Kiara.
"Apa yang harus saya katakan pak?" tanya Kiara yang mengerti maksud Zavier.
"Meeting."
Kiara menjawab panggilan itu dan menekan loudspeaker. hal pertama yang mereka dengar adalah teriakan dari Kalandra.
"DARI MANA SAJA KAMU! KENAPA LAMA SEKALI MENJAWAB TELPON SAYA!"
Kiara melirik Zavier, setelah mendapat anggukan barulah Kiara bersuara.
"Selamat sore pak, saya Kiara sekretaris pak Zavier. kebetulan bapak sedang ada meeting pak. apa ada pesan yang ingin disampaikan?" tanya Kiara lembut.
"Owwww Kiara, kenapa gak bilang dari tadi. kalau tau kan saya gak teriak-teriak. tidak ada pesan penting untuk bosmu. katakan padanya untuk menelpon saya kembali setelah ia kembali," ucap Kalandra.
"Baik pak akan saya sampaikan."
Tut...tut...tut
Kalandra memutus sambungan telpon sepihak. Kiara mengembalikan ponsel Zavier.
"Katakan."
"Soal kontrak..."
"Saya tidak ingin mendengar itu, keluar."
"Baik pak."
Kiara ngedumel dalam hati karna Zavier yang ingin tau, dia juga yang tak ingin mendengar.
"Bro," panggil Rion.
"Bro bro pala lo. gue udah feminin gini lo panggil bro!" kesal Kiara.
"Buset mukanya kok kusut banget, kena semprot juga lo?"
"Gak, kesel aja. ngopi kuy," ajak Kiara.
Tanpa mereka sadari, Zavier melihat mereka berdua dari balik tirai ruangannya. Zavier mengepalkan tangannya.
Ponselnya kembali berdering. kali ini panggilan dari Zura sang bunda. tanpa menunggu lama Zavier menjawab panggilan tersebut.
"Iya bunda."
"Apa dia sudah menyampaikan pesan bunda?" tanya Zura.
"Bunda, plis jangan kaya gini. Zavier bisa cari sendiri bunda, dan bunda gak tau seperti apa wanita yang bunda bangga-banggakan itu," jelas Zavier lembut.
"Ketemu dulu nak, bunda sudah membantumu agar Zea tetap bersamamu. apa salahnya mencoba nak."
"Salah bunda. karna Zavier mencintai wanita lain. dan akan tetap seperti itu. bunda mau wanita yang bunda pilih sakit hati kalau tau Zavier mencintai wanita lain?"
"Bunda sudah mengatakan itu padanya dan dia terima, dia bisa menerimamu yang mencintai wanita lain."
"Tapi Zavier nggak bisa bunda. tolong kali ini aja biarkan Zavier memilih," ucap Zavier lirih.
"Coba dulu sama pilihan bunda yah. jangan langsung nolak gitu. kalau kamu nolak sama aja kamu nolak bunda. bunda sedih jika kamu menolak."
Zavier mengacak rambutnya frustasi. mau tidak mau ia meng iya kan bundanya. ia tak akan tega jika bundanya bersedih apa lagi itu karna dirinya.
"Zavier akan coba. tapi waktu Zavier gak banyak bunda. 2 hari bagaimana," tawar Zavier.
"Ok deal!"
Terdengar suara bahagia Zura diseberang telpon. Zavier hanya bisa menghembuskan napas panjang setelah panggilan terputus.
...----------------...
Jam pulang akhirnya tiba. seperti biasa Kiara akan keruangan Zavier dan menunggunya selesai.
Bukan karna Kiara modus yah. tapi itulah kebiasaan Kiara sejak pulang dari kota B.
Kiara akan menuju rumah Zavier untuk bertemu Zea sebentar lalu kembali ke kost nya saat Zea sudah terlelap.
Baru saja Kiara ingin membuka pintu ruangan Zavier, ia mendengar suara Riya dari dalam sana.
"Bagaimana bisa Riya masuk tanpa sepengetahuan gue," ucap Kiara pelan.
Kiara mengetuk pintu dan masuk setelah mendapat izin dari Zavier. Riya menatap Kiara tak suka.
"Akhir-akhir ini gue liat kalian sering pulang bareng," ucap Riya.
"Hm."
"Gue ikut kerumah lo hari ini!"
"G."
"Sayangnya nyokap lo nyuruh gue ikut lo pulang gimana dong," ucap Riya tersenyum licik.
"Hah! apa lagi ini." batin Kiara.
"Hari ini kamu tidak perlu kerumah," ucap Zavier berjalan keluar.
"Hahahah lo denger sendiri kan. GAK PERLU! jadi sana lo pulang sendiri huuuuu!" Riya mendorong bahu Kiara sedikit keras.
"Santai aja dong!" Kiara menahan emosi.
Riya keluar dari ruangan Zavier, begitupun Kiara. bisa Kiara liat dengan jelas jika Zavier tak bereaksi apapun saat Riya berjalan di sampingnya.
"Itu posisi gue! kenapa jadi dia yang berdiri disamping Zavier!" kesal Kiara.
"Liat kelakuan si duren! kemarin-kemarin aja mohon sama gue. sekarang malah jalan sama mak lampir! awas aja lo balik sama gue!"