Setelah orang tua nya bercerai, Talita dan kedua adiknya tinggal bersama ibu mereka. Akan tetapi, semua itu hanya sebentar. Talita dan adik-adik nya kembali terusir dari rumah Ibu kandung nya. Ibu kandungnya lebih memilih Ayah tiri dan saudara tiri nya. Bukan itu saja, bahkan ayah kandung mereka pun menolak kedatangan mereka. Kemana Talita dan adik-adik nya harus pergi? Siapa yang akan menjaga mereka yang masih sangat kecil? Jawaban nya ada di sini. Selamat membaca. Ini novel kedua ku ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Rumah adalah tempat ternyaman untuk kita kembali saat kita tidak tahu arah. Namun kini, Talita dan adik-adik nya kehilangan tempat itu. Mereka seperti siput yang kehilangan cangkang nya.
"Sudah Pak polisi, di sini rumah Ayah saya. Terima kasih atas tumpangan nya ya. Saya pamit."
"kan udah di bilangin, jangan panggil saya pak polisi. Saya tidak setua itu."
"Terserah deh. Saya pergi ya."
Tanpa menunggu jawaban dari Rian, ia langsung bergegas menemui adik-adik nya. Ia sangat khawatir meninggalkan mereka dengan Ayah nya Anton.
"Tasya.. Tania.. Kakak pulang. Di mana kalian?"
Rumah itu sepi seperti tidak berpenghuni. Kemana semua orang pikirnya. Warung milik Ibu tiri Talita pun tutup.
Namun, saat dia akan pergi, Ibu tiri dan Ayah nya pulang. Mereka berdua pulang tanpa kedua adik Talita.
" Talita? Bukan nya kamu di penjara?"
"Dari mana ayah tau kalau aku di penjara?"
"Ibu mu tadi menelpon ayah. Ia berkata kamu di sana. Adik-adik mu juga sudah ke sana."
"Mereka ke sana? Sama siapa?"
"Ya berdua lah. Masak sama kami. Kami itu sibuk tahu." Ucap Ibu tiri itu tanpa rasa bersalah."
"Kok kalian biarin mereka pergi gitu aja? Mereka itu masih kecil."
"Ya bukan urusan kami."
"Mana tas Talita, Yah."
"Nggak tahu. Tadi adik-adik kamu yang bawa."
"Ayah jangan bohong ya. Kalau memang Ayah mengambil isi yang ada di dalam tas milik Talita, siap-siap saja Ayah masuk penjara."
"Emang bisa?"
"Ya bisa lah. Tadi di kantor polisi, Talita juga di tanyain dimana Ayah kandung Talita. Kata pak polisi, kalau Ayah berbuat macam-macam, Talita boleh melaporkan Ayah."
"Taaapi,,"
"Nggak ada tapi, Ibu tiri, siap-siap saja jadi janda ya. Di penjara itu kejam. Bahkan ada yang ma ti karena di siksa."
Talita terus menakuti Ibu tiri nya. Wanita itu memang ke jam dan ju des. Akan tetapi, pikiran nya itu tidak akan sampai terlalu jauh.
"Sebenarnya, Ayah mu menjual tas dan handphone milik mu."Ucap Ibu tiri Talita takut-takut.
"Dimana sekarang barang milik Talita. Cepat jawab!"
"Ayo Ibu antarkan."
Mereka bertiga pun pergi lagi ke tempat Anton menjual barang-barang anak nya. Entah terbuat dari apa hati nya. Anak-anak nya sudah kesusahan seperti itu, tapi ia tega malah menambah beban.
"Panjul, barang tadi mana? Sini, aku nggak jadi jual."
"Nggak bisa gitu dong Anton. Barang yang sudah di jual nggak bisa di ambil lagi."
"Kenapa nggak bisa? Aku pemilik barang-barang itu. Anda bisa saya laporkan ke polisi karena sudah menjadi pena dah." Ucap Talita berang.
"Apa? Siapa pula perempuan ini. Main tuduh-tuduh segala."
"Dia pemilik barang-barang itu Jul."
"Tapi, ada orang yang datang mau ambil sebentar lagi."
"Terserah. Kembalikan barang-barang itu atau aku teriak sekarang. Maling,,!"
Mulut Talita di bekap oleh Anton. Jika sampai ada yang mendengar, di pastikan mereka semua akan menjadi ma yat sebelum menjadi tersangka.
"Kamu kenapa teriak gitu sih."
"Biar cepat. Aku nggak bisa lama-lama. Tasya dan Tania masih belum tahu dimana keberadaan nya."
"Baik, baik. Ini ambil barang-barang mu. Dan kau Anton, kembalikan uang yang sudah ku berikan pada mu."
"Berapa uang yang ia berikan untuk semua barang-barang ini?"
"Lima juta."
"Apa? Semur ah itu? Apa Ayah tahu harga handphone ini? Ini merk strawberry yah. Dan tas ini merk Chocolate. Apa Ayah lupa, ini tu tas kesayangan nenek yang di beli di Paris. Waktu itu nenek beli nya seharga dua juta dolar."
"Aaapa? Dua juta dolar? Tas ini? Lalu, handphone ini?"Tanya Panjul dengan tangan gemetar.
"Itu murah kok. Pemberian kakek ku beberapa tahun yang lalu. Cuma tiga puluh lima juta rupiah aja."
"Cuma? Anton, siapa gadis ini? Mengapa ia mengenal mu?"
"Dia, anak ku, Jul."
Panjul langsung pingsan di tempat. Ia tidak menyangka, di datangi oleh satu keluarga aneh hari ini. Entah Seperti apa hubungan Ayah dan anak itu. Panjul tidak akan mau lagi berhubungan dengan mereka..