Elara, seorang gadis periang. Hidupnya penuh dengan kebahagiaan, dia hidup dengan penuh cinta dan kasih sayang yang melimpah. Baginya tidak ada kesedihan yang akan berkepanjangan, namun semua menjadi sirna ketika dia beranjak remaja. Ayah dan Ibu yang selalu perhatian terhadapnya, kini telah acuh. Bahkan Ayah yang dulu ia anggap sebagai seorang pangeran, kini berubah menjadi seorang iblis. Cinta merupakan hal yang paling ia hindari, tapi seorang pria bernama Estele malah tertarik pada Elara, wanita yang jarang tersenyum, selalu jutek dan keras kepala. Akankah Elara jatuh cinta kepada Estele? atau Estele akan menyerah pada Elara yang cukup sulit di buat luluh?
Please follow dan like postingan IG Author :
@Zahra_Arara07
Please follow dan like postingan Tiktok Author :
@rara_01075
Dukungan anda, teramat berarti untuk saya❤️🌹
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rara_07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencoba Nasihat Mama{18}
Buk!
Satu tendangan mendatar di tulang kering Estele. Pria itu menjauh dari Elara, sambil memegang kakinya yang terasa sakit. Ternyata tendangan kaki Elara kuat juga. Elara, wanita itu bangkit dari tempat duduknya. Dia menatap tajam pria dihadapannya sambil bersedekap dada. Persetanan dengan formalitas kesopanan untuk senior, Elara benar-benar merasa muak.
"Hei Lo! Lo ini senior yang paling nyebelin ya! Apa maksud lo dekat-dekat sama gue! Mau mesum lo ya!"hardik Elara dengan marah.
"Apa? Tidak kok, Ela kamu salah paham. Aku gak ...."
"Alah diam lo! Gue udah berusaha sopan sama lo karena lo kakak tingkat! Persetanan dengan gelar kakak tingkat! Gue gak akan respect ama lo! Dasar pria menyebalkan!!"gerutu Elara.
Elara merasa kesal, dia mengambil tasnya yang ada di bangku tempat ia duduk tadi. Hendak pergi dari sana demi menjaga tekanan darahnya sendiri. Namun Estele dengan cepat menahan pergelangan tangannya. Membuat Elara berdecak sebal. Sungguh menyebalkan sekali Estele itu.
"Apa lagi sih!?"tegas Elara.
"Aku kamu bicara sama kamu Ela, oh ya! Ini ada coklat buat kamu."ungkap Estele sambil memberikan sebatang coklat.
Elara menatap saja coklat itu, membuat Estele menjadi was-was takut jika coklat itu akan di buang, atau bahkan di lemparkan ke wajahnya. Setelah puas menatap coklat di depannya, Elara kemudian menatap pria yang memberikan coklat itu dengan tatapan datar.
Glek!
Nafas Estele terasa tercekat, mungkinkah Elara tidak suka? Apakah dia akan benar-benar melemparkan coklat itu ke wajahnya kali ini?
"Makasih! Udah kan?"ujar Elara dengan ketus sambil menerima sebatang coklat itu.
"Eh?" Estele terkejut ketika coklat itu tidak dibuang.
"Kenapa Kak? Udah kan? Sekarang lo lepasin tangan gue!"tegas Elara.
"Ha? Iya-iya, maaf ya...."jawab Estele sambil tersenyum.
Estele bahagia saat melihat Elara dengan senang hati menerima coklat pemberiannya tanpa berniat untuk membuang nya. Sementara Elara, dia menyimpan coklat itu ke dalam tas. Dia tidak akan membuang makanan, sangat tidak pantas membuang makanan atau menghina makanan. Jadi, itulah alasan dia menerima coklat tersebut.
"Aku disini ingin meminta maaf, aku sadar telah benar-benar melakukan kesalahan. Mungkin saja gantungan kunci itu adalah benda yang paling berharga bagimu. Sebanyak apapun uang yang aku punya, tidak akan bisa membeli sebuah kenangan. Jadi, aku minta maaf karena telah menghancurkan kenangan milikku mu...."tutur Estele dengan tulus.
Elara diam, dia bisa merasakan ketulusan dari Estele. Tapi, dia tidak bisa memaafkan pria itu dengan mudah. Sebanyak apapun permintaan maaf dari Estele, tetap saja tidak akan membuat gantungan kunci pemberian Haru akan kembali seperti semula.
"Maaf, aku harus pergi Kak."jawab Elara.
Wanita itu tidak mengatakan apa-apa lagi, dia bahkan tidak menjawab apakah dia menerima permintaan maaf dari Estele atau tidak. Membuat Estele hanya bisa tersenyum getir sambil menatap punggung Elara yang semakin menjauh. Elara, dia berjalan semakin menjauh. Dia memegang dadanya, entah mengapa perasaannya terasa aneh. Dia tidak boleh larut dalam perasaan aneh itu.
...****************...
"Elara! Tunggu dulu!"
Elara terkejut, baru saja dia ingin melangkah masuk ke kelas. Tapi teriakan Astro membuat dia berhenti. Dia menatap bingung pada pria yang selalu bergaya seperti seorang anak geng motor. Apakah pria itu tidak bosan dengan gayanya yang terlihat begitu?
"Ada apa? Kenapa lo manggil gue?"tanya Elara.
"Lo juga masuk ke UKM seni ya?"seru Astro sambil tersenyum.
"Iya, emangnya kenapa?"jawab Elara.
"Bagus, gue juga masuk dalam organisasi itu! Senang karena lo ama gue di organisasi yang sama!"seru Astro.
"Tunggu sebentar, kok lo bisa tahu kalau gue masuk organisasi itu ha?"tanya Elara sambil memicingkan mata.
"Ha? Hehe, ya tahulah, kam gue baru aja daftar. Terus gue gak sengaja lihat nama lo di meja pendaftaran tadi."balas Astro sambil terkekeh.
"Oh begitu ...." Elara mengangguk, "BTW, lo milih divisi apa? Gue tebak pasti anak band kan?"
"Haha, salah! Gue gak masuk divisi itu!"balas Astro sambil tertawa.
Elara memicingkan mata, dia tidak yakin dengan itu semua. Dengan gayanya yang seperti seorang anak geng motor. Maka divisi satu-satunya yang cocok di organisasi seni adalah divisi anak band. Itu akan sangat cocok dengan Astro, mengingat cara dia berpakaian yang sangat pas dalam posisi itu.
"Terus lo masuk divisi apaan?"tanya Elara.
"Gue masuk divisi lukis."jawab Estele sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal
Elara mengangah, seorang Astro masuk kedalam divisi lukis? Sungguh Elara tidak percaya, pria itu tidak terlihat seperti orang yang punya bakat melukis. Gayanya terlihat seperti orang yang sangat suka dengan perhatian, tantangan dan segala jenis olahraga. Sungguh kebalikannya, dengan Estele. Pria itu jika di amati dengan benar, maka dapat terlihat bahwa dia tidak takut akan banyaknya perhatian, tantangan, bahkan Estele hampir suka setiap cabang olahraga. Tapi, pria itu memiliki gaya seperti seorang pria lembut dengan pakaian berwarna menyejukkan yang sering ia pakai. Sementara Astro, pria itu selalu menggunakan warna pakaian yang berwarna hitam, lengkap dengan gaya anak geng motornya. Atau tepatnya Astro terlihat seperti seorang bad boy.
"Elara? Lo kenapa melamun gitu? Lagi mikirin apa?"tanya Astro.
"Ha? Gak kok, udah deh. Gue mau masuk!"jawab Elara.
"Ayo bareng!"seru Astro.
...****************...
Plak!
Dion merasa murkah, dia menampar Nikita dengan mata yang mulai memerah karena merasa sangat-sangat murkah. Nikita, wanita itu jatuh terduduk di atas lantai sambil memegang pipi kanannya yang terasa kebas. Wanita itu menangis, dia merasa sangat tertekan saat ini.
"Lo ini wanita jalang ya! Berani-beraninya lo ngirim pesan ke mantan lo ha!!!"bentak Dion.
Nikita menangis segugukan, tubuhnya gemetar. Sungguh menakutkannya kemarahan dari Dion. Pria itu tidak segan-segan bermain fisik, tidak hanya itu. Dion juga sangat tega membuat batin Nikita terluka.
"Hiks. . . ,maafkan aku Dion. Hiks .... , tolong maafkan aku ...."pintah Nikita sambil menangis pilu.
Dion menggeram, dia berjongkok untuk melihat wajah kekasihnya itu. Dia yang tadinya marah, tiba-tiba saja menarik tubuh Nikita dalam pelukannya. Dia memeluk Nikita dengan lembut sambil mengelus-elus puncak kepala wanita itu.
"Ssst .... , jangan nangis sayang hmm. Kamu tahu kan kalau aku cemburu, jadi jangan lakukan itu lagi."ucap Dion dengan lembut.
Nikita hanya diam, dia mengigit bibir bawahnya. Dia berusaha untuk menahan suara isak tangisnya. Dia tak mau membuat Dion sampai mendengar suara isakannya. Wanita itu hanya bisa pasrah dalam dekapan Dion. Pria itu sama sekali tidak mencintai dirinya, Dion hanya terobsesi untuk memiliki dirinya karena jiwa saingnya terhadap Estele sangat besar.
"Aku menyesal, harusnya aku tidak menduakan Estele. Aku telah terbuai oleh rayaun manis dari bibir Dion. Dan sekarang aku terjebak dalam hubungan yang toxic ini."monolog Nikita, menyesali apa yang telah ia lakukan.
"Lo adalah budak gue! Selagi gue masih butuh lo dan tubuh lo! Lo gak akan bisa pergi dari gue Nikita! Gue akan rebut semua yang buat Estele bahagia! Karena gue benci pria itu!"monolog Dion sambil menyeringai.
Dion tersenyum, dia melepaskan pelukannya dari Nikita. Dia menangkup kedua pipi Nikita. Sementara wanita itu berusaha untuk tersenyum walupun matanya masih sembab. Dion mendekati wajah kekasihnya, lalu mel*m*t bibir Nikita dengan rakus. Sementara Nikita, wanita itu terpaksa membuka mulut demi memuaskan keinginan Dion. Ciuman itu sangat membahagiakan bagi Dion, namun adalah siksaan bagi Nikita. Dion menciumnya dengan brutal, bahkan hanya melepaskan pangutan mereka ketika Nikita sudah mulai merasakan kehabisan nafas. Nikita hanya pasrah dengan ciuman yang dilakukan oleh Dion, wanita itu hanya bisa meneteskan air mata sambil menahan suara isakannya.