Aku Ingin Jatuh Cinta{Lagi}
Pepohonan bertiup senada dengan hembusan angin yang disertai hujan. Kerumunan orang turut berduka atas apa yang telah terjadi. Seorang perempuan berusia 17 tahun menatap nanar sebuah nisan yang baru saja dibuat. Air matanya jatuh bersamaan dengan derasnya hujan yang turun. Semua orang menggunakan payung berwarna hitam, sedangkan dia memilih untuk merasakan dinginnya rintik air itu. Hati yang ia kira akan berbunga, kini kembali layu. Baru saja ingin merasakan cinta dalam hidupnya, kini cinta itu malah pergi meninggalkannya. Pria yang ia kira akan menjadi rumah, kini telah terkubur dalam tanah yang bertaburan bunga.
"El, kami pamit ya. Turut berdukacita."
Semua teman-teman kelasnya perlahan mulai meninggalkan ia sendiri. Ada beberapa teman yang mengajak dia untuk segera pergi karena cuaca yang semakin buruk. Namun, gadis itu sama sekali tak mau berkutik. Dia masih tak terima, ada apa gerangan kah? Kenapa Tuhan begitu suka sekali menyakiti hatinya? Semenjak ia beranjak dewasa, tidak ada kebahagiaan dalam hidupnya. Dia merasa Tuhan begitu teramat benci kepadanya.
"Apa salahku Tuhan? Sebegitu benci kah engkau terhadapku?"gumamnya dengan tatapan kosong.
Hatinya terasa remuk, ia telah kehilangan cintanya, prianya dan rumahnya. Dia sekarang telah menjadi gelandangan, tidak ada tempat untuk berbahagia sejenak dari begitu sedihnya kehidupan nyata. Ia telah menaruh ribuan harapan pada cintanya, tapi semua seperti pasir. Semakin digenggam, semakin hilang perlahan-lahan.
"Aku benci! Aku tidak akan pernah jatuh cinta lagi! Aku benci jatuh cinta!"tegasnya.
Kedua tangannya mengepal, perasaan sakit dan duka telah memenuhi hatinya yang lembut. Kini hati itu akan ia paksa untuk mengeras, tak ada yang boleh meluluhkan nya lagi. Sudah cukup dengan cinta, semua adalah kebohongan belaka. Mungkin hidupnya tidak akan pernah bisa menyatu dengan cinta. Kesunyian dan kesepian adalah teman yang setia.
****
1 tahun kemudian, semua orang terlihat begitu semangat. Mereka menyiapkan semua yang diperlukan dalam acara OSPEK di sebuah Universitas ternama di kota mereka. Baik lelaki maupun perempuan begitu bersemangat untuk menampilkan yel-yel dari tiap gugus mereka, bahkan mereka semua sudah tak sabar untuk menunjukkan bakat-bakat mereka didepan semua orang yang ada.
"Gila! Kakak dari jurusan teknik tadi keren banget!"
"Iya! Gue aja sampai mau pingsan rasanya."
Elara, wanita cantik berambut panjang hitam sepinggang memutar bola mata malas. Sejak kemarin para wanita di gugusnya sibuk bergosip mengenai semua Kakak tingkat, baik dari jurusan mereka masing-masing, atau dari jurusan lain. Sungguh memuakkan sekali bagi seorang Elara.
"Mereka menyebalkan,"gumamnya.
Demi menjaga suasana hatinya, Elara memutuskan untuk izin ke kamar mandi kepada kakak penanggung jawab gugusnya. Gedung kampus tempat ia berada cukup luas, gedung yang menjuntai tinggi dengan banyaknya anak tangga, membuat ia merasa bingung sekaligus kelelahan.
"Oh yang benar saja! Semua anak tangga ini membuat ku kesal!"gerutu Elara dengan kaki yang di hentakkan kasar.
Sudah hampir 5 menit Elara berkeliling mencari dimana letak kamar mandi di gedung tinggi dan luas itu. Sejak tadi dia dibuat pusing, ia rasa kalau saat ini dia sudah tersesat. Merasa lelah, Elara memutuskan untuk berisitirahat sejenak di salah satu anak tangga. Dia juga merasa kesal dengan pakaian yang sedang ia gunakan, kalung kardus di leher yang bertuliskan nama dan motto hidup yang aneh. Membuat dia merasa geli. Kenapa juga harus menggunakan aksesoris yang aneh-aneh.
"Huf, sialan!"gumamnya sambil menghela nafas.
Tap ....
Tap ....
Seorang pria tersenyum tipis ketika melihat seorang perempuan sedang duduk di salah satu anak tangga. Dia mendengar semua keluhan yang kasar dari mulut wanita itu. Dia yang awalnya akan menuruni tangga, merasa tertarik untuk memperhatikan perempuan yang duduk menyendiri. Apalagi melihat motto yang tertulis di kardus belakang milik perempuan itu, 'Wanita Cantik yang Imut'. Pria itu hampir ingin tertawa terbahak-bahak melihat tulisan yang terlihat seperti sangat narsis itu. Sadar kalau dirinya sudah di tunggu oleh teman-temannya di lapangan, pria itu buru-buru menuruni anak tangga.
"Ck, kenapa sih tuh cowok? Gak lihat apa gue disini!"ketus Elara.
Elara menatap sinis punggung pria yang kakinya hampir menendang tubuhnya. Elara kembali berdiri, dia merasa sudah tidak tahan lagi untuk mengeluarkan cairan tubuhnya. Pada akhirnya dia memutuskan untuk bertanya kepada seorang ibu pembersih. Untunglah dia menemukan WC dengan cepat. Setelah selesai, dia kembali menghela nafas karena harus kembali ke lapangan untuk mengikuti OSPEK. Saat sampai, mata Elara memicing saat melihat suara riuh para mahasiswa baru yang sedang duduk di tengah lapangan. Matanya menatap segerombolan pria berbaju putih dengan warna sabuk yang berbeda-beda di pinggang mereka.
"Ada apa sih? Kok heboh banget?"gumam Elara.
"Oy Elara! Sini duduk cepat!"seru Aira.
Elara berjalan menghampiri teman satu sekolah dan kelasnya itu dulu, dia duduk disebelah Aira. Memandang perempuan itu dengan tatapan aneh. Bagaimana tidak, wanita itu terlihat berbinar-binar saat melihat pemandangan para pria yang sedang melakukan aksi di hadapan para mahasiswa dan mahasiswi baru.
"Lo sehat ha? Nyengir-nyengir gak jelas lo!"ujar Elara.
"Ck, lo mah aneh! Ya jelas gue nyengir, orang lihat para cogan lagi taekwondo di hadapan mata!"balas Aira.
"Ck, biasa aja kali. Mereka gak sehebat itu!"bantah Elara.
Aira dan Elara duduk di paling depan, semua teman-teman gugusnya sangat antusias sekali melihat setiap gerakan bela diri yang dilakukan oleh para anak UKM bela diri di kampus itu. Elara menguap, dia merasa bosan dan lelah. Kira-kira kapan semua akan berakhir, jujur dia sama sekali tidak terlalu merasa bahagia atau antusias mengikuti OSPEK. Jika bukan karena tuntutan kampus, maka dia sama sekali tidak akan menginjakkan kaki di acara OSPEK yang akan berlangsung 3 hari itu.
Prang!
Sebuah pedang yang terbuat dari logam tipis terjatuh tepat dihadapan Elara. Membuat jiwa penasaran Elara memberontak, dia penasaran apakah pedang itu tajam atau tidak? Apalagi saat dia melihat seorang pria yang tadi mengarahkan pedang itu ke lengannya, dan yang menakjubkannya pria itu tidak terluka sama sekali. Jari telunjuk Elara perlahan akan menyentuh pedang yang tergeletak itu karena pemiliknya sedang sibuk melakukan aksi pertunjukan bela diri bersama dengan satu temannya. Saat jari telunjuknya hampir menyentuh pedang itu, tiba-tiba saja ada tangan lain yang dengan cepat mengambil pedang itu. Membuat Elara mendongak untuk menatap tangan siapakah itu.
Deg!
Elara terkejut ketika melihat seorang pria berwajah tampan sedang menatap dirinya. Mereka saling pandang, pria itu tersenyum samar. Sementara Elara mengerjap karena merasa bingung. Dengan cepat pria itu menyingkir dari hadapan Elara untuk bergabung kembali dengan teman-teman bela dirinya. Sementara Elara, wanita itu menautkan kedua alis. Dia berdecak kesal karena tidak dapat menyentuh pedang itu.
"Ck, menyebalkan!"gerutu Elara.
Setelah pertunjukan selesai, pria yang tadi mengambil pedang miliknya. Melirik ke arah wanita yang begitu berani ingin menyentuh benda kepunyaannya. Dia tersenyum miring ketika melihat wajah cantik yang jutek itu.
"Kenapa dia tidak tersenyum? Semua orang bersorak riang. Tapi, dia malah biasa saja dengan wajah datarnya itu,"gumamnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments