Gadis badas seorang Mahasiswi berprestasi dan pintar berbagai bahasa, harus berakhir koma karena orang yang iri dengki kepadanya.
Jiwanya masuk ke tubuh seorang istri bodoh, seseorang yang selalu mudah ditindas oleh suami dan mertua serta orang lain.
“Ck! Aku nggak suka wanita lemah dan bodoh! Haruskah aku balaskan dendam mu dan juga dendam ku?“ Tanya si mahasiswi pada wajah si pemilik tubuh yang dia masuki melalui cermin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Bukan Salahmu Jadi Orang Miskin.
Di kamar hotel Yoga sedang duduk di balkon seraya menghisap rokok setelah puas mengeluarkan has-rattt nya yang tertahan, sudah 2 bulan ini dia kembali merajut cinta dengan mantan istrinya.
“Sayang, pakai kaos mu. Hawanya sangat dingin,“ wanita cantik nan sexy bernama Vania itu keluar dari kamar dengan memakai linge-rie, dia membawakan kaos untuk mantan suaminya.
“Thank's, sayang. Uang nya udah aku transfer ya, kamu bisa beli tas yang kamu mau. 150 juta, kan?“
Wajah Vania menunduk malu-malu, “Aku malu, sayang. Nanti kamu pikir aku wanita matre kayak ibumu, padahal dulu aku hanya berbuat kesalahan dengan tertipu. Investasi ku malah dibawa kabur, aku harus memakai uang perusahaan mu. Sekali lagi, maafkan aku...“
Grep!
Yoga menarik pinggang Vania dan mendudukkan tubuh mantan istrinya di pangkuan, “Shhhh, itu masa lalu. Secara pelan-pelan, aku akan menjelaskan pada Mama agar Mama mau menerima kamu kembali. Kamu nggak ingin ketemu anak-anak kita?“
Vania bergelayut manja dia pangkuan mantan suaminya, dia membusung-kan da da nya yang besar dan menempelkan nya pada tubuh Yoga. Sekali lagi gair-ah Yoga terpancing, ah nasibnya menikah selama setahun dengan Aruna tidak melampiaskan has-rattt jadinya saat Vania datang dia seperti biksu yang berpuasa puluhan tahun. Apalagi dia menduda sejak lima tahun lalu, setelah si kembar lahir Vania kabur dengan membawa uang perusahaan.
Vania tidak suka jika Yoga membahas anak-anak mereka, lagipula dulu dia sangat keberatan untuk hamil karena tidak ingin bentuk tubuhnya hancur. Benar saja, setelah melahirkan tubuhnya menjadi banyak yang kendor dan wajahnya kusam. Jadi dia menghabiskan uang untuk perawatan tubuh hingga kembali seperti gadis lagi dan melakukan perawatan wajah dengan berbagai operasi. Sisa uang yang dia bawa kabur, Vania habiskan dengan Travelling ke berbagai negara dan dia banyak tidur dengan bermacam pria asing.
Saat kini uang menipis, Vania kembali pada Yoga dengan tubuh yang masih sexy dan padat ditambah aura kecantikan yang berkali lipat meski itu adalah wajah dempulan plastik.
Uang Vania sudah hampir habis, jadi dia kembali untuk memanfaatkan mantan suaminya sebab dia tau Yoga sangat bucin padanya sejak pacaran dulu.
“Lima tahun aku tidak menikmati tubuh mu, sayang. Rasakan olehmu... senjataku bangun lagi jika kita terus berdekatan seperti ini. Tanggung jawab!“ Yoga mengge-sek-gesekan tonjo-lan miliknya pada b0 kong Vania.
“Siapa takut! Sampai pagi pun aku ladenin, baby...“ Vania mendessaahh manja.
Yoga tersenyum puas, dia memangku tubuh Vania masuk ke dalam kamar untuk kembali mengarungi lautan dosa dalam sebuah hubungan haram.
.
.
Di meja makan, hal ajaib bin menyebalkan bagi keluarga itu kembali terjadi. Dengan wajah tanpa dosa atau malu, Aruna yang biasanya akan makan di dapur kini duduk dengan tenang diapit si kembar.
“Aaaaa, Bunda!“ Nessa membuka mulutnya.
“Wow! Anak Bunda ma'em nya banyak nih!“ Yura memasukkan satu sendok lagi makanan ke dalam mulut Nessa.
“Sekarang giliran Bunda, Nevan suapin lagi. Aaaa...“ Nevan menyodorkan sendok ke mulut Yura, dan Yura memakannya.
“Giliran Nevan, aaaa...“ giliran Yura menyuapi Nevan, jadi mereka bertiga estafet saling menyuapi.
Meski terkesan sederhana, bagi anak-anak hal seperti itu adalah hal berharga dan akan terus terpatri sampai mereka dewasa. Kasih sayang orang tua bukan hanya limpahan materi, akan tetapi limpahan kasih sayang dan perhatian. Untung saja Yura hidup di keluarga saling asih, jadi kini dia bisa mempraktekkan pada kedua anak sambung Aruna.
Biasanya Aruna hanya akan menyuapi kedua anak itu dan nantinya dia akan makan sendirian di meja dapur. Namun kini, Yura yang mengisi tubuh Aruna dengan santainya makan bersama di ruang makan.
“Enak?“ tanya Yura.
“Enak, tapi enakan masakan Bunda. Kapan Bunda sembuh dan masak buat kami lagi?“ ucap si gadis kecil Nessa.
“Nanti ya, Bunda kan belum bisa masak karena tangan Bunda masih di gips. Nessa sama Nevan yang baru 5 tahun aja ngerti, tapi kok... ada orang yang nyuruh Bunda masak. Apa nggak liat, tangan Bunda hanya sebelah yang berguna!“ sindir Yura melirik ke arah Mama Yoga.
“Hm!“ Mama Yoga tidak menghabiskan makan malamnya, menelan makanan terasa sulit malam itu karena sang menantu terus melirik tajam padanya. “Mama udah selesai, La. Kamu kalau udah selesai, masuk kamar!“
Paula hanya mengangguk.
Mama Yoga bangun dari kursi, menggeser kursi lantas pergi dari ruang makan tanpa ingin menatap ke arah Yura yang terus mengeluarkan aura dingin padanya.
Tak lama Paula pun keluar dari ruang makan, di rumah itu sebenarnya ada 8 orang penghuni utama ditambah pelayan dan supir serta satpam. Ayah mertua Aruna dan adik laki-laki Yoga sedang keluar kota untuk urusan bisnis.
.
.
Malam itu Yoga tidak pulang, saat pagi dia baru pulang karena harus bersiap pergi ke perusahaan.
Saat membuka kamar nya, sosok Aruna yang sedang berbicara sendiri di depan cermin mengagetkan Yoga.
Yura sendiri tidak mendengar pintu kamar terbuka, dia sedang menyisir rambutnya di depan cermin meja rias. Mungkin meja rias itu adalah bekas meja rias Vania saat wanita itu menjadi istri Yoga karena Aruna tidak tinggal di kamar itu selama ini.
“Ck! Aku nggak suka wanita lemah dan bodoh! Haruskah aku balaskan dendam mu dan juga dendam ku?“ Tanya Yura pada wajah Aruna dari pantulan cermin.
Yura mengelus wajahnya saat ini yang adalah wajah Aruna, seolah menguatkan si pemilik tubuhnya, “Bukan salahmu jadi orang miskin, bukan salahmu juga kau tidak bisa sekolah tinggi. Takdir setiap orang itu berbeda, selama ini kau adalah gadis baik, anak baik yang berbakti pada orang tuamu... hanya saja kau terlalu lemah dan bersikap bodoh dengan begitu saja menerima semua perlakuan jahat mereka. Aku akan membalaskan dendam mu, tenang saja!“
Yoga tersentak mendengar ucapan Yura, ia pikir istrinya semakin bertambah gila karena bicara sendiri.
Apa aku harus menceraikan nya?! Sepertinya dia semakin gila! Ck! Pikir Yoga.
Bagaimana caranya ya agar Mama mau menerima Vania lagi?
Yoga terus berkutat dengan pikirannya sendiri, saat dia tersadar dari lamunannya dia terperanjat sebab Yura sudah berdiri tepat di depannya dengan mata menyipit tajam padanya.
“Sia-lan!“ Yoga benar-benar terkejut.
Yura terkekeh, “Kau seperti sedang melihat hantu saja!“
“Iya! Kau hantunya!" balas Yoga.
“Aku?" tunjuk Yura pada dirinya sendiri. “Kenapa memangnya dengan ku?“
“Ck! Sudahlah! Keluar! Kenapa kau masih di kamarku?! Kau lupa dengan kamar mu sendiri! Kemarin... aku membaringkan mu di kamarku karena kamar ini paling dekat dengan tangga, untuk ke kamar mu di belakang sana terlalu jauh jadi ribet! Sekarang pergi ke kamar mu sendiri, kamar pembantu!“
“Oooo, nggak bisa! Aku adalah istrimu dan ini adalah kamarku juga! Kalau kau tidak suka, kau bisa pergi dari kamar ini!“ Yura berdecak seraya bersedekap.
Sekali lagi Yoga dibuat terperangah, bahkan sorot tatapan Aruna sekarang berubah. Dulu Aruna selalu menatap Yoga takut-takut dan terlihat sayu, kini tatapan mata istrinya menyorot tajam dan berapi-api.
bodoh bangt tuh laki