Pernikahan yang terjadi antara Ajeng dan Bisma karena perjodohan. Seperti mendapat durian runtuh, itulah kebahagiaan yang dirasakan Ajeng seumur hidup. Suami yang tampan, tajir dan memiliki jabatan di instansi pemerintahan membuatnya tidak menginginkan hal lain lagi.
Ternyata pernikahan yang terjadi tak seindah bayangan Ajeng sebelumnya. Bisma tak lain hanya seorang lelaki dingin tak berhati. Kelahiran putri kecil mereka tak membuat nurani Bisma tersentuh.
Kehadiran Deby rekan kerja beda departemen membuat perasaan Bisma tersentuh dan ingin merasakan jatuh cinta yang sesungguhnya, sehingga ia mengakhiri pernikahan yang belum genap tiga tahun.
Walau dengan hati terluka Ajeng menerima keputusan sepihak yang diambil Bisma. Di saat ia telah membuka hati, ternyata Bisma baru menyadari bahwa keluarga kecilnya lah yang ia butuhkan bukan yang lain.
Apakah Ajeng akan kembali rujuk dengan Bisma atau menerima lelaki baru dalam hidupnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leny Fairuz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Memulai Usaha
Alih-alih menyambut kelahiran putri kecilnya, Bisma malahan melakukan perjalanan dinas ke luar negeri mendampingi gubernur dan staf kementerian perdagangan melakukan kunjungan ke Polandia.
Bisma benar-benar seperti orang jatuh cinta. Sikap Deby yang jinak-jinak merpati membuatnya melayang. Mereka memang beda kantor , Deby bekerja di kantor gubernur bagian protokoler, sedangkan dirinya di kantor walikota Jakarta Utara.
Alam sepertinya mempertemukan keduanya terus menerus, rapat yang diadakan kantor gubernur membuat Bisma rutin mendampingi walikota untuk datang. Kesempatan ini tak disia-siakan Deby untuk menarik hati lelaki yang di matanya begitu menawan.
Ia tidak peduli dan tidak mau tau dengan status Bisma. Selagi ia mendapatkan apa yang ia mau, hal lain urusan belakangan. Bukan hal tabu, pejabat bermain dengan bawahannya. Apa lagi di jaman sekarang, materi menjadi hal nomor satu. Tak peduli halal haram, hantam.
Semenjak bertukar nomor ponsel, keduanya mulai sering berkomunikasi melalui medsos. Perasaan Bisma melayang. Ia seperti menemukan secercah cahaya dalam hidupnya. Kehadiran Deby, dengan pakaian tertutupnya membuat ia seperti remaja yang merasakan jatuh cinta.
Kesibukan serta tuntutan kerja membuatnya melupakan keluarga kecil yang sangat menantikan kehadirannya.
Untuk pertama kali ia merasakan begitu ingin memandang seorang perempuan. Walau ia tau, itu tidak pantas. Tapi Bisma begitu yakin, bahwa untuk pertama kalinya ia merasakan jatuh cinta.
Panggilan telpon dan mama atau Mayang tak ia pedulikan. Foto yang dikirim Mayang pun hanya ia lihat sekilas. Kini ia benar-benar merasakan dimabuk cinta di usianya yang sudah tidak lagi muda.
Senyum-senyum sendiri membaca chat yang dikirim Deby membuatnya bersemangat menjalani hari.
“Assalamu’alaikum .... “ terpaksa Bisma mengangkat ponselnya begitu ia baru mendarat di bandara Soetta, setelah kepergiannya selama 5 hari.
“Minggu ini kamu harus pulang. Aqiqahan putrimu jangan lupa!” tegas Nurita, “Acaranya di rumah mama.”
Bisma menghela nafas berat. Mau tidak mau lusa ia harus kembali ke Surabaya. Padahal ia sudah janji ketemuan dengan Deby setelah sekian lama hanya bertukar kabar melalui medsos.
....
Dengan memeluk bayi merahnya Ajeng menangis di keheningan malam. Untung saja lek Yati dan Dimas menemaninya di rumah, jadi ia tidak kesepian sendiri. Ia memang meminta lek Yati datang mendampinginya selama tiga bulan cuti dari pekerjaan. Apalagi di kampung anaknya mengijinkan. Ajeng sangat bersyukur masih memilliki keluarga yang perhatian.
Walau ia akui Mayang dan mertuanya selalu sedia untuknya, tapi ia tak bebas untuk melakukan apa pun.
Siang itu ia dikejutkan dengan kedatangan Sari dan suaminya ustadz Zakri bersama Azka putra sulung mereka.
Melihat penampilan agamis ustadz Zakri membuat Ajeng merasa tak nyaman. Ia segera menutupi rambutnya dengan pashmina yang selalu tersedia di lemari pakaian miliknya.
“Masya Allah cantiknya .... “ puji Sari begitu meraih putri kecilnya dari gendongan Ajeng.
“Alhamdulillah Sar. Terima kasih udah nyempetin datang ke rumah,” Ajeng tak bisa menutupi rasa gembiranya.
Semenjak menikah, ia memang sudah tidak bebas untuk bergaul dengan siapa pun. Ia yang membatasi diri, untuk menjaga nama baik keluarga suaminya.
“Siapa nama dede cantik ini?” Sari meraih bayi mungil itu dari pangkuan Ajeng dan menciumnya dengan perasaan haru.
“Lusa aqiqahannya sekalian pemberian nama,” Ajeng menjelaskan langsung pada Sari, “Mama minta dirayakan di rumahnya.”
“Syukurlah hidup kita selalu dikelilingi orang baik,” Sari berkata dengan rona bahagia.
Ajeng meringis di dalam hati mendengar ucapan sahabatnya itu. Kalau saja Sari tau bagaimana pernikahan yang ia jalani, tentu kata-katanya akan berbeda.
“Semoga menjadi anak sholeha kebanggaan kedua orang tua di dunia hingga akhirat .... “ uztadz Zakri turut mendoakan bayi merah yang kini mulai menguap.
Setelah puas berbasa-basi, akhirnya Sari pun menyampaikan keinginannya untuk mengajak Ajeng bekerja sama mengelola sebuah rumah makan yang ingin dijual oleh keluarga suaminya di Malang.
Ustadz Zakri menceritakan bahwa saudaranya tidak mampu lagi mengelola karena sudah tua, dan anak-anaknya pun semua bekerja di luar daerah.
Mendengar keseriusan ustadz Zakri membuat Ajeng jadi tertarik. Ia juga memiliki usaha semenjak masih gadis, hasil dari gajinya sebagai pegawai bank membuatnya memiliki keuangan yang cukup stabil.
Usaha yang kini dikelola saudara jauhnya Hendra dan istrinya Asih. Keduanya mengolah makanan ringan untuk menjadi oleh-oleh khas Malang dan dikerjakan secara home industri mengkaryakan tetangga dekat mereka.
Setelah berpikir secara matang, Ajeng pun memutuskan menerima tawaran ustadz Zakri. Ia segera meminta sepupunya Hendra datang ke rumah untuk membicarakan keinginannya menambah usaha kafe resto sesuai penggambaran ustadz Zakri.
Di tempat yang berbeda. Setelah rapat evaluasi bulanan di kantor gubernur, Bisma yang sudah bersiap untuk kembali ke rumah terkejut melihat Deby yang menunggunya di parkiran.
“Mas, boleh nebengkan?” Deby dengan gaya manjanya menatap dengan penuh harap pada Bisma.
“Boleh,” Bisma tak membuang kesempatan itu.
Ia tidak ingin terlalu lama bermain dengan perasaannya. Dari bisik-bisik staf gubernur serta rekan sekantornya, ia memperoleh info bahwa Deby seorang single parent, bercerai dengan suaminya yang seorang pengusaha.
Ia tidak ingin menggali lebih dalam. Sebagai seorang lelaki yang merasakan pertama kali jatuh cinta, ia ingin berjuang untuk meraih cinta sejatinya. Apa lagi sebagai lelaki dewasa, ia menyadari banyak rekannya yang juga menyukai Deby yang sangat pandai dalam memikat lawan jenis.
“Kita sekalian mampir makan ya,” ajak Bisma karena ia malas untuk masak saat pulang ke rumah nanti.
Dan ia pun tidak mungkin membawa Deby mampir ke rumahnya. Ia masih menyadari batas yang tak boleh ia langgar, walau ia tau telah bermain hati.
Pembawaan Deby yang manja dan ceria membuat Bisma semakin bersemangat. Ia yakin telah menemukan soulmate yang ia dambakan selama ini.
“Gimana ole-ole Polandianya?” pancing Deby setelah keduanya menikmati makan di sebuah restoran yang berada di dalam mall megah di kawasan ibukota.
“Maaf ya gak kepikiran arah sana,” Bisma tidak enak hati karena ditodong langsung oleh perempuan yang telah memberikan warna berbeda dalam hidupnya, “Gantinya gimana kalau kita cari barang yang kamu suka di sini?”
Melihat wajah kecewa yang tergambar di wajah cantik perempuan di depannya membuat Bisma memilih opsi lainnya. Ia tidak suka melihat raut kekecewaan di wajah Deby, perempuan yang kini mulai menanamkan geletar di hatinya.
Senyum sumringah dengan cepat terbit di wajah Deby. Ia tidak akan menolak tawaran lelaki tampan dan tajir yang sering dibicarakan rekan sekantornya.
“Gak pa-pa nih. Aku jadi gak enak lho mas ... atau lain kali saja .... ” Deby berusaha menolak, tetapi hatinya sudah ketar-ketir.
“Buatmu gak masalah. Ayo!” ujar Bisma santai.
Melihat senyum cerah di wajah Deby membuat hati Bisma menghangat. Ia merasakan sorenya begitu indah dan berkesan.
Dalam perjalanan menuju outlet tas terkenal merk luar, ponselnya kembali berdering. Bisma mengeluarkan dari saku celanya dengan cepat.
“Assalamu’alaikum ma .... “ ia menjawab cepat.
Deby menatapnya sekilas. Tapi kembali ke tujuan awal. Ia tidak mau tau siapa pun yang menelpon laki-laki yang kini mulai ia targetkan di masa depan.
“Jadikan pulang besok. Acaranya sore ba’da Ashar,” Nurita berkata dengan tegas.
Ia tau, rumah tangga Bisma dan menantu kesayangan tidak berjalan normal seperti rumah tangga lainnya. Tapi ia berharap dengan kehadiran putri kecil mereka akan membuat Bisma lebih perhatian. Karena ia sangat yakin, dari sekian banyak perempuan muda yang ia kenal, Ajeng lah kriteria menantu yang mendekati sempurna.
Tapi kembali lagi ke masalah hati. Ia tidak bisa memaksa. Tetapi di dalam doanya, tak putus-putus ia mengharap kepada Yang Kuasa untuk merubah putranya menjadi suami yang bertanggung jawab sehingga menciptakan keluarga samawa untuk selamanya.
“Baik ma,” Bisma berkata tanpa semangat.
“Kenapa mas?” melihat wajah lesu Bisma, membuat Deby penasaran.
“Besok aku harus kembali ke Surabaya,” ujar Bisma sambil memasukkan kembali ponsel ke saku celana.
“Wah, udah lama juga aku gak berkunjung ke sana. Apa boleh aku ikut? Janji gak akan ganggu,” Deby mulai mengacaukan pikiran Bisma.
Ia menatap perempuan yang begitu mempengaruhi dunianya saat ini. Dengan eye puppies-nya membuat Bisma tak bisa menghela nafas.
“Kalau mas keberatan ya gak pa-pa deh. Lain kali aja,” terdengar nada merajuk Deby melihat Bisma yang terdiam tanpa komentar.
Tangannya yang telah memegang tas limited edition langsung melepasnya dengan rasa tak rela. Padahal ia sangat menginginkan tas merk Gu**i tersebut. Apalagi rekan satu ruangannya yang bernama Elsa sudah pamer terlebih dulu.
“Hei, kenapa dikembalikan?” dengan cepat Bisma meraih tas pilihan Deby dan mengambilkan satu lagi yang sangat manis di matanya.
Dalam hati Deby bersorak melihat Bisma yang membawa dua tas branded langsung berjalan ke kasir.
“Besok kita akan ke Surabaya bersama . Jam tiga sore ku jemput,” ujar Bisma sambil tersenyum.
Rasanya Deby ingin melompat saking gembirannya mendengar ucapan Bisma. Dengan dua paper bag yang berisi tas branded membuatnya merasa menjadi perempuan paling bahagia di dunia. Panahnya tepat mengenai sasaran.