Gara, cowok dengan semangat ugal-ugalan, jatuh cinta mati pada Anya. Sayangnya, cintanya bertepuk sebelah tangan. Dengan segala cara konyol, mulai dari memanjat atap hingga menabrak tiang lampu, Gara berusaha mendapatkan hati pujaannya.
Tetapi setiap upayanya selalu berakhir dengan kegagalan yang kocak. Ketika saingan cintanya semakin kuat, Gara pun semakin nekat, bahkan terlibat dalam taruhan konyol.
Bagaimana kekocakan Gara dalam mengejar cinta dan menyingkirkan saingan cintanya? Akankah Gara mendapatkan pujaan hatinya? Saksikan kisah cinta ugal-ugalan yang penuh tawa, kejutan, dan kekonyolan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Festival Seni
Setelah memberikan pot sukulen kepada Anya, hubungan Gara dan Anya semakin baik. Mereka mulai menghabiskan lebih banyak waktu bersama, berbicara tentang banyak hal, dari obrolan ringan hingga percakapan yang lebih dalam. Gara merasa lebih percaya diri menjadi dirinya sendiri, tanpa trik-trik konyol atau usaha yang berlebihan. Namun, meskipun Anya tampak lebih dekat dengannya, ada satu hal yang masih mengganjal hati Gara: keberadaan Dion.
Malam itu, Gara duduk bersama Yoyok di warung kopi Mas Jon, merenungkan langkah selanjutnya. "Gue ngerasa kita udah lebih dekat, tapi Dion masih ada di sekitar Anya. Gue khawatir dia masih nyoba deketin dia," ucap Gara sambil menyeruput kopi hitamnya. Wajahnya terlihat serius, tidak seperti biasanya.
Yoyok yang sedang sibuk dengan es teh, menatap Gara dengan serius. "Kalau gitu, lo perlu bikin Dion tahu kalau lo juga serius sama Anya. Lo nggak bisa cuma nunggu doang, bro," kata Yoyok, sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi.
Gara mengangguk, merasa ada benarnya. "Tapi gimana caranya? Gue nggak mau lagi melakukan hal yang gila atau ugal-ugalan. Gue udah kapok bikin diri gue malu," jawabnya, mengingat semua momen konyol yang pernah dia lakukan demi perhatian Anya.
Darto, yang dari tadi mendengar percakapan mereka sambil meracik kopi di belakang meja, ikut angkat bicara. Dengan nada setengah bercanda tapi serius, dia memperingati, "Eh, Yoyok, lo jangan kasih ide-ide konyol lagi, dong. Pdkt-nya Gara sama Anya udah ada kemajuan. Jangan sampe lo malah bikin dia balik lagi ke hal-hal gila yang bikin dia malu!"
Yoyok tertawa kecil, mengangkat kedua tangannya seolah menyerah. "Tenang, tenang. Gue nggak bakal ngasih ide-ide konyol lagi. Ini beneran, gue mau Gara sukses kali ini. Udah nggak ada tuh aksi-aksi balon atau manjat atap aneh-aneh lagi!"
Darto hanya mendengus sambil menggeleng, tapi ada senyum tipis di wajahnya. "Bagus deh, kalau lo udah insaf. Gara, lo dengerin aja kata hati lo. Anya udah nyaman, jangan kebanyakan dengerin ide Yoyok yang kadang suka di luar nalar," candanya, membuat mereka bertiga tertawa.
"Tapi, gue masih belum punya ide, gimana caranya bikin Dion tahu kalau gue juga serius sama Anya," ucap Gara terlihat kesulitan mencari ide
Yoyok tersenyum kecil, seakan sudah memikirkan solusi. "Lo bisa jadi lebih proaktif, Gar. Nggak usah ngelakuin hal-hal dramatis. Coba lo ajak Anya ke acara yang seru atau lakuin sesuatu yang spesial, tapi tetap sederhana. Bikin momen berkesan. Dia akan tahu lo serius tanpa perlu usaha yang lebay."
Gara mulai merenung. Yoyok benar. Mungkin sudah saatnya dia bertindak lebih dewasa dan bijak dalam mendekati Anya, tanpa mengorbankan diri dalam aksi-aksi konyol yang malah bisa mempermalukannya lagi.
Kemudian, Gara teringat tentang festival seni kampus yang akan diadakan minggu depan. Biasanya, festival itu ramai dan penuh dengan kegiatan menarik. Ada pertunjukan musik, pameran seni, dan berbagai acara seru yang bisa dinikmati. Ini bisa jadi kesempatan sempurna untuk mengajak Anya menikmati waktu bersama.
"Gue bakal ajak Anya ke festival seni di kampus. Gue tau dia suka hal-hal kayak gitu, dan itu bisa jadi momen yang santai tapi berkesan," kata Gara, mulai merancang rencana dalam pikirannya.
Yoyok menepuk bahu Gara sambil tertawa. "Nah, itu dia! Lo udah ada jalan yang bagus. Nggak perlu ribet, nggak perlu pusing. Kalau lo jadi diri lo yang santai, itu bakal bikin Anya lebih nyaman."
Darto menyeka tangannya dengan lap sambil menatap Gara dan Yoyok. Kali ini, dengan nada yang lebih serius namun tetap santai, dia berkata, "Tapi jujur aja, bro, kali ini gue setuju sama ide elu berdua. Gue rasa ngajak Anya ke festival seni itu langkah yang pas. Nggak ada yang aneh-aneh, dan idenya masih bisa dinalar."
Gara menatap Darto dengan heran. "Beneran, lo setuju?"
Darto mengangguk sambil melanjutkan meracik kopi. "Iya, bro. Festival seni 'kan santai, penuh kegiatan menarik. Lo bisa tunjukin sisi lo yang lebih tenang dan perhatian tanpa perlu bikin drama. Nggak ada salahnya nyobain, 'kan?"
Yoyok tersenyum bangga. "Tuh, dengerin, Gara! Gue sekarang lebih bijak dalam ngasih ide."
Gara tertawa kecil, merasa lebih percaya diri dengan dukungan dari kedua temannya. "Oke deh, kalau kalian udah bilang gitu, gue jalanin rencananya. Gue ajak Anya ke festival seni."
Dengan suasana santai dan dukungan dari teman-temannya, Gara merasa lebih yakin bahwa rencananya untuk mengajak Anya ke festival seni adalah langkah yang tepat. Dan dengan suasana hati yang semakin positif, Gara bersiap untuk membawa hubungannya dengan Anya ke tahap yang lebih baik tanpa harus khawatir tentang ide-ide gila lagi.
Dengan semangat baru, Gara mulai menyusun rencana sederhana tapi bermakna. Festival seni itu bisa jadi momen penting untuk menunjukkan perasaannya tanpa drama besar. Dan yang terpenting, Dion juga akan melihat kalau Gara serius dengan Anya, tapi dengan cara yang lebih dewasa dan tulus.
***
Hari festival pun tiba, dan Gara sudah mempersiapkan segalanya. Dia menunggu Anya di depan gerbang kampus, mengenakan kaos yang dia rasa cukup keren. Ketika Anya datang, dia terlihat cantik dengan gaun sederhana yang membuatnya terlihat santai.
"Hai, Anya! Siap untuk festival?" tanya Gara dengan antusias.
Anya tersenyum. "Siap! Ayo kita lihat apa saja yang ada!"
Mereka mulai menjelajahi festival, menikmati berbagai stan seni, musik, dan makanan. Gara mencoba membuat Anya tertawa dengan candaan ringan, dan dia merasa lebih nyaman setiap kali mereka berbicara. Ketika mereka melihat lukisan-lukisan indah, Gara tidak melewatkan kesempatan untuk berbagi pendapatnya.
“Lukisan ini keren banget, ya. Gue suka cara senimannya bermain dengan warna,” komentar Gara sambil menunjuk salah satu lukisan.
Anya mengangguk setuju. "Iya, terlihat hidup. Kita bisa belajar banyak dari seni."
Mereka terus berkeliling, dan ketika tiba di area pembuatan kerajinan tangan, Gara memiliki ide untuk mengajak Anya mencoba membuat sesuatu bersama. "Gimana kalau kita coba buat kerajinan tangan? Kita bisa bikin barang yang bisa kita simpan."
Anya terlihat senang. "Itu ide yang seru!"
Mereka duduk di meja kerajinan dan mulai meracik. Gara berusaha membuatnya menjadi momen yang menyenangkan. Dia sesekali menggoda Anya, dan mereka saling tertawa saat kerajinan tangan mereka menjadi konyol.
Setelah beberapa waktu, Gara menyelesaikan kerajinan yang sederhana, sebuah gantungan kunci yang berwarna-warni. Dia memberi itu kepada Anya. "Ini sebagai kenang-kenangan dari hari ini."
Anya menerima gantungan kunci itu dengan senyuman. "Makasih, Gara. Ini beneran lucu. Kita harus sering-sering kayak gini."
Di tengah keramaian festival, tak jauh dari tempat Gara dan Anya berada, teman Dion tak sengaja melihat momen ketika Gara memberikan gantungan kunci kepada Anya. Ia segera memberitahu Dion, yang kebetulan juga ada di festival, tepatnya di sebelahnya.
"Dion, coba lo lihat itu!" katanya sambil menepuk bahu Dion, lalu menunjuk ke arah Anya. "Gara barusan ngasih gantungan kunci ke Anya. Lo kalah langkah, bro," ujarnya dengan nada bercanda.
Mendengar itu, Dion langsung melihat ke arah yang ditunjuk temannya dan langsung merasa kesal. Meski dia berusaha untuk tenang, ada rasa cemburu yang tak bisa ia hindari. Apalagi ketika dia melihat dari kejauhan Anya tersenyum mendapatkan gantungan kunci dari Gara. Pemandangan itu seperti memicu perasaan kecewanya.
Dion mendengus pelan, lalu berkata dengan nada rendah, "Nggak masalah, kok. Cuma gantungan kunci doang."
Namun, di balik kata-katanya, Dion merasa panas. Ia berpikir apakah sudah terlambat baginya untuk mendekati Anya lebih serius atau apakah Anya mulai tertarik pada Gara? Festival yang awalnya terasa menyenangkan, kini sedikit mengganggu pikirannya.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
Ditunggu launching novel terbarunya ya smg sehat sll dan sukses sll dan semangat sll terus berkarya.....
Gara sangat kocak dan apa adanya membuat anya bs tertawa lepas,,,
Bagus gara apa adanya dan dgn menunjukan ketulusanmu anya dan orgtuanya menerima apa adanya gara....
Sangat sangat happy akhirnya anya menerima jd kekasihnya.....
lanjut thor semangat sll dan sehat sll....