Cinta seorang santri wati yang bernama Nadia,kepada seorang ustadz, Nadia pikir cinta nya hanya bertepuk sebelah tangan, karena awal nya Nadia hanya sebatas mengagumi ustadz tersebut, siapa sangka ternyata ustadz tersebut juga memiliki perasaan yang sama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wahidah27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 18
"bro dari mana sih."
"itu tadi ada murid yang tiba-tiba minta ajari bahasa Inggris, katanya tantenya mau nelpon tantenya dari jepang."
"siapa?"
tanya ustad Rifki penasaran.
"kalau nggak salah namanya Mia deh."
"oh gitu ya."
sahut ustadz Rifki.
"perasaan dari dulu ibunya Mia anak tunggal, ini pasti akal-akalan Mia dan Nadia agar bisa bertemu sama saya."
batin ustadz Rifki dalam hati.
"oh iya Bro tadi umi nelpon katanya sekitar setengah jam lagi pesawatnya akan landing,, kamu bisa jemput mereka ke bandara."
"pasti bisa dong."
"tapi ingat jangan bilang ke umi kalau saya sedang sakit apalagi bilang kalau sakit demam berdarah, bilang aja hanya kecapean atau apalah pandai-pandai kamu lah pokoknya."
Ustadz Rifki tidak mau kalau orang tua nya kwartir.
"Oke bro aman itu."
"ya udah kalau gitu saya siap-siap dulu soalnya belum mandi."
"ya oh ya kunci mobilnya ada di atas meja."
" oke, assalamualaikum."
jawab singkat ustad Zidan dan ustadz Zidan pun pergi meninggalkan ustad Rifki.
"umi saya sudah tidak sabar ingin mengenalkan Nadia kepada umi dan Abi sebagai calon istrinya Rifki, semoga umi dan Abi merestui hubungan kita amin."
batin ustad Rifki di dalam hati sementara di asrama Nadia dan Mia.
"makasih ya berkat kamu saya bisa lihat kondisinya ustad Rifki."
"Sama sama, terus gimana keadaan ustad Rifki?"
tanya Mia.
"ustadz Rifki sudah tidak apa-apa untung cepat ditangani."
"emang nya ustadz Rifki lagi sakit apa?"
"katanya sih demam berdarah."
"kasihan juga yah ustadz Rifki."
jawab Mia dengan iba.
"oh iya nad gimana kalau kita ke supermarket saya juga sudah dapat kiriman dari Mama ini."
"boleh kalau gitu Saya mandi dulu ya."
nadia pun mengambil handuknya yang tersangkut di tempat handuk dan langsung masuk kamar mandi.
"mudah-mudahan nanti waktu jalan ke supermarket saya ada waktu untuk menjelaskan ke nadia tentang ustad Rifki, mudah-mudahan tidak ada halangan lagi."
gerutu Mia, setelah mereka bersiap-siap mereka pun keluar asrama tidak lupa mereka mengunci pintu depan mereka berjalan menuju gerbang untuk membuat laporan ke satpam dan sekalian menunggu taksi online saat bersamaan terlihat ustad Zidan juga sedang keluar ustadz Zidan pun nampak turun dari mobil itu dan menghampiri Mia dan Nadia.
"kalian mau ke mana panas gini?"
tanya ustaz Zidan.
"ini ustad kita mau ke supermarket isi kulkas Kita habis semua kalau kita tidak belanja nanti malam kita tidak bisa makan dong."
jawab Mia sementara Nadia hanya tunduk.
"wah kebetulan saya juga lewat sana ya udah kalian berdua ikut sama saya saja."
"enggak usah ustad ngerepotin."
jawabnya nadia menolak.
"saya nggak merasa direpotkan kok, lagian memang saya juga lagi mau pergi dan kebetulan melewati supermarket apa salahnya kan kalau kalian ikut sama saya."
jawab ustad Zidan sambil membukakan pintu belakang mobilnya dan Tampa kata-kata lagi nadia dan mia langsung masuk ke dalam mobil ustaz Zidan dan mereka pun langsung pergi meninggalkan pesantren di dalam perjalanan terlihat mereka bertiga sama sama canggung untuk berbicara.
"bagaimana Mia tante kamu sudah menelpon yang dari jepang itu?"
tanya ustadz Zidan membuka pembicaraan dan pertanyaan ustaz Zidan membuat Nadia kaget dan mencubit tangan Mia.
"sudah ustadz barusan dan alhamdulillah saya bisa mengobrol dengan tante saya brokat ustaz terima kasih atas bantuan ustadz."
jawab mia yang berbohong.
"oh iya kalau boleh tahu ustad mau ke mana?"
tanya Nadia.
"ini saya mau ke bandara."
"ngapain ustad ke bandara?"
tanya Mia penasaran.
"bude dan pakde sudah sampai di bandara dan saya di suruh ustadz Rifki untuk menjemput mereka."
Jelas kan ustad Zidan.
"kyai Ilman dan umi sari."
tanya Mia yang kaget.
"ya Kiyai Ilman dan umi Sari."
Nadia dan Mia saling pandang-pandangan karena merasa kaget dan tidak terasa perjalanan pun sudah sampai supermarket terlihat Mia dan Nadia turun dari mobil ustaz Zidan.
"makasih ustad."
"sama-sama Nadia."
ustaz Zidan hanya tersenyum sambil menutup jendela kaca mobil nya dan melaju dengan kencang mereka berdua pun masuk ke dalam supermarket dan mengambil troli untuk belanja.
"Saya mau bicara sama kamu."
"mau ngomong apa?"
kata Nadia penasaran.
"aduh gimana yang ngomongnya."
"ya udah ngomong aja sih ayo sambil milih-milih kamu ngomong aja."
mereka pun terlihat berjalan namun saat Mia ingin mengutarakan isi hatinya handphonenya Nadia berbunyi ternyata itu dari ustad Rifki.
"eh bentar ya mi saya angkat telepon dulu ustadz Rizky nelpon saya.
"assalamualaikum bang."
"waalaikumsalam dek adek lagi di mana ini?"
"aku lagi di supermarket sama Mia, Abang mau nitip sesuatu?"
tanya Nadia.
"Aku nggak nitip apa-apa, oh ya aku cuma mau bilang umi dan Abi sudah sampai di Indonesia."
"saya sudah tahu kok bang."
tahu dari mana kamu kan saya belum kasih tahu tanya ustad Rifki yang merasa memang belum memberitahu Nadia.
"tadi waktu mau ke supermarket kebetulan ustadz zidan juga ingin keluar dan ustaz Zidan memaksa kita berdua ikut dengannya di dalam mobil tadi ustadz zidan cerita ke aku dan Mia kalau kyai Hilman dan umi Sari sudah sampai bandara."
jelaskanlah nadia sambil memilih-milih belanjaannya.
"oh jadi kamu tadi pergi bareng ustaz Zidan,,Kamu duduk di mana di depan yah?"
"enggaklah ngapain Saya duduk di depan ya saya duduk di belakang sama Mia Abang,,kenapa sih abang cemburu yah sama sepupu sendiri."
"enggak saya enggak cemburu kok"
"malah nggak ngaku lagi'
"udahlah kamu nggak usah ngegoda saya terus."
"oh iya abang harus banyak-banyak istirahat Saya nggak mau Abang tambah sakit,, nanti malam saya akan ke sana lihat abang lagi."
"iya saya tunggu kamu ya,, Saya matikan dulu hp-nya assalamualaikum."
tutup ustad dan mematikan hp-nya tidak terasa mereka sudah selesai belajar setelah mereka selesai membayarnya Mereka pun keluar dari supermarket.
"mi kamu ngomongnya nanti aja ya di asrama saya buru buru mau masak nih untuk makan malam ustadz Rifki."
Dengan semangatnya nadia berkata ke sahabatnya itu Mia hanya menganggukkan kepalanya dan mereka pun pergi ke depan untuk mencari taksi online, sementara itu di bandara sudah terlihat ustad Ilman dan umi Sari sedang menunggu jemputan, Zidan pun segera mendatangi mereka dan menyalim kedua tangannya.
"assalamualaikum pakde bude."
"waalaikumsalam loh Zidan kok kamu yang jemput bude sama pakde emangnya Rifki ke mana?"
tanya umi sari.
"Rifki lagi sakit dan lagi dirawat di UKS."
"loh sakit apa?"
tanya kyai Ilman.
"Gak sakit apa-apa kok pakde cuman kecapean aja." jawab ustad Zidan sedikit berbohong sesuai permintaan ustaz Rifki.
"ya udah bude sini saya bawakan koper nya dan mobil saya ada di sana."
ustaz Zidan pun membawa Koper kyai Hilman dan umi Sari ke dalam mobil dan mereka pun pergi meninggalkan bandara.