milchtee99_ dlbtstae99_
Chandra Maverley adalah CEO tampan dan kaya raya, banyak kaum hawa yang ingin bersanding dengan dengannya. suatu malam, Chandra dijebak oleh seseorang dan berakhir melakukan hubungan terlarang dengan Audrey gadis cantik yang bekerja part time ditempat Chandra bertemu kliennya.
Lima tahun kemudian, Chandra datang ke Desa Simphony. Kedatangannya hanya untuk melihat perkembangan pembangunan hotel yang baru mulai di bangun. Tanpa sengaja bertemu dengan dua anak kembar yang sedang berjualan es lilin tak jauh dari tempat lokasi pembangunan.
“Om mau beli es lilinnya Ana, nda ? Masih segel nih, nda meleleh kok es-nya cuma bisa cail ja ! “
“Dua lebu satu, beli lima gelatis mommy Lea ! " sambung Azalea penuh semangat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dlbtstae_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aruna mengamuk lagi
Aruna duduk di pinggir tempat tidurnya, tangannya gemetar memegang sebuah buku catatan yang tak terbuka. Ia baru saja dibawa pulang oleh ayahnya, Pak Heru, kemarin sore dari rumah sakit jiwa. Dokter mengatakan bahwa kondisinya sudah cukup stabil untuk rawat jalan, meski masih membutuhkan pengawasan ketat. Namun, ada sesuatu yang tidak beres sejak pagi tadi. Perasaannya tidak tenang, pikirannya berkelana, seolah-olah ada sesuatu yang mendekat, menghantui.
Ia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa hidupnya selama ini seperti sebuah mimpi buruk yang tak kunjung berakhir. Hanya satu hal yang selalu menjadi titik terang dalam hidupnya, Chandra. Pria yang dicintainya sejak lama. Cinta itu tak pernah luntur meski telah bertahun-tahun berlalu, bahkan meski kondisinya kini terbilang tidak stabil. Namun, bayangan Chandra adalah satu-satunya hal yang membuatnya bertahan.
Saat ia mencoba menenangkan dirinya, samar-samar terdengar percakapan dari luar kamarnya. Dua pelayan rumah sedang berbicara di koridor, tanpa menyadari bahwa pintu kamar Aruna sedikit terbuka. Mereka berbicara dengan nada rendah, tetapi kata-kata mereka terdengar jelas di telinga Aruna.
"Kau dengar kabar pernikahan itu?" salah satu pelayan bertanya.
"Ya, aku dengar. Tuan muda Chandra Maverley, pria itu, akhirnya menikahi wanita yang lima tahun lalu menjadi korban pemerkosaan."
Aruna terkejut mendengar nama Chandra disebut. Tangannya tiba-tiba mencengkram kuat buku catatannya, dan jantungnya berdegup kencang. Ia mendekat ke pintu, menajamkan pendengarannya, memastikan apa yang didengarnya benar.
"Astaga, ya. Ternyata selama ini dialah pelakunya. Tuan muda Chandra yang memperkosa wanita itu, tapi sekarang mereka menikah? Betapa tragisnya."
Mata Aruna terbelalak, nafasnya tertahan. ‘Chandra? Pemerkosa? Lima tahun lalu?’ Pikiran itu menggelegar dalam benaknya. Ia merasa seperti tubuhnya mendadak membeku, sementara jantungnya terus berdebar keras. Tidak mungkin. Ini pasti salah paham. Chandra tidak mungkin melakukan hal sekeji itu. Tidak Chandra, pria yang selama ini menjadi pusat dunianya, yang ia cintai sepenuh hati.
Tapi kata-kata para pelayan itu terus menghantam benaknya. ‘Dia menikah? Dengan korban pemerkosaannya sendiri?’
Kepala Aruna terasa berdenyut-denyut. Dunia di sekelilingnya terasa berputar. Tubuhnya gemetar hebat, dan tanpa bisa menahannya, amarah serta kesedihan meluap-luap di dalam dirinya. Ia meraih sebuah vas bunga yang berada di meja kecil di samping tempat tidurnya dan melemparkannya ke dinding dengan kekuatan penuh. Vas itu pecah berkeping-keping, menghantam lantai dengan bunyi keras, tapi itu belum cukup untuk meredakan kemarahannya.
"Chandra! Tidak mungkin! Ini tidak mungkin!" Aruna berteriak dengan suara yang nyaris tidak terdengar oleh dirinya sendiri.
Tangannya bergetar saat ia meraih barang-barang di sekitarnya dan mulai melemparnya tanpa arah. Buku catatan, bingkai foto, cermin kecil semuanya ia hancurkan dalam kemarahan yang meluap. Satu persatu barang-barang itu jatuh berantakan, seperti cerminan dari hatinya yang saat ini hancur berkeping-keping.
"Dia milikku! Hanya milikku!" Aruna menjerit, air mata bercampur dengan kemarahan yang membuat pandangannya buram.
Dalam hatinya, rasa cemburu, marah, dan sakit hati berkecamuk. Ia tidak bisa menerima bahwa Chandra telah menikahi wanita lain terutama wanita yang ia dengar sebagai korban pemerkosaan oleh Chandra. Bukan hanya rasa dikhianati yang menyiksanya, tetapi juga rasa jijik yang meluap-luap kepada wanita itu. Wanita yang seharusnya tidak pernah berada di sisi Chandra. Wanita itu, dalam pikirannya yang sudah tak lagi rasional, telah mencuri satu-satunya hal yang membuatnya bertahan hidup.
Aruna terjatuh ke lantai, tangannya mencengkeram rambutnya sendiri dengan kuat, berusaha menghentikan kepedihan yang semakin menyakitkan. Tetapi, perasaannya semakin memanas. Ia mulai tertawa terbahak-bahak, tetapi tawa itu tidak membawa kebahagiaan. Tawa itu terdengar seperti teriakan seseorang yang berada di ambang kehancuran. Aruna merasa seperti ditenggelamkan oleh arus deras yang tak bisa ia lawan. Cinta yang selama ini ia simpan dengan sangat mendalam kini berubah menjadi sesuatu yang hitam dan kelam.
"Dia tidak akan bisa lepas dariku! Tidak ada yang bisa memiliki dia selain aku!" serunya dengan suara penuh kebencian.
Pelayan yang mendengar suara pecahan kaca dari dalam kamar mulai panik. Mereka mendekat, mengetuk pintu dengan hati-hati, takut memicu lebih banyak kemarahan dari Aruna.
“Nona Aruna, apa Anda baik-baik saja? Apa Anda butuh bantuan?” salah satu pelayan bertanya dengan cemas.
Namun, Aruna tidak menjawab. nafasnya tersengal-sengal, ia berjalan dengan langkah gontai menuju cermin besar di sudut kamar. Tatapannya kosong.
*
*
*
*
Di sisi lain, dua bocah cebol badak tengah menatap buyut mereka dari kejauhan. Keduanya baru saja selesai berenang bersama daddy dan opa mereka.
“Kau lihat bubu ? “ tanya Alana kepada kembarannya.
“Kau, kau, kau ! Panggil kakak ya jangan kau. Nda copan kata mommy ! “ kata Azalea kesal.
“Ihhhh, cama aja lah ya. Lihat dulu sana, bubu lagi baca keltas apa yang besal itu ! “ tunjuk Alana penasaran.
“Nda tau keltas nasi kali, “ sahut Azalea yang juga tampak penasaran.
“Masa keltas nasi ada tulisannya, kelen kali cetakanna. Pelusahaan mana yang bikin tulisan dikeltas nasi ? “ tanya Alana.
Azalea mengangkat bahunya, lalu menurunkannya dengan pelan. Keduanya masih mengintip Tuan Maverley yang menikmati siang harinya dengan membaca koran di taman belakang seraya menikmati hembusan angin yang sepoi-sepoi tanpa menyadari kedua cicit kembarnya sedang mengintip dirinya dari balik tanaman anggur milik Nyonya Dara.
“Anggulnya ada yang ungu, petik nda ya ? “ tanya Azalea saat melihat buah anggur berukuran besar tepat di tengah-tengah dirinya dan kembarannya.
Namun kedua matanya membulat saat kembarannya mengintip Tuan Maverley sambil mengunyah buah Anggur.
“Uhhh, lezatnya ! “ kata Alana. Tak mau ketinggalan Azalea juga memetik beberapa buah anggur hingga beberapa tangkai anggur di pohonnya ludes dimakan oleh kedua bocah menggemaskan.
“Kenyangnya, kedapul yuk. Ambil minum “ kata Azalea mengajak kembarannya itu menepuk kedua tangannya. Alana mengangguk karena dia juga haus setelah makan anggur satu tangkai.
Setelah kepergian keduanya, datanglah Nyonya Dara dengan membawa keranjang mahalnya dan gunting di tangan kirinya. Walau umurnya sudah dikatakan sudah tua tetap saja memiliki wajah yang super awet muda. Bersenandung ria, karena dia akan membungkus anggurnya yang besok siap dipetik.
“Kemarin karena persiapan pernikahan cucuku, aku tak sempat membungkus anggur-anggur yang besok akan aku petik dan aku simpan di kulkas pribadiku. Uhhhh, senangnya”
Setelah tiba di kebun anggurnya, Nyonya Dara dengan wajah cerianya masuk ke dalam kebun. Sesaat berhenti hanya untuk melihat anggur -anggur yang buahnya masih kecil. Tahun ini anggurnya berbuah lumayan banyak. Sudah beberapa tangkai anggur yang dia lihat sudah masak, namun dia belum memetiknya hanya untuk menunggu pas rasa manisnya.
Nyonya Dara beranjak berjalan menuju tempat yang telah ditandai buah anggur yang sudah masak kemarin sesekali menyapa suaminya yang masih fokus dengan majalah ditangannya.
“Bawakan aku satu tangkai anggurnya, sayang ! “ pinta Tuan Maverley.
“Iya, nanti aku petik satu buat cemilan untukmu “ sahut Nyonya Dara ceria.
“Mari kita panen sa— loh, loh, anggurku mana ? Anggurku mana ? Kok ilang ? “
“ANGGGUURRRRKUUUUUUUUU !! “