Ada sebuah legenda yang mengatakan jika penguasa dunia akan bangkit kembali. Saat fenomena aneh membentang memenuhi langit. Dan naga abadi terbangun dari tidur panjangnya. Dia pasti kembali dari tempat persembunyiannya setelah ratusan ribu tahun meninggalkan dunia.
***
Ratusan ribu tahun berlalu begitu saja. Legenda yang telah menjadi sebuah cerita dongeng perlahan menjadi kenyataan. Hingga, bayi laki-laki kecil di temukan tanpa busana terbuang di bawah pohon yang telah membeku di ujung Utara. Yang selalu di sebut tempat terdingin di dunia. Seorang pemburu bersama anaknya yang masih berusia sepuluh tahun, menemukan bayi kecil itu kemudian membawanya pulang. Mereka memberinya nama Lie Daoming. Dan menjadikannya anak angkat. Selama sepuluh tahun, kehidupan mereka sangat tenang dan damai. Hingga pembantaian dan penculikan membuat Lie Daoming harus kehilangan keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tempat yang tenang
Empat pohon besar telah terbelah menjadi bilahan-bilahan papan. Dan Daoming sendiri sudah berhasil menggali tanah hingga mencapai kedalaman lima meter. Tuan Hu dan Daoming terus bekerja agar bisa lebih cepat membangun rumah. Namun, membangun sebuah rumah tentu akan memakan waktu lama. Untuk saat ini mereka juga membutuhkan tempat tinggal sementara. Tuan Hu membuat gubuk sederhana untuk tinggal sementara waktu hingga rumah selesai di buat.
Gubuk kecil itu hanya muat untuk tiga orang dengan tidur saling berhimpitan. Daun rumbia yang sudah di anyam dengan rapi di gunakan sebagai penutup atap. Sedangkan di setiap sisinya terdapat ranting-ranting pohon yang tersusun rapi dan terikat kuat menjadi satu bagian. Dengan begitu mereka bisa mendapatkan tempat sementara untuk berteduh dari panas dan hujan.
"Daoming, kamu sudah menggali semalaman. Kamu harus istirahat," membawa buah yang baru pria itu petik dari hutan. "Makan buah ini dulu sebelum tidur. Besok kita akan memulainya lagi. Saat ini kita harus beristirahat. Gubuk itu bisa kita gunakan untuk berteduh sementara waktu hingga rumah jadi," menunjuk kearah gubuk kecil yang ada di sebelah hutan. Gubuk di buat dengan celah di bawahnya. Agar bisa di gunakan untuk menghindari hewan melata.
"Baik," ujar Daoming menghentikan sementara aktivitasnya. Dia berjalan kearah ayah keduanya dan mengambil dua buah untuk mengganjal perut. "Ayah aku akan beristirahat dulu. Ayah juga harus istirahat," kata Daoming yang langsung berjalan menuju gubuk. Dia memakan semua buah di tangannya lalu membaringkan tubuhnya. Papan kayu dari sayatan pedang embun beku terasa sangat halus tanpa ada serpihan yang tertinggal. Dia pejamkan dua matanya hingga terlelap dalam tidur.
Tuan Hu sendiri menyenderkan tubuhnya di pohon yang berada tepat di belakangnya. Lalu memejamkan kedua matanya dan tertidur.
Empat jam berlalu begitu saja, hingga tuan Hu bangun dengan keadaan cukup segar. Dia mendekat kearah danau mencuci mukanya agar bisa mengembalikan kesadarannya. Dari arah tengah danau, air mulai bergerak perlahan hingga menimbulkan riak dan gelombang. Meskipun begitu pria itu tidak terlalu memperdulikannya. Ia pukul tiga kali air dengan perlahan, dalam hitungan detik air kembali tenang.
Dia bangkit lalu pergi melanjutkan aktivitasnya lagi. Namun sebelum dia melanjutkan pembuatan rumah, taun Hu pergi ke pasar untuk membeli genteng dan paku yang akan di gunakan untuk menyatukan setiap kayu. Dia juga harus membeli beberapa barang keperluan lainnya agar rumah bisa segera di dirikan.
Membutuhkan waktu tiga jam untuk bisa sampai di pasar dan kembali lagi dengan waktu tiga jam. Hingga waktu menjelang sore tuan Hu baru bisa pulang kerumah. Dia meletakkan semua barang yang ia beli. Dan beristirahat sebentar di depan gubuk. Saat menyibak penutup pintu, dia mendapati anak pertama dan keduanya tidak ada di dalam gubuk. Dia melihat kesegala arah hingga menemukan satu titik keberadaan mereka berdua.
Mereka tengah duduk di tepi danau yang ada di seberang. Dua joran pancing tertancap di hadapan mereka berdua. Daoming terlihat menyenderkan tubuhnya di sebuah pohon cukup besar. Sedangkan adiknya menggunakan kedua kaki kakaknya sebagai bantal untuk membantunya tidur.
Mereka terlihat cukup nyaman meskipun ada beberapa siluman tengah mengintai di dasar danau. Berkat kayu panjang yang merupakan tombak dengan aura kekuatan yang masih tersisa ada di samping mereka berdua. Siluman-siluman itu tidak berani mendekat.
Setelah beristirahat, tuan Hu melanjutkan kembali membuat kediaman yang akan mereka bertiga tinggali.
Salah satu joran pancing bergerak dengan cukup cepat. Daoming dan Yang Rui langsung terbangun memeganginya. Saat mereka mengarahkan joran itu ke atas. Ikan cukup besar mereka dapatkan.
"Kakak. Ikannya besar. Waa..." teriak Yang Rui dengan senang.
"Kita bisa membakarnya bersama ayah," ujar Daoming yang langsung kembali bersama dengan adiknya. Dari kejauhan dia melihat ayahnya sudah menata setiap kayu cukup besar sebagai penyangga di setiap sisinya.
"Yaaaaa...hahahah...ikan...ayahhhh...aku dan kakak mendapatkan ikan besar," teriak kuat Yang Rui berlari menghampiri ayahnya.
Tuan Hu langsung bangkit dan melambaikan tangannya.
Daoming memperhatikan adiknya dengan senyuman bahagia. Kehidupan seperti ini cukup santai dan nyaman. "Waktu itu, apakah kakak juga merasakan apa yang aku rasakan sekarang? Memiliki adik laki-laki yang sangat aktif dan penuh kepolosan. Ikut bahagia saat melihatnya bahagia. Ingin melindunginya meski harus dengan nyawa?" bayangan kakaknya terlihat di hadapannya. Menggandeng tangan kecil dengan penuh kehangatan. Bersama ayahnya yang sedang menunggu di kejauhan. "Aku sangat merindukan kalian berdua."
"Daoming," tuan Hu melambaikan tangannya. "Ayo kita makan," teriaknya kuat.
"Kakak, ayo berjalan lebih cepat. Ayah sudah menunggu kita," Yang Rui berteriak dengan kuat. Anak itu langsung berlari dengan kencang menghampiri ayahnya.
Daoming tersadar lalu ikut berlari menghampiri dua orang yang akan menjadi tujuan baru dalam hidupnya.
Malam terasa semakin kuat dengan udara semakin dingin. Tuan Hu memberikan dua mantel tebal untuk kedua anaknya yang baru saja di beli saat pergi ke pasar. "Sebentar lagi musim hutan. Jangan sampai masuk angin," ujarnya membenarkan mantel yang di kenakan Yang Rui. "Jika tidak ada kendala. Satu bulan rumah akan siap untuk kita tempati. Untuk sementara ini kita harus lebih bersabar," ujar taun Hu menghangatkan kedua tangannya di dekat api.
"Ayah kedua, aku tidak akan pernah mengeluh untuk itu. Aku akan membantu," ujar Daoming memberikan ikan yang sudah matang kepada ayah keduanya dan adiknya. Setelah menunggu berjam-jam di pinggir danau dia dan adiknya bisa mendapatkan empat ekor ikan yang cukup besar. Dan bisa di gunakan untuk santapan makan malam.
"Sangat wangi," mencium bau daging ikan yang menggiurkan. "Huhhh...huhhh..." meniup ikan beberapa kali lalu memberikannya kepada Yang Rui. Dan taun Hu sendiri mengambil milik anak keduanya itu. Dia meniupnya kembali lalu memberikan kepada anak pertamanya. Dan dia kembali mengambil ikan milik anak pertamanya yang masih sangat panas.
Setelah ikan bakar habis. Tuan Hu membuka bungkusan yang masih tersimpan di dalam gubuk.
"Bau apa ini? Kenapa wangi sekali?" ujar Yang Rui mencari sumber bau.
Taun Hu tersenyum lalu membuka bungkusan yang ia bawa. "Ini kue kapas. Saat kita memakannya terasa sangat lembut dan langsung menghilang di mulut. Benar-benar seperti sedang makan kapas," memberikan kepada kedua anaknya.
Yang Rui mencium beberapa kali baru memakannya. "Waaa...ayah ini enak."
Daoming juga mencobanya. Rasa lembut di mulutnya membuat dia juga menyukai kue itu.
Kue itu langsung habis dalam waktu dua menit saja.
"Jika ayah pergi kepasar lagi pasti ayah akan membeli lebih banyak," ujar tuan Hu mengusap lembut kepala anak keduanya.
"Ayah. Belikan tiga bungkus," kata Yang Rui.
"Tentu," saut tuan Hu lembut.
"Sudah akan hutan. Kita masuk ke dalam saja," kata taun Hu yang langsung bangkit meminta anaknya untuk masuk ke gubuk lebih dulu.
"Iya," Daoming langsung bergegas masuk kedalam gubuk bersama dengan adik dan ayahnya.
Malam itu hujan turun dengan sangat deras beserta angin bertiup kencang.
Kriikkkkk...
Suara pepohonan saling bersinggungan terdengar cukup kuat.