Tunangannya sama Luna, menikahnya sama Zenata. Kok bisa?
Lalu bagaimana dengan Luna? Apakah Athala akan memaafkan Zenata atas kecelakaan ini? Atau hanya akan membuat Zenata menderita?
Kisah cinta yang rumit antara dendam dan penyesalan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Operasi Mata
Hari yang dinanti tiba akhirnya Zena bisa di operasi. Semua anggota keluarga sudah hadir. Para dokter sudah bersiap di meja operasi. Erlando juga hadir disana. Sebelum masuk dia menghampiri Alana meskipun papih Al menatap tajam Erlando, namun dia tak perduli.
"Doain saya yah, tunanganku...!" Ucap Erlando sembari menyentuh ujung hidung Alana.
Semua anggota keluarga melongo atas apa yang di ucapkan Erlando barusan. "Ja-jangan di dengerin! Gitulah duda karatan hehehe!" Alana seperti tertangkap basah dia gelagapan.
"Duduk sayang, kamu pucat mukanya!" Kata mamih Aleesya. Alana pun duduk disebelah mamihnya.
-
-
Berjam-jam lamanya Zena menjalani operasi, karena ini operasi besar terlebih organ utama yaitu mata. Keluarga harap harap cemas dengan keselamatan Zena. Athala terus memanjatkan doa dengan tasbihnya. Dia meneteskan air matanya memohon agar istrinya selamat.
"Ya Allah selamatkan istriku, lindungilah dia, ampuni hamba yang selama ini mendzalimi dia. Cukup hamba saja yang menerima hukuman. Selamatkan istri hamba ya Allah."
Omah Winda mengusap ngusap punggung Athala "Tenang sayang, insya Allah Zena selamat. Kamu yang tenang ya nak berserah diri sama Allah." ucap omah Winda.
TING
Mereka semua berdiri menunggu dokter keluar. Dokter Lee keluar dari ruang operasi. Beliau tersenyum hangat melihat semua keluarga Zena.
"Dok istri saya gimana? Dia masih hidup kan?" Tanya Athala yang sangat cemas.
"Tenang nak, Alhamdulillah istri anda selamat. Operasinya berhasil, sekarang sedang tahap pemeriksaan. Umumnya, penglihatan akan mulai membaik setelah beberapa minggu, namun bisa memakan waktu cukup lama juga. Tapi tenang saja, kami akan terus mengawasinya. Karena operasi kornea mata berbeda dengan operasi lainnya."
"Alhamdulillah dok, tolong lakukan yang terbaik untuk istri saya dok. Tolong sembuhkan dia!"
"Hanya Allah sebaik-baiknya Maha Penolong nak, kami disini akan berusaha dan berikhtiar, sisanya serahkan pada Allah." Ucap dokter Lee yang berusia hampir 60 tahun itu.
Dokter Lee juga pamit dan akan segera memindahkan Zena ke kamar perawatan. Akhirnya Athala bisa bernafas lega.
-
-
-
Zena sudah dipindahkan ke kamar perawatan, Athala selalu berada disamping istrinya. Zena masih tertidur akibat obat bi us saat di ruang operasi tadi. Matanya juga masih di perban.
Erlando datang ke kamar Zena "Alhamdulillah, dia sehat wal'afiat." Ucap Erlando dengan lembut.
"Terima kasih Erlan, sudah menolong menantu saya!" Ucap papih Al sambil menjabat tangan Erlando. "Sama sama om, saya permisi dulu." Erlando pamit dari sana.
Erlando masih dengan pakaian dokternya berjalan menuju ruangannya namun pandangannya terhenti kala melihat Alana yang ditarik paksa oleh seorang pria.
"BRENGSEK!" Erlando berlari dan meng ha jar pria itu. Lalu membawa Alana ke belakang tubuhnya.
BUGH BUGH
"Aaawwww!" Alana shock melihat Erlando yang emosi. "Mas udah mas, udah biarin aja." Alana menahan badan Erlando yang memukuli Asraf.
Datang 2 security yang langsung memisahkan mereka "Usir pria ini dari sini, jangan sampai dia masuk ke wilayah rumah sakit ini." ucap Erlando dengan emosi.
Erlando memegang tangan Alana dan membawanya ke ruangan Alana "Kamu enggak apa-apa? Ada yang sakit?" Dia mengecek lengan Alana yang agak membiru. Erlando juga mengobatinya dengan salep.
"Enggak, aku_hiks hiks hiks." Alana malah menangis dan Erlando menarik Alana dalam dekapannya. Alana pun tak menolak memang saat ini dia butuh sandaran.
"Kamu aman disini." Erlando merapihkan anak rambut Alana dengan lembut. "Makasih ya om." kata Alana sembari menunduk. Sungguh ia malu sekali dengan kejadian ini.
"Saya bukan om kamu Alana!"
"Terus apa? Temen juga bukan kan? Toh kita kenal juga karena kak Zena." Rengek Alana dengan manja.
"Kamu mau jadi temen saya?" Ucap Erlando dengan mengulurkan tangannya. Namun Alana tak segera menjawab, dia malah menatap wajah Erlando, yang tampan dan sangat mature. Mereka cukup intens bertemu secara tak sengaja. Membuat hati Alana sedikit berdesir.
"Ehm...kok enggak dijawab?"
"Iya aku mau om eh mas!" Jawab Alana dengan senyum ramah. Erlando sudah lama menduda, bertemu dengan Alana adalah anugerah baginya. "Yuk saya anter ke ruangan kakak kamu!"
"Enggak usah! Nanti mereka salah paham. Apalagi papih."
"Anak papih banget sih, lucu deh!" Erlando mencubit ujung hidung Alana dengan gemas. Alana tersenyum kecil. "Lihat sini nona, gitu donk senyum kan makin cantik."
Alana tersipu malu pipinya sudah merah padam. "Saya enggak kerja di sini. Saya di sini kalau dibutuhkan saja. Selebihnya saya di kantor." ucap Erlando.
"Hmm enggak nanya tuh!" Jawab Alana salting.
"Hahaha fyi aja buat kamu." Lanjut Erlando. "Mas, makasih ya tadi udah nolongin." Ucap Alana.
"By the way, laki-laki itu siapa?" Tanya Erlando. Dengan tatapan kosong Alana menceritakan kisahnya bersama Asraf. Bahkan sampai saat ini dia masih di te ror oleh mantan istri Asraf.
Padahal perceraian Asraf dan istrinya bukan salah Alana. Bahkan Alana sudah tak menjalin komunikasi dengan Asraf semenjak dia menikah. Erlando mendengarkan dengan teliti tanpa menyelah.
"Aku bukan pelakor mas! Aku cuma pacaran sekali seumur hidupku. Setelah itu aku enggak menjalin hubungan sama siapa pun sampai sekarang!" Lirih Alana dengan tatapan sendu.
Erlando mulai paham cerita Alana. Dia menghapus air mata Alana dengan lembut. "Saya percaya, kamu boleh gunakan nama saya untuk menghindari dia. Saya juga akan melindungimu!"
Tatapan keduanya bertemu detik itu juga. Erlando bagai bujangan yang merasakan jatuh cinta lagi. Dua tahun menduda membuat dia lupa akan cinta. Tapi hari ini setelah dekat dengan Alana, hatinya seakan terbuka.
CEKLEK
"Ehm... Bu, maaf mengganggu. Ada pasien gawat darurat." Ucap maya asisten Alana. "Oh iya sebentar!"
"Mas maaf aku ada_"
"Iya enggak apa-apa kok, aku pergi yah. Nanti aku kesini lagi." Erlando pergi dari sana dengan rasa yang berbeda.
-
-
-
"Kak Al mana sih? Katanya sebentar tapi lama!" Gerutu Anna.
"Mungkin lagi ada pasien sayang, tunggu aja nanti juga datang Anna!" ucap omah Winda.
Zena melenguh terbangun dari tidurnya setelah beberapa jam operasi tadi. "Sayang...ini aku, apa yang kamu rasain sayang?" Tanya Athala dengan khawatir dia mengelus terus kepala istrinya yang tertutup hijab.
"Mas, pusing...!" Lirih Zena. Kedua adik Athala segera memanggil dokter, Zena pun diperiksa lagi keadaannya. Sementara semua menunggu di luar.
"Gimana dok?"
"Tidak masalah, itu efek obat bi us saja. Pasien sudah bisa di ajak ngobrol, tapi jangan sampai kelelahan yah karena masih harus banyak istirahat!" Ucap dokter itu dan pamit.
Athala masuk lagi ke dalam, sementara orang tua Athala pamit pulang dulu setelah seharian ada disana. Kecuali Atharya dan Ariana yang stand by disana berjaga jaga.
"Sayang, ini aku ada di sini. Kata dokter, proses pemulihannya bisa berminggu-minggu, semoga aja bisa lebih cepat ya sayang." ucap Athala dengan terharu.
"Iya mas, sebelum operasi tadi dokter udah kasih tahu semuanya. Terima kasih mas udah ada buat aku." Zena mencium tangan suaminya yang menggenggam erat tangannya.
"Mas, tidur dulu. Mas pasti belum istirahat kan?"
"Iya sayang, mas di sini udah siapin kasur di sebelah kamu. Pengennya sih tidur sama kamu, tapi enggak dibolehin sama dokternya."
Zena merasakan kehangatan yang diberikan oleh suaminya ini. Hatinya bahagia. Walaupun awal pernikahan terpaksa, tapi endingnya tak selalu buruk.
"Aku kan di sebelah mas."
CUP
"Aku mencintaimu Zenata, jangan pernah tinggalin aku!"