Alisya gadis yatim piatu yang masih berkuliah di sebuah universitas ternama, karena mendapatkan beasiswa dari kecerdasannya,
Alisya bekerja paruh waktu di sebuah Cafe setelah pulang dari kampusnya.
Dia selalu di bully karena di anggap gadis miskin yang tak layak untuk di jadika teman.
Suatu hari dia di jadikan bahan taruhan oleh pria populer yang ada di kampus tersebut.
Hingga menyebabkan alisya hamil di luar nikah. Namun pria tersebut tidak mau bertanggung jawab.
Erik Putra Dinata, pria berusia 22th yang menghamili Alisya namun tidak mau bertanggung jawab.
Dia anak orang kaya namun memiliki sifat yang sombong dan angkuh.
Arsen Davidson lelaki tampan dan baik hati yang selalu menolong Alisya merupakan seorang CEO dari Global Group namun dia selalu merahasiakan identitasnya.
Penasaran kan siapa yang akan di pilih Alisya?
Yuk simak kelanjutan ceritanya...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23
Usai Alisya membuat minuman serta kudapan untuk Arsen, Alisya naik ke atas untuk memanggil Arsen turun.
Alisya mengintip di balik celah pintu kamar putrinya yang tidak tertutup sempurna. Alisya melihat putrinya sedang tertawa lepas karena sedang bercanda dengan Arsen.
"Kamu terlihat begitu bahagia bersama nya sayang, setelah mengenalnya kamu tak lagi murung seperti dulu, terima kasih buat kamu yang sudah mau hadir di hidup putriku, mungkin kehadiranmu bisa menjadi obat untuk putriku yang mendambakan sosok ayah dalam hidupnya. Maafkan mama yang sudah membohongimu tentang ayah kandungmu nak" lirih Alisya sambil mengusap air mata yang menetes di pipinya.
Tanpa sengaja Arsen melihat Alisya yang sedang menghapus air matanya.
"Aku tahu hidupmu begitu berat. Tapi sekarang kamu tak kan merasa sendiri lagi, karena aku akan selalu ada untuk kamu dan juga putrimu, dan aku akan berusaha menghapus semua kesedihanmu dan menggantinya dengan kebahagiaan, sehingga kamu tak akan lagi mengingat masa lalu mu iyu itu" ucap Arsen dalam hati.
"Masuklah" ucap Arsen. Alisya langsung mengubah ekpresi wajahnya seperti semula. Agar Arsen tak mengetahui kalau dirinya tengah menangis.
"kau begitu pintar menyembunyikan kesedihanmu nona" puji Arsen yang begitu takjub dengan kepribadian Alisya.
"Saya hanya ingin memberi tahu kalau saya sudah membuatkan anda minuman dan cemilan di ruang tamu" ucap Alisya. Arsen mengangguk.
"Let's go girl, kita akan turun kebawah" Ucap Arsen.
"Dendong Leva om, Leva macih lemas" sahut Reva beralasan sambil merentangkan kedua tangan nya minta di gendong, Alisya menggelengkan kepalanya melihat tingkah putri nya.
"Baik lah, om akan menggendong tuan putri" ucap Arsen kemudian menggendong tubuh Reva di punggung nya. Arsen menggendong Reva dengan berlari kecil, membuat tawa Reva pecah.
"Mama kejal Leva ma" triak Reva yang ada di punggung Arsen sambil tangan nya memeluk erat leher Arsen.
Alisya mengikuti kemauan putrinya, Alisya mengejar Reva yang di gendong Arsen.
"Om Alsen lali nya yang cepat, bial mama nda bica ngejal kita" pekik Reva dangan tubuh yang gak bisa tenang dan sesekali menegok ke belakang. Gadis kecil itu seolah melupakan sakit nya.
Arsen lari dengan sedikit cepat, menghindar dari kejaran Alisya. Arsen mengitari sofa yang ada di ruang tamu, dengan Reva yang terus berteriak kala melihat langkah mama nya semakin mendekat.
"lali om lali cepat" jerit Reva dengan begitu girang.
Hap
Alisya menangkap Reva yang di punggung Arsen dengan memeluk Arsen dari belakang.
"Mama culang," ucap Reva tidak terima.
"Yee, Reva saja yang larinya kek keong" ejek Alisya yang masih belum sadar jika dirinya memeluk Arsen. Selagi ibu dan anak itu berdebat, berbeda dengan Arsen yang justru merasa deg deg an, jantung nya ajep ajep karena di peluk Alisya.
"Sampai kapan kau akan terus memeluk ku nona" sindir Arsen. Membuat Alisya melepaskan pelukan nya. Alisya menunduk karena malu.
"Cie mama peluk-peluk om Alsen, hihihi" ledek Reva Menengok ke belakang sambil cekikikan.
"Hai kau meledek mama ya" sengit Alisya melototkan matanya sambil berkacak pinggang menatap putrinya nakal nya itu. Arsen menggeleng melihat tingkah ibu dan anak yang tak akur.
"kabul om, cebelum mama menangkap Leva" bisik Reva di telingan Arsen. Membuat Arsen mengerutkan dahinya.
"Memangnya kenapa dengan mama" tanya Arsen penasaran lalu berusaha menengok untuk melihat wajah Alisya namun di tahan oleh Reva.
"Hei kenapa kalian bisik-bisik" ucap Alisya dengan sedikit teriak.
"Janan nengok om, muka mama selem cepet kabul om" panik Reva yang mendengar suara mama nya.
Arsen menuruti kata Reva, dia lari menghindari Alisya.
"Jangan lari kalian" sentak Alisya. Mereka saling berkejaran kembali.
Arsen yang lelah mendudukan dirinya di sofa dengan tubuh Reva yang masih ada di belakangnya.
Alisya yang masih lari tak sengaja kakinya tersandung karpet, dan terjatuh tepat di atas pangkuan Arsen.
Arsen yang reflek langsung memegangi pinggang Alisya, karena takut Alisya terjatuh. Mereka saling tatap satu sama lain.
"Om Leva ke gencet ini, tapan tatapan nya selecai" pekik Reva mendengus kesal.
Suara Reva membuyarkan aksi tatap mereka berdua. Alisya langsung bangkit dari pangkuan Arsen dan pindah duduk di sebelahnya.
"Maaf," ucap Alisya dengan muka memerah seperti kepiting rebus.
"Tenapa muka mama melah" tanya Reva polos sambil memiringkan kepalanya menatap wajah mama nya.
Muka Alisya makin merah karena ucapan polos dari putrinya itu. Tak tahu saja kalau mama nya lagi menahan malu.
"Sudah sayang, mama mu hanya lelah maka nya mukanya memerah" sahut Arsen menghentikan rasa ingin tahu Reva. Reva manggut manggut pertanda dia mengerti.
"Om Leva haus" ucap Reva. Arsen memberika minuman kepada, diri nya juga meminum minuman yang sudah di buatkan oleh Alisya.
"Ahhhh... Cungguh legana tenggolokan ini" cletuk Reva sstelah menghabiskan satu gelas minuman.
Sungguh Arsen gemes dengan ucapan absurd gadis kecil itu.
Mereka duduk bertiga di ruang tamu, sambil sesekali becanda dan berdebat antara putri dan juga ibunya itu. Arsen menghentikan perdebatan mereka.
"Tuan putri sudah terlalu lama bermain, sekarang sudah waktunya tuan putri istirahat" ucap Arsen sambil mengangkat tubuh Reva seperti koala dan membawanya ke kamar Reva. Reva memanyunkan bibirnya karena tak boleh main lagi.
"Jangan cemberut girl, besok kita masih bisa main lagi, sekarang Reva harus istirahat dan om juga harus pulang, besok om akan kesini lain main sama Reva" ucap Arsen memberi pengertian kepada Reva sambil mengecup pipi Reva. Gadis kecil itu pun menurut.
Arsen merebahkan Reva di ranjangnya kemudian memberi Reva sebotol susu, Arsen dengan telaten menepuk bokong Reva hingga Reva tertidur.
Arsen turun ke lantai satu untuk pamit kepada Alisya. Dia harus pulang karena momy nya sudah cerewet menyuruh nya pulang.
"Aku harus pulang terlebih dahulu" ucap Arsen berdiri di depan Alisya.
"Terima kasih, sudah mau menjeguk Reva" sahut Alisya.
"Tak perlu sungkan, aku sudah menganggap Reva seperti putriku sendiri" ucap Arsen lembut sambil mengelus pipi lembut Alisya.
Tanpa sadar Alisya menitihkan air matanya, dia begitu terharu dengan ucapan Arsen.
"Jangan seperti ini, aku takut Reva nantinya bergantung kepadamu, aku tak mau dia kecewa" lirih Alisya. Dia sedikit khawatir dengan kedekatan putrinya dengan Arsen, takut tiba-tiba Arsen pergi, nanti akan membuat putrinya itu kecew dan kembali sedih.
"Percayalah, aku akan selalu ada untuk nya dan juga untuk mu" tegas Arsen sambil mengusap air mata Alisya. Alisya menggelengkan kepalanya. Dia merasa dirinya tak pantas.
"Kenapa? Aku sudah tau semua tentangmu termasuk masalah Reva" ucap Arsen semakin membuat tangis Alisya pecah, dia mengingat perjuangan dirinya melahirkan Reva seorang diri.
Arsen menarik tangan Alisya lalu membawanya ke dalam dekapan nya. Dia mengelus rambut panjang Alisya. Dia membiarkan Alisya nangis menumpahkan seluruh rasa sesak yang ada di dada nya.
**Bersambung
Jangan lupa like, koment, vote🙏
Hapoy reading guys🙏**
yang ada keluarga pamannya alisya habis sama arsen & erik
mati2 deh sana