"hiks, hiks sakit sekali....
"sakiiiiit....sakiit...
Intan pindah dari kota setelah bercerai dari suami nya, dia meninggali rumah yang dulu milik adik Ibu nya dan rumah itu sudah lama di biarkan kosong sebab Adik nya Ibu Intan menghilang tak ada yang tahu rimba nya.
Namun ketenangan Intan tak bertahan lama, sebab setiap malam ada suara rintihan atau juga menangis di kamar yang paling belakang sekali membuat Intan tak kuat menghadapi nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Pulang kampung
Intan terbangun di tengah hujan yang sangat deras menimpa tubuh nya, di sebelah dia sudah ada koper yang berisi dengan baju baju, seperti orang linglung karena begitu bangun sudah tidak ada di dalam rumah karena dia tadi di buang ketika pingsan oleh mantan suami dan juga mertua nya yang sangat jahat. Intan terbuang karena tidak bisa memberikan keturunan untuk Dani, masih ingat tadi bahwa tadi dia di tampar oleh suami nya hingga pingsan, lalu sekarang terbangun di pinggir jalan yang sangat sepi sama sekali tidak ada mobil yang lewat untuk di tumpangi, dan Intan akhir nya sadar kalau ini adalah jalan menuju desa nya.
"Mereka membuang ku, sungguh kejam sekali kau, Mas!" isak Intan memegangi dada nya yang terasa sesak.
Bila memang sudah tidak cinta dan tidak mau membangun rumah tangga dengan istri nya ini, seharus nya Dani tak begini cara nya, di kembalikan secara baik baik walau Intan sudah tidak punya keluarga lagi. Ibu nya sudah meninggal satu tahun yang lalu, dan bisa di bilang meninggal nya cukup aneh karena pemandi mayat menemukan kawat yang sangat panjang dari mulut nya Bu Nisa, banyak yang mengatakan bahwa dia kena santet. namun sampai sekarang tidak bisa di buktikan, mereka cuma biaa menduga saja tanpa ada bukti yang kuat untuk mengusut nya tuntas.
"Semoga allah membalas perbuatan kalian, aku sungguh tidak terima kalian buat begini." isak Intan menarik koper nya.
Lama menunggu sampai setengah jam berjalan pun sama sekali tidak ada mobil yang lewat, andai saja ada pick up yang bisa di tumpangi sampai kedesa, bila berjalan begini takut nya di serang oleh hewan buas yang ada di dalam hutan. karena hutan nya juga masih saja lebat, pasti nya masih ada beruang atau pun harimau yang kelaparan, merka pasti tidak akan segan untuk membunuh atau memakan manusia yang lewat daerah sini apa lagi suasana juga sedang hujan deras.
Allah sedang berbaik hati dan kebetulan ada mobil truk besar yang baru pulang dari kota setelah mengantar padi, maka Intan pun memberanikan diri untuk menumpang, untung nya sopir pun tidak keberatan sehingga mau saja menolong nya dan membawa Intan masuk desa yang masih sangat sepi sekali.
"Dari mana kok hujan hujan gini, Nduk?" tanya sopir yang sudah tua.
"Dari kota, Pakde." jawab Intan dengan suara serak nya.
Sopir tidak banyak tanya karena dia melihat bagai mana Intan sedang tidak baik baik saja, mata nya saja bengkak karena banyak menangis, enyah apa yang di tangisi nya karena sopir juga tidak bisa mau menduga nya.
"Kamu mau turun di mana?" tanya sopir karena dia takut berlawanan arah setelah masuk desa.
"Rumah nya Bu Nisa, Pakde." jawab Intan pelan.
"Hah?" tampak sopir kaget setelah tahu tujuan nya rumah yang akan Intan datangi.
"Saya anak nya, jadi saya akan tinggal di sana." jelas Intan.
"Tapi rumah itu sudah lama tidak terurus, dan kesan nya juga seram." lirih Pakde.
"Tidak apa apa, nanti akan saya bersihkan karena baru satu tahun Ibu meninggalkan rumah itu." ucap Intan.
Sopir mobil melirik Intan yang duduk di sebelah nya, wanita ini nampak tenang seolah sama sekali tidak takut, entah dia tidak tahu dengan kematian Ibu nya yang tragis itu atau karena dia memang pemberani. masalah nya saat Bu Nisa meninggal, Intan tidak bisa pulang karena di larang oleh suami dan juga mertua nya, sehingga dia sama sekali tidak tahu kondisi Bu Nisa yang sudah jadi mayat
"Hati hati ya." sopir berpesan saat Intan sudah turun.
"Terima kasih sudah memberi saya tumpangan ya, Pakde." Intan sampai membungkuk.
"Sama sama, nanti kalau sudah yakin mau tinggal kamu lapor sama Pak RT ya." saran Sopir.
"Iya, nanti kalau sudah beres semua maka saya akan kesana." angguk Intan menurut saja.
Intan masuk kedalam rumah dengan keadaan rumah yang sama sekali tidak terkunci, setelah Bu Nisa meninggal memang sama sekali tidak ada yang mengurus nya karena mereka tak ada lagi sanak saudara. cuma tinggal Intan saja dan itu pun dia tidak boleh sekali pun pulang kampung, maka nya rumah kampung tidak terawat.
"Ya allah rumah nya kotor sekali." keluh Intan melihat sekeliling rumah.
Walau pun desa nya ini sekitar ada lima puluh rumah, namun rasa nya sangat sepi di dekat rumah Intan seolah rumah tersebut menjadi momok yang begitu menakutkan sekali, Intan sendiri tidak tahu kenapa. maka dia segera meletakan koper nya dan mengambil sapu, banyak debu yang terbang kesana kemari.
"Aku mau menghuni kamar ku saja lah, lebih enak kamar sendiri memang." lirih Intan masuk kedalam kamar nya yang paling depan.
Yang tengah adalah kamar Ibu nya dan paling belakang kamar sang Bibi, dulu mereka tinggal bertiga, Intan bersama Ibu nya pergi kekota untuk merantau dan entah kenapa tiba tiba saja Bibi Intan yang bernama Rina di nyatakan hilang. sampai sekarang Rina tidak pernah di temukan keberadaan nya kembali, entah dia masih hidup atau sudah mati karena Intan memang sama sekali tidak pernah dengar lagi kabar Bibi nya tersebut.
"Kini aku memang sendirian, sudah tak ada orang yang bisa ku ajak ngobrol." keluh Intan yang sebatang kara.
Teringat dulu dia juga sangat dekat dengan Bibi nya, namun bila Intan di ajari mengaji maka akan di marahi oleh Bu Nisa sehingga kadang timbul lah pertengkaran antara adik dan kakak. Bu Nisa orang nya tak mengenal agama dan Intan di tuntut untuk cari uang saja, masalah ngaji adalah urusan belakangan.
Dok, Dok.
Intan yang baru mau rehat dan ganti baju menjadi kaget karena ada yang mengetuk pintu rumah nya, dia segera bangun dan membuka kan pintu untuk melihat siapa yang datang mengunjungi nya. padahal hari masih gerimis di sertai angin kecil, namun Bu RT datang dengan seorang wanita muda juga dengan wajah yang sangat heran.
"Kamu Intan kan?" tanya Bu RT meredupkan payung nya.
"Iya, Bu." Intan menyalami Bu RT sebagai tanda sopan.
"Apa kamu mau tinggal di sini, apa tidak sebaik nya kamu cari tempat lain saja." Bu RT nampak cemas.
"Saya tidak punya tempat lain dan hanya rumah ini saja, jadi saya akan tinggal di sini." ujar Intan.
Bu RT menarik nafas yang sangat berat tanda dia begitu cemas, Intan tidak tahu apa yang membuat mereka sanngat cemas hanya karena dia mau tinggal di rumah nya ini.
mestinya justru sdh dibela sblm intan dijahati
ngeri dan biadab😡