"Jika aku harus mati, maka aku akan mati karena Allah dan kembali pada Allah, bukan menjadi budakmu."
"Hati - hati Jingga, Semakin tinggi kemampuanmu, maka semakin Allah akan menguji dirimu. Tetaplah menjadi manusia yang baik, menolong sesamamu dan yang bukan sesamamu."
"Karena semakin tinggi kemampuanmu, semakin pula kamu menjadi incaran oleh mereka yang jahat."
Dalam perjalanan nya membantu sosok - sosok yang tersesat, Rupanya kemampuan Jingga semakin meningkat. Jingga mulai berurusan dengan para calon tumbal yang di tolong nya.
Dampak nya pun tidak main - main, Nyawa Jingga kembali terancam karena banyak sosok kuat yang merasa terusik oleh keberadaan Jingga. Jingga semakin mengasah dirinya, tapi apakah dia bisa kuat dan bisa menolong mereka yang meminta bantuan nya? sementara nyawanya sendiri juga terancam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS.18. Kiriman di malam hari.
Jingga sudah kembali kedalam kamar nya, dia masih memikirkan perkataan ayah nya yang mengatakan bahwa ada orang yang mengirimkan santet kepadanya. Padahal Jingga merasa dirinya teka pernah menyinggung siapapun bahkan dia adalah pribadi yang pendiam sebelum terkenal di sekolah karena pertolongan nya menyadarkan mereka yang kesurupan massal.
Jingga menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuh nya tapi dia duduk menyandar di ranjang dia membuka laci nakas lalu mengeluarkan sebuah kotak perhiasan berwarna putih lalu membuka kotak itu, ternyata isinya adalah kalung yang dia ambil dari lemari utinya dulu, kalung bandul bambu kuning.
Jingga melapas kalung itu karena dulu Ilham membelikan nya kado kalung di ulang tahun nya yang ke 15, Jingga melepas kalung bambu kuning itu dan memakai kalung yang Ilham belikan untuk menghargai pemberian Ilham. Jingga menyentuh bandul nya dan mengusap nya, kalung itu mengingatkan nya pada utinya. Perlahan Jingga mengotak - atik kalung bambu kuning itu dan dia jadikan gelang karena talinya memang terbuat dari benang hitam.
"Kamu aku pakai jadi gelang juga cantik." Gumam Jingga.
Jingga kemudian mengikat kalung bambu kuning yang sudah dia jadikan gelang itu di pergelangan tangan nya, terlihat seperti gelang mainan tapi sangat cantik di tangan Jingga. Ia tak melepas kalung Ilham karena Jingga menghargai pemberian abang angkat nya itu.
Saat Jingga sedang memperhatikan gelang di tangan nya, tiba - tiba terdengar ledakan seperti petasan di atas kamar tidur nya, lebih tepat nya atap rumah nya.
"DUAAR!!" Jingga pun kebingungan, ia pikir ada sesuatu yang meledak jadi dia bangun dari ranjang dan pergi keluar kamar.
Tapi di luar kamar ternyata sepi, tidak ada siapapun. Jika itu ledakan asli pasti semua orang dengar dan bangun, karena sangat keras di telinga jingga.
'Ledakan itu ghoib.' Batin Jingga, dia pun kembali masuk ke dalam kamar nya.
Jingga memejamkan mata dan melihat, ternyata memang ada beberapa bola - bola api yang berterbangan di sekitar rumah itu namun tidak bisa masuk dan meledak di udara. Bola - bola api itu seperti membawa sesuatu di dalam nya.
'Apa ini yang papa maksud sebagai kiriman santet?' Batin Jingga.
Dan di dalam kamar ayah Ilham, ayah Ilham sebenar nya tidak tidur dan dia juga mendengar suara ledakan itu, hanya saja dia tetap berdzikir untuk menghalau serangan ghoib itu. Yang di kahwatirkan akhirnya terjadi juga, pasti ada orang yang terusik dengan kemampuan Jingga apa lagi Jingga sudah menyelamatkan beberapa nyawa dan sosok.
"Ya Allah, tolong lindungi putriku Jingga.. lindungi putraku Ilham, lindungi rumah ini, lindungi kami semua ya Allah." Gumam ayah Ilham, dia melihat ke jendela dan banyak yang mencoba masuk tapi tidak bisa.
Tapi ayah Ilham terpaku dengan satu sosok yang tampak nya ikut menghalangi kiriman itu datang, bukan aki yang biasa Jingga panggil atau teteh putih yang berteman dengan Jingga tapi sesosok perempuan. Ayah Ilham melihat sosok perempuan itu menyerang balik kiriman santet, ia pun keheranan siapa gerangan sosok perempuan itu.
"Ada yang ikut melindungi Jingga rupa nya, bagus lah.." Gumam ayah Ilham, karena dia tahu Jingga memiliki banyak teman ghoib walau yang ini sedikit aneh karena menghalau serangan.
KE ESOKAN HARINYA..
Jingga, ayah Ilham dan Gani sudah duduk di meja makan untuk melangsungkan sarapan, dan Jingga menceritakan apa yang di lihat nya semalam, ayah Ilham juga mengatakan pada Jingga bahwa dia juga melihat nya, hanya Gani yang tidak mendengar apapun semalam.
"Apa yang harus aku lakukan, pa? Apa aku serang balik mereka?" Tanya Jingga pada ayah nya.
"Sebenar nya tidak boleh melawan kejahatan dengan kejahatan, tapi mereka mau menyakiti kamu bahkan membunuh kamu, maka tidak salah jika kamu membela diri." Ujar ayah Ilham.
"Iya Jingga, kamu hanya menangkis apa yang mereka kirimkan ke kamu. Bukan kamu yang memulai." Ujar Gani.
"Sepertinya keputusan kamu benar, kamu harus lebih mengasah kemampuan kamu sama Ustad Soleh." Ujar ayah Ilham.
"Tapi papa jangan bilang abang kalo aku pulang ke kampung ya, pa?' Ujar Jingga ayah Ilham pun tersenyum.
"Aduh, abang kamu itu nggak bisa di bohongin.." Ujar ayah Ilham , Jingga pun menggaruk - garuk kepalanya.
"Iya juga, ya udahlah.. ntar aku bilang sendiri ke abang." Ujar Jingga..
•○•○•○•○•
Lalu setelah beberapa hari berlalu akhirnya hari libur yang di tunggu pun tiba, Jingga sudah bersiap dengan ransel nya yang berisi pakaian bersama Gani juga. Jingga tidak mau menarik perhatian, ia selalu pulang dengan pakaian yang se ala kadarnya saja dan tidak berlebihan, ia juga menolak di antar menggunakan mobil ayah nya dan lebih memilih pulang di antar mobil travel.
Jingga tidak mau di pandang tinggi, ia ingin selalu merendah karena utinya selalu mengajarkan untuk menjadi orang yang rendah hati meskipun sudah hidup berkecukupan sekalipun. Terlebih lagi, semua yang Jingga miliki bukan miliknya, itu adalah milik ayah Ilham.
"Pa, kami jalan dulu ya." Ujar Jingga, ia menyalimi tangan ayah Ilham.
"Ati - ati di jalan ya nak.. jangan lupa selalu baca doa dan meminta perlindungan sama Allah." Ujar ayah ILham, Jingga pun mengangguk sambil tersenyum.
"Iya, pa.. Assalamualaikum." Ujar Jingga, ayah Ilham pun menjawab salam JIngga.
"Gani, titip Jingga ya." Ujar ayah Ilham pada Gani dan Gani langsung mengangguk dengan mantap.
"Pasti om, kami pergi dulu om." Ujar Gani.
Jingga dan Gani pun masuk kedalam mobil travel yang di dalam nya sudah berisi beberapa orang, kebetulan Jingga dan Gani adalah orang terakhir yang naik jadi mobil itu un langsung melaju ke arah tujuan. Elang tidak melihat kepergian Jingga, sebab dia sedang mengunjungi ibunya bersama ayah nya. Mereka kini sudah berbaikan hanya saja ibunya Elang masih belum mau kembali tinggal bersama dengan ayah Elang dan Elang.
Mobil travel berjalan membelah jalanan kota yang masih ramai walau sudah malam, seperti yang kita tahu kalau mobil travel selalu menempuh perjalanan di malam hari, entah apa sebab nya.
Dan sepenjang jalan itu, Jingga melihat banyak sekali sosok - sosok yang bergentayangan dan juga makhluk - makhluk yang mengerikan, seperti yang Jingga lihat sekarang ini.. sosok yang tinggi besar yang hampir sebesar aki namun dengan wajah yang mengerikan sedang memperhatikan jalanan.
Lalu ada sosok laki - laki yang tidak memiliki kepala sedang berjalan di pinggiran jalan tol, ada yang terbang - terbang, sudah pasti itu kuntilanak. Ada juga sosok perempuan yang sekujur tubuhnya berdarah dengan separuh kepala nya yang hancur, mata nya hilang satu dan berjalan terpincang - pincang, sepertinya dia meninggal kecelakaan dan menjadi gentayangan.
'Kasihan..' Batin Jingga.
Jingga melihat itu semua tapi dia biasa saja, ia tidak menarik perhatian sama sekali. Gani yang duduk di sebelah Jingga malah sudah tidur lebih dulu karena memang sudah tengah malam.
"Drtt.. drtt.." Ponsel Jingga bergetar dan rupanya sebuah pesan masuk dari Ilham yang menanyakan dimana posisinya sekarang.
Jingga akhirnya membalas pesan Ilham dan mereka saling berbalas pesan karena Ilham sangat khawatir sebab Jingga dalam perjalanan pulang kampung tanpa dirinya. Jingga asik berbalas pesan sampai tiba - tiba mobil itu oleng dan mesin nya mati dengan sendirinya., semua penumpang pun terbangun karena guncangan yang keras.
"Kenapa bang, pecah ban ya?" Tanya seorang penumpang.
"Enggak, bentar jangan pada keluar tak periksa dulu." Ujar supi mobil nya.
Jingga melihat sopir nya turun dan memeriksa kendaraan, sementara beberapa penumpang mulai berisik karena mobilnya mati dan posisi mereka di jalan tol yang sepi. Sopir terlihat menendang ban mobil nya karena mesin nya tak juga kembali menyala.
"Kenapa ya?" Gumam Gani.
"Mobil nya mogok, Ni." Sahut Jingga.
Jingga melihat sekitar dan sudah banyak si mata jahat, sebutan yang Jingga berikan untuk mereka makhluk - makhluk pemakan darah, atau penunggu jalan tol yang mengganggu pengemudi kendaraan dengan membuat pengemudi nya mengantuk dan membuat beberapa orang kecelakaan di sana lalu mereka memakan darah dari para korban kecelakaan itu, Jingga menamainya si mata jahat.
Makhluk yang seperti itu sudah tidak memiliki sisi manusia, meski ada yang pernah hidup menjadi manusia pun jika sudah terlalu jahat dan terlalu jauh tersesat, maka dia kan menjadi iblis pemakan darah.
"Liat kesana, Ni.. liat pake mata batin kamu, apa yang ada di depan mobil." Ujar Jingga berbisik.
Gani pun melihat ke depan dan menggunakan mata batin nya dan dia terkejut sebab di depan mobil iu ada sosok hitam, berbulu panjang, bertaring panjang seperti cula badak, dan berkuku panjang pula. Tidak terlihat bentukan wajah nya hanya terlihat mata nya saja yang menyala merah.
"Astagfirullah.." Gani langsung memalingkan pandangan nya karena terlalu mengerikan.
BERSAMBUNG...
Bakar aja skalian dgn rumahnya. Jangan kasih kesempatan idup, berbahaya tuh orang
pokok Ny Makasih 😍,
Msh Ada 2 Jones Belum Ada Jodoh Ny tu