NovelToon NovelToon
Bolehkah Aku Bermimpi ?

Bolehkah Aku Bermimpi ?

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Janda / Keluarga / Karir / Pembantu / PSK
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Titik.tiga

Tiara, seorang gadis muda berusia 22 tahun, anak pertama dari lima bersaudara. Ia dibesarkan di keluarga yang hidup serba kekurangan, dimana ayahnya bekerja sebagai tukang parkir di sebuah minimarket, dan ibunya sebagai buruh cuci pakaian.

Sebagai anak sulung, Tiara merasa bertanggung jawab untuk membantu keluarganya. Berbekal info yang ia dapat dari salah seorang tetangga bernama pa samsul seorang satpam yang bekerja di club malam , tiara akhirnya mencoba mencari penghasilan di tempat tersebut . Akhirnya tiara diterima kerja sebagai pemandu karaoke di klub malam teraebut . Setiap malam, ia bernyanyi untuk menghibur tamu-tamu yang datang, namun jauh di lubuk hatinya, Tiara memiliki impian besar untuk menjadi seorang penyanyi terkenal yang bisa membanggakan keluarga dan keluar dari lingkaran kemiskinan.

Akankah Tiara mampu menggapai impiannya menjadi penyanyi terkenal ? Mampukah ia membuktikan bahwa mimpi-mimpi besar bisa lahir dari tempat yang paling sederhana ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Titik.tiga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 24 : Misi Rahasia Pak Arif

Pak Arif mencoba menghubungi seorang pria yang sudah lama ia percayai, Pak Riko, seorang agen rahasia swasta. Sementara itu, malam semakin larut dan pikirannya terus berkecamuk, khawatir akan nasib Selly, Mita, Bunga, dan Mayang yang saat ini disekap oleh anak buah Pak Mike.

Pak Riko, dengan suaranya yang tenang dan penuh wibawa, memberikan instruksi singkat, "Arif, pergilah ke pintu tol keluar terdekat. Aku akan mengirimkan anak buah terbaikku untuk menemanimu. Mereka bisa diandalkan."

Pak Arif mengangguk meski panggilan itu sudah berakhir. Waktu sangat berharga, dan semakin lama mereka menunda, semakin besar bahaya yang menanti keempat wanita tersebut. Sesuai instruksi, Pak Arif meluncur menuju pintu tol keluar, berharap misi ini akan berjalan sesuai rencana.

Setelah menunggu hampir satu jam, sebuah minibus berwarna hitam dengan kaca gelap berhenti di depannya. Pintu samping minibus terbuka, dan seorang pria bertubuh tegap menyuruh Pak Arif masuk ke dalam.

Di dalam minibus tersebut, suasana sangat serius. Dua belas orang berpakaian seperti prajurit tempur lengkap dengan perlengkapan senjata duduk dengan tenang, wajah mereka mencerminkan kesiapan menghadapi misi apa pun. Mereka adalah pasukan terbaik Pak Riko: Tama, Frisilia, Tio, Rizal, Aji, Rani, Gusti, Ramon, Bagus, Bayu, Salma, dan Ilham. Setiap orang memiliki keahlian masing-masing, mulai dari taktik infiltrasi hingga pertempuran jarak dekat.

“Pak Arif, kami sudah diberi tahu tentang situasinya. Apa yang harus kami lakukan?” tanya Tama, salah satu pemimpin kelompok, dengan nada serius namun penuh hormat.

Pak Arif menghela napas panjang kemudian menjawab. “Teman-teman saya disekap di sebuah gudang di tengah hutan. Ada satu orang yang selamat, Rangga, saat ini dia sedang bersembunyi di gua di yang ada di lereng gunung. Kita harus mengevakuasi dia terlebih dahulu sebelum menyelamatkan yang lainnya.”

Semua anggota tim mengangguk dengan tegas, tidak ada keraguan sedikit pun. Misi ini bukan lagi tentang pekerjaan, tapi soal menyelamatkan nyawa. Minibus itu melaju tanpa suara di jalan yang gelap, memotong keheningan malam dengan kecepatan yang stabil. Dalam hati, Pak Arif berharap misi ini bisa diselesaikan tanpa insiden yang lebih buruk.

Setelah satu jam perjalanan, mereka tiba di perbatasan perkampungan di mana Selly, Mita, Bunga, dan Mayang disekap. Keheningan terasa mencekam, hanya suara angin malam dan desiran daun yang terdengar. Dengan tenang dan terlatih, pasukan rahasia Pak Riko keluar dari minibus dan mempersiapkan peralatan mereka.

Pak Arif menatap tajam ke arah hutan di depannya. “Gua itu tidak jauh dari sini,” katanya, menunjuk ke arah lembah yang diselimuti bayangan pohon.

Mereka melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki, menyusuri jalan setapak kecil di tengah hutan, penuh kehati-hatian. Meskipun malam sudah semakin larut, semua orang tetap waspada, terutama Pak Arif yang tak henti-hentinya merasa cemas dengan keselamatan Rangga. Hutan terasa dingin, dengan angin malam yang semakin menebalkan suasana tegang. Mereka berjalan dengan langkah-langkah ringan namun penuh tekad, menembus kegelapan.

Setelah berjalan hampir setengah jam, akhirnya mereka tiba di dekat lokasi gua yang dimaksud Pak Arif. Anggota tim segera mengambil posisi, membentuk perimeter untuk memastikan tidak ada ancaman di sekitar. Pak Arif, bersama Tama dan Tio, maju lebih dekat ke mulut gua.

“Rangga,” bisik Pak Arif, cukup keras agar terdengar oleh Rangga di dalam.

Tidak lama kemudian, terdengar langkah kaki ringan, dan Rangga muncul dari kegelapan gua. Wajahnya penuh kelegaan ketika melihat Pak Arif, meskipun dia masih tampak lelah dan khawatir.

“Pak Arif…” Rangga menarik napas panjang, berusaha menenangkan dirinya. “Saya senang bapak datang. Tapi kita harus cepat, mereka mungkin akan segera menemukan tempat ini.”

Pak Arif menepuk bahu Rangga. “Kamu sudah melakukan yang terbaik. Sekarang kita akan selamatkan yang lainnya.”

Tama memberi isyarat pada timnya, dan semua anggota segera bersiap untuk melanjutkan ke misi utama: menyelamatkan Selly dan yang lainnya dari cengkeraman Pak Mike.

Dengan Rangga yang kini bersama mereka, Pak Arif dan tim segera menyusun rencana penyergapan. Pak Riko telah memberikan instruksi detil sebelumnya, dan semua orang di tim sudah memahami peran masing-masing. Mereka harus bergerak cepat dan tanpa membuat kegaduhan, sebab Pak Mike dan anak buahnya terkenal berbahaya serta tidak ragu-ragu bertindak kejam.

“Mereka disekap di gudang di dekat perkampungan ini. Ada penjaga di sekeliling area, selain itu penduduk warga disini sebagian besarnya adalah anak buah setia nya pak mike, jadi kita harus berhati-hati,” jelas Pak Arif sambil menunjuk peta kasar lokasi yang diberikan Rangga.

Tama dan timnya mulai merencanakan langkah-langkah strategis. Frisilia dan Rani, yang memiliki keahlian dalam penyusupan, akan bergerak lebih dulu untuk mengecoh penjaga dan membuka akses ke dalam gudang. Sementara itu, yang lainnya akan siap menyerbu dari berbagai arah jika terjadi kontak fisik dengan penjaga.

“Kita harus bertindak cepat, tidak boleh ada kesalahan,” kata Tama dengan nada tegas namun tenang.

Pak Arif mengangguk setuju. Waktu terus berjalan, dan nyawa Selly, Mita, Bunga, serta Mayang berada di ujung tanduk. Mereka harus bergerak dengan cepat namun penuh perhitungan.

1
NT.Fa
hidup sepahit itu kah? Kasian Tiara
NT.Fa
Semangat ya Tiara
NT.Fa
cerita yg menarik... inspirasi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!