Di saat membutuhkan uang tambahan, Roro yang bekerja sebagai perawat mendapat tawaran pekerjaan untuk mengasuh anak yang menderita kanker darah.
Tidak disangka anak itu adalah anak direktur rumah sakit tempat Roro bekerja.
"Ternyata pak direktur adalah duda!" seru Roro.
Direktur sekaligus dokter bedah itu tidak pernah dikabarkan sudah menikah, lantas bagaimana sudah menjadi seorang duda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berjaga Bersama
Akhirnya Roro ikut makan bersama dengan Armon dan Chila.
Sisa daging yang belum dipanggang sudah diatasi oleh Vincent dan pelayan lainnya.
Awalnya memang canggung tapi lama-kelamaan gadis itu mulai terbiasa dan makan bagiannya tanpa sungkan.
"Bagaimana rasanya, Dad?" tanya Chila yang meminta pendapat Armon.
Armon masih menguyah dagingnya, perlahan dia menelan dan tersenyum pada Chila. "Rasanya enak," ucapnya kemudian.
"Yes!" Chila melakukan high five yang langsung disambut oleh Roro. "Kita harus sering memasak, Suster!"
"Tentu saja," balas Roro ikut senang.
Setelah makan, mereka masih berada di depan api unggun untuk membakar marsmellow sebagai pencuci mulut.
Chila yang baru pertama kali merasakan marsmellow yang dibakar tidak bisa berhenti mengunyah makanan kenyal itu.
"Jangan terlalu banyak," tegur Armon.
"Tapi, ini sangat enak, Dad," balas Chila yang masih memakan marsmellow panas.
Tiba-tiba saja Roro merebut marsmellow itu dari tangan Chila.
"Walaupun marsmellow ini rendah gula tapi nona muda sudah makan terlalu banyak," ucap Roro.
"Tidak..." Chila ingin marsmellow nya kembali. "Satu lagi, janji!"
"Oke, satu lagi," Roro menyuapi Chila memakai tangannya sendiri.
Dan Chila seperti kerbau dicucuk yang membuka mulutnya untuk menerima suapan.
Interaksi keduanya tidak lepas dari pantauan Armon, biasanya dia akan mendapat laporan dari Vincent tapi kali ini dia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana cara kerja Roro.
"Anda harus sikat gigi lalu tidur, Nona," Roro melihat jam di pergelangan tangannya.
"Bukankah aku akan tidur di dalam tenda?" tanya Chila.
"Ya, saya akan berjaga di luar," Roro memberi kode pada Armon karena kali ini adalah tugasnya.
Lelaki itu cukup peka dan mengerti, setelah Chila menggosok gigi, Armon membawa putrinya itu untuk masuk tenda.
"Sepertinya langit cerah dan tidak akan turun hujan malam ini," ucap Armon seraya menarik selimut untuk menutupi tubuh Chila. "Apa sudah nyaman? Kalau kurang nyaman, kita bisa masuk ke dalam!"
"Aku tidak mau, aku suka di dalam sini," tolak Chila.
"Baguslah kalau begitu," Armon mengelus kepala Chila yang tanpa rambut. "Apa suster baru ini menyenangkan?"
"Hm...." Chila agak ragu menjawabnya. "Kata guru aku tidak boleh membuat daddy dan Vincent kerepotan lagi!"
"Anak baik," balas Armon.
"Tapi, aku menyukai suster Roro walaupun suka galak tapi dia selalu memujiku cantik," ungkap Chila sebelum memejamkan mata.
Armon memandangi putrinya yang perlahan terlelap dalam tidurnya, seharusnya dia juga ikut tidur karena jujur saja hari ini sangat melelahkan.
Namun, lelaki itu justru keluar dari tenda di mana ada Roro yang masih setia duduk di depan api unggun.
Armon mengambil selimut dan perlahan memakaikan selimut itu di punggung Roro.
"Udaranya dingin," ucap Armon yang membuyarkan lamunan gadis itu.
"I... iya?" Roro terkejut karena perlakuan Armon tersebut. "Kenapa tuan tidak tidur?"
"Bagaimana aku bisa tidur kalau suster masih duduk di sini," jawab Armon.
"Tidurlah di dalam bersama Chila, aku yang akan berjaga di sini bergantian dengan Vincent," Armon memberi perintahnya.
Biasanya Roro akan menurut tapi kali ini gadis itu sedikit membangkang.
"Mana mungkin saja membiarkan tuan berjaga, saya akan tetap di sini," tolak Roro.
Bukannya marah, Armon justru tergelak dengan sikap pembangkang gadis itu.
"Kau cukup keras kepala, ya? Pantas saja Chila menyukaimu," ucapnya.
"Nona Chila menyukai saya?" Roro bertanya supaya lebih jelas.