Eila Pertiwi tidak pernah membayangkan seorang Max William Lelaki Famous di Sekolahnya yang menjadi incaran banyak Gadis, tidak ada hujan atau badai tiba-tiba menyatakan perasaan padanya, padahal mereka tidak dekat sama sekali.
Namun di sisi lain, kehidupan Max William yang dianggapnya sebagai 'konglomerat manja yang hanya bergantung pada orang tuanya' ternyata jauh dari ekspetasi-nya, Lelaki itu selama ini memiliki banyak rahasia dan luka nya yang selama ini ditutupi dengan rapih.
"Gue, kan, udah bilang. Semua hal tentang Lo, Gue tau."
"Suapi, Eila.."
"Jangan coba-coba Eila. Lo cuman milik Gue, faham?"
"Gue bakal buat pelajaran siapapun yang berhasil curi senyuman manis Lo."
"Because, you are mine." Max meniup telinganya, "Cuman Gue yang boleh liat. Faham, Cantik?"
Semua ini tentang Max William dan segala sikap posesif dan manjanya yang seiring waktu membuat pertahanan Eila Pertiwi runtuh, dia terjebak dalam semua skema rangkaian yang dibuat Lelaki Berandalan itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon oviliaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Serius.. Kiss Mark?
Eila dibuat kebingungan sendiri ketika Max dengan terburu-buru keluar dari rumahnya setelah pamit pulang dengannya.
Tangannya yang menggantung pada pintu kulkas diurungkan, menutup kembali. Eila menghembuskan nafas panjang, melangkah menuju meja makan.
Daripada mengurusi Lelaki tidak jelas seperti Max, lebih baik Eila perhatian pada cacing-cacing perutnya yang melancarkan aksi Demo.
Tatapannya jatuh pada Tote bag yang Max tinggalkan di pantry, dia sengaja atau kelupaan karena buru-buru?
Eila melahap suapan besar nasi dengan telur itu membuat pipinya menggembung. Beberapa menit Ia habiskan untuk menghabiskan makan siang sekaligus makan malamnya itu.
Setelah piringnya kosong, Eila membawanya ke wastafel, mencucinya.
"Dek."
Eila menoleh, terkejut mendapati kondisi Rega dan Elang mengenaskan dengan beberapa memar dan keringat membasahi wajahnya.
"K-kalian kenapa?" Eila yang panik, menghampiri mereka meninggalkan piring yang sebelumnya tengah dicuci Ia biarkan begitu saja.
"Kamu nggak papa, kan, Dek?" Rega dan Elang dengan khawatir memperhatikan Eila intens. "Nggak ada yang luka, kan?"
Eila dibuat kebingungan dengan sikap Kakak-kakaknya itu. "Apa sih maksudnya? Kalian yang luka, Adek yang seharusnya nanya begitu."
Rega menghela nafas. "Dek, tadi di jalan. Kita di cegat sama dua Laki-laki badan besar, makanya kita telat pulang." Tuturnya.
Elang mengangguk, "Mereka seolah halangi kita pulang." Timpalnya.
Eila mengernyit. "Kalian di begal?"
Rega menggeleng. "Mereka nggak ambil apa-apa dari kita. Aneh banget. Kita jadi khawatir sama Adek yang sendirian di rumah, Bang Farel soalnya lembur."
"Astaga, ya udah. Duduk, Eila obati." Titah Eila yang langsung dituruti ke dua Kakaknya itu.
Mereka duduk di kursi Pantry, menunggu Eila mencari kotak obat. Beberapa menit Gadis itu kembali dengan kotak obat yang dibawanya.
"Dek, ini apa?" Tanya Elang penasaran, melirik isi Tote bag didepannya itu. "Wah, sepatu? Ini kayaknya mahal."
Eila yang tengah mengobati luka Rega menoleh bersamaan. Rega melotot tidak percaya pada sepatu yang Elang keluarkan dari Tote bag itu.
"Itu Impor bukannya. Catrine mau beli tapi stok nya terbatas nggak ada di Indo." Ujar Rega, mengingat berapa hari lalu Ia mengantarkan Catrine ke salah satu Store.
Barang yang diinginkannya sama persis dengan sepatu itu, Catrine bahkan perlu menunggu waktu berbulan-bulan itu untuk mendapatkan sepatu seharga ginjal itu.
"Dapet dari mana Dek?" Selidik Rega curiga.
Eila yang ditatap seperti itu mendengus, kesal. Tidak mungkin Ia mengatakan kalau tadi Max sempat datang ke sini, kan dan memberikan itu.
"Em, dari Nat."
Elang menoleh cepat. "Siapa lagi Nat?"
"Cowok?" Tanya Rega.
Mereka mengira kalau Nat itu salah satu dari Lelaki yang mengejar Adiknya selain Max.
Eila tertawa melihat wajah garang Rega dan Elang. "Nat, Cewek. Natalie namanya, dia temanku. Lain kali aku ajak main ke sini deh."
Rega maupun Elang lega, tapi mereka masih belum percaya mengenai asal-usul sepatu itu. Tapi mereka tidak lagi bertanya, biarlah mereka yang menyelidikinya sendiri.
"Sudah." Ucap Eila ketika luka-luka Rega dan Elang sudah selesai Ia obati.
"Makasih, Dek."
Eila mengangguk, "Aku ke kamar ya."
"Ini sepatu nya, nggak dibawa?" Elang menyerahkan Tote bag itu pada Eila.
Eila menerimanya dengan senyum kaku, Gadis itu berbalik kembali ke kamarnya meletakkan Tote bag nya ke nakas.
Ketika Ia mengeluarkan sepatu itu dari Tote bag nya, sebuah surat jatuh ke lantai beralaskan karpet berbulu nya, Eila memungut kertas itu.
Gue nggak mau tau, besok dipakai.
From; Max.
Eila berdecak, tidak habis pikir. Ada jenis manusia seperti ini.
Seketika Ia menyesal pernah merindukan Lelaki ini, Eh! Apa-apaan, rindu? Ck.
Eila melemparkan tubuhnya ke ranjangnya, menangkap guling nya. Eila memukul-mukul guling itu, melampiaskan rasa dongkolnya pada Max.
"Dasar nyebelin!"
Besok harinya, Eila memandangi sepatu yang dikenakannya itu ragu. Ini serius, kenapa Eila mau-mau saja sih?!
Tapi masih ada waktu balik lagi, kan? Eila berbalik tapi sebuah tangan lebih dulu mencegahnya.
"Mau kemana?"
Eila menatap Max, skeptis. Lelaki ini datangnya dari mana sih? Tiba-tiba muncul saja.
Lelaki itu menunduk memperhatikan sepatu yang dibelikannya dipakai Eila. "Cocok dipakai sama Lo."
Blush
Eila merona seketika. Sesaat mereka berpandangan, hanya sekitar berapa menit saja karena Eila baru disadarkan sesuatu.
Ini masih berada tepat di pekarangan rumahnya Eila menyeret Max keluar, bisa gawat kalau Kakak-kakaknya memergoki Lelaki itu.
Masih ingat jelas, wajah galak ke tiganya perihal Eila yang murung karena tidak mendapat kabar dari Max yang seharian menghilang.
"Lo kenapa main masuk aja sih?!" Ujar Eila baru melepaskan cengkraman tangan Max ketika ke duanya berada di depan Motor Sport Max.
"Ijin sama Kakak-kakak Ipar." Sahut Lelaki itu santai.
Eila memandang datar wajah polos Max. "Kakak Ipar dalam mimpi!" Sarkas nya kesal.
Max cemberut, bak bocah yang tidak diberikan permen. Lelaki itu memakai helmnya. "Ayo naik."
Eila mendengus geli mendengar nada datar yang dikeluarkan Max. Hohoho, sepertinya ada yang merajuk.
Ketika Eila duduk dengan manis di belakangnya, Max menjalankan Motornya dengan kecepatan tinggi membelah keramaian lalu lintas kota Jakarta.
Lelaki itu menerobos masuk menuju parkiran VVIP, mengabaikan tatapan iri dan kagum dari masing-masing Siswa-siswi.
Banyak dari mereka yang iri tentu saja terutama para Gadis, bisa-bisanya Gadis yang di kategorikan 'Biasa saja' seperti Eila, bisa merasakan duduk di jok belakang Motor Max.
Padahal sejak zaman Dinosaurus pun Jok itu kosong, Max tidak sudi ada Manusia yang mengotori joknya.
Max menggenggam tangan Eila, melangkah meninggalkan parkiran diiringi tatapan-tatapan iri.
Eila yang tidak nyaman berusaha melepaskan genggaman tangannya namun Max dengan acuh mengabaikan rontaan kecil itu.
"Max, malu tau diliatin." Bisik Gadis itu kesal.
Max diam saja, Lelaki itu justru menunjukkan seringaian aneh. Eila memandang curiga, hal selanjutnya membuat Gadis itu tercengang luar biasa.
Cup!
Dengan gerakan kilat Max mengecup pipi Eila. Mereka yang melihat itu, sontak saja berteriak heboh.
Eila yang kesal kembali berusaha menarik lepas tangannya, karena usahanya masih saja sia-sia, Eila tanpa diduga mengigit lengan Max kuat.
"Argh!" Max meringis, reflek melepaskan genggaman tangannya Eila dengan cepat melarikan diri.
Eila tertawa meninggalkan Max yang masih menatapnya dengan wajah tercengang, persis seperti dirinya tadi.
Tapi dalam artian lain hal.
Jelas gigitan Gadis itu tidak main-main, Max memandangi bekas gigitan itu dengan wajah gusar. Darah sedikit keluar dari bekas gigi-gigi kecil itu.
Max tidak tau kalau Eila bisa sewaktu-waktu menjadi Hewan Buas.
Bugh!
Seseorang menepuk kuat bahunya dari belakang, Max meliriknya tajam.
Marco mengangkat tangan, "Sorry-sorry. Gimana, Tuan Muda. Udah selesai projects nya? Oleh-oleh.." Todong nya.
Max mendengus. "Nggak ada."
"Ck, nggak asih ah." Marco berniat mengalihkan wajahnya, namun Ia justru mendapati lengan Max yang terluka. "Loh, kenapa tuh? Di gigit Serigala?"
"Kiss Mark. Pacaran makanya, biar tau!" Sungut Max, melenggang pergi meninggalkan Marco yang melongo.
"Seumur-umur baru tau, Kiss Mark macam di gigit Hewan Buas begitu."
Selamat ya author..
👍👍👍👍👍
👏👏👏👏👏
♥️♥️♥️♥️♥️
musuh siapa yaa
Lanjut author 💪💪💪💪💪
♥️♥️♥️♥️♥️
😘😘😘😘😘
♥️♥️♥️♥️♥️