Alena Ricardo sangat mencintai seorang Abian Atmajaya, tidak peduli bahwa pria itu kekasih saudara kembarnya sendiri. Hingga rela memberikan kehormatannya hanya demi memiliki pria itu.
Setelah semua dia lepaskan bahkan dibuang oleh keluarga besarnya, Alena justru harus menghadapi kemarahan Abian. kehidupan rumah tangganya bagaikan di neraka, karena pria itu sangat membencinya.
Akankah Alena menemukan kebahagiaannya? Dan akankah Abian menyesali apa yang selama ini diperbuatnya, setelah mengetahui rahasia yang selama ini Alena simpan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 14
Setelah selesai mengantar dokter yang memeriksa Alena, Abian masuk kembali ke dalam kamarnya. Dia melihat wajah Alena yang terlihat pucat dengan perasaan tak menentu. Di satu sisi dia begitu senang wanita itu sakit karena perbuatannya, tapi di satu sisi lainnya Abian merasa tidak tega melihat sahabatnya itu menderita.
Ya, dulu mereka bersahabat dekat. Bahkan karena Alena dia bisa bersama dengan cinta sejatinya Alana. Dan seandainya saja kejadian malam itu tidak pernah terjadi, Abian yakin mereka akan menjadi adik dan kakak ipar yang kompak.
"Dokter bilang kau hanya kelelahan dan dehidrasi," ucap Abian meskipun tahu Alena tidak akan mendengarnya. "Jangan sakit lagi! Karena jika sakit aku tidak bisa menyiksamu!" Abian tahu apa yang dikatakannya barusan sangat kejam dan tak berperasaan. Tapi hanya itu yang bisa ia katakan pada Alena, karena sampai kapanpun kata-kata cinta atau sayang tidak akan pernah ia ucapkan.
Meskipun wajah Alena serupa dengan kekasihnya, tapi yang ada di hati Abian hanya Alana seorang. Sedangkan untuk Alena dia hanya memiliki rasa dendam dan kebencian.
"Aku dan Alana mungkin tidak akan pernah bisa bersatu lagi, begitu pun kita. Aku akan melepasmu setelah kau hancur," setelah mengatakan itu Abian keluar dari kamar, meninggalkan Alena yang masih terbaring di atas ranjang. Dia tidak mau bersusah payah menjaga Alena, karena merasa sudah cukup dengan memanggil dokter, dan menyuruh Ben untuk menembus obat.
Keesokan harinya.
Alena membuka kedua matanya dengan perlahan, mencoba untuk duduk namun kembali berbaring karena tidak kuat menahan berat badannya sendiri.
"Jam berapa ini?" Alena menatap ke atas nakas, melihat jam yang sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. "Ya ampun, kenapa aku bisa—" Ia terdiam saat mengingat kembali kejadian tadi malam. Dimana Abian memperlakukan dirinya dengan kasar, dan berakhir dengan tidak sadarkan diri.
Alena yang masih merasakan tidak enak badan, menatap ke seluruh ruangan. Dan baru tersadar masih berada di dalam kamar Abian. Dengan penuh harap Alena mencari sosok pria itu, berharap Abian ada di dalam kamar. Namun harapannya sia-sia karena sosok tersebut tidak terlihat sama sekali.
"Memangnya apa yang kau harapkan Alena? Abian menjagamu semalaman, dan merasa khawatir?" gumamnya dengan tersenyum sinis. "Seharusnya kau itu bersyukur, Abian tidak menyeretmu keluar dari kamarnya dalam keadaan pingsan. Dan membantumu mengenakan pakaian." Karena tadi malam Alena ingat betul, pingsan dengan keadaan telanjang tanpa satu helai benang pun.
Di saat Alena termenung meratapi hidupnya, ia terkejut saat mendengar suara pintu yang diketuk dari luar.
"Nona, boleh aku masuk?"
Alena terdiam sesaat, mencoba bersandar di headboard sebelum memperbolehkan asisten rumah tangganya untuk masuk.
Ya, mereka memiliki asisten rumah tangga satu orang. Namun hanya datang di pagi hari dan pulang di sore hari. Tapi asisten rumah tangga itu hanya mengerjakan keperluan Abian, tidak untuk yang lainnya. Karena membereskan rumah dan lainnya dikerjakan oleh Alena.
Coba kalian bayangkan, seorang Alena Ricardo putri dari keluarga kaya dan terpandang. Berjibaku membersikan dan mengurus semua kebutuhannya sendiri. Sesuatu yang terbilang sangat luar biasa, mengingat wanita itu selalu di layani oleh pelayan dan tak pernah merasakan kesusahan sama sekali.
"Masuklah!"
Pelayan itu membuka pintu, berjalan masuk ke dalam kamar dengan membawa makanan dan obat yang tadi diperintahkan tuan Abian.