Fall In Love With You

Fall In Love With You

PROLOG

"Gue suka sama Lo."

Eila menatap Lelaki yang baru saja mengucapkan kalimat tersebut dengan wajah tidak percaya.

Hell, pasti Ia salah dengar, kan. Eila sadar kalau indera pendengarannya itu kadang-kadang eror.

"Lo.. Apa?"

"Gue suka sama Lo, Eila." Lelaki itu menekan tiap perkata dengan masih memasang wajah tanpa ekspresi.

"Tapi.. Gue, kan, nggak kenal Lo!"

Menghiraukan ekspresi shock Eila, Lelaki itu justru menyodorkan uluran tangannya. "Gue Max."

Eila hampir terjengkang mendengar itu. "Ya, Gue tau!" Siapa yang nggak kenal Cowok berandalan kayak Lo!! Lanjut Eila yang hanya tertahan di benaknya. "Maksud Gue, kita, kan, nggak dekat."

"Kalo gitu izinin Gue deketin Lo." Ucap Max serius.

Ini orang kena Virus apa deh? Mendadak bilang suka padahal sebelumnya tegur sapa saja tidak! Heran deh.

"Loh, tapi--"

"Stt.. Mulai detik ini."

Lelaki itu mengacak pelan rambut Eila lalu nyelonong pergi begitu saja.

"Hei!" Seru Eila kesal, sedangkan Max abai tanpa menoleh sedikit pun. "Wah.. Gila ya?!"

Mimpi apa ya Eila semalam. Bisa-bisanya orang seperti Max William, Berandalan sekaligus Kapten Futsal yang di puja-puja hampir semua kaum hawa di Zenith High School.

Bolos, mabuk-mabukan, merokok,  berkelahi. Sudah menjadi aktifitas yang tidak terelakkan bagi Max, bahkan buku hitam BK sudah penuh dengan namanya.

Tapi pihak Sekolah tidak bisa berbuat apapun karena Ayah Max adalah seorang penyumbang Donatur terbanyak.

Benar-benar mempunyai Privilege.

Dan, jelas! Eila benci hal itu. Hidupnya sangat-sangat sederhana, Ia bisa bersekolah di sini saja karena Beasiswa dan Eila begitu bersikeras mendapatkan nya.

Sedangkan orang-orang seperti Max, benar-benar tidak mensyukuri itu.

"Eila Pertiwi!"

Eila tersentak dari lamunannya. Menoleh kearah Gadis yang baru saja menyebutkan namanya dengan lengkap.

"Iya, kenapa, Nat?"

Natalie mendengus. "Lo yang kenapa? Dari tadi Gue panggilin, Lo malah asik ngelamun di depan Toilet."

Eila menghela nafas, baru sadar dirinya memang baru keluar dari Toilet dan langsung di hadang Lelaki Berandalan itu.

"Nggak papa kok, Nat."

Natalie menyipit curiga. "Lo nggak lagi di gangguin sama si Centil, kan?"

Si Centil yang dimaksud itu Empat Primadona Zenith High School. Via, Ara, Vanya, Frisia. Mereka termasuk golongan Privilege yang dimaksud.

Entah kenapa, mereka akhir-akhir ini suka sekali merundung Eila. Padahal Ia merasa tidak pernah menyinggung ke empat sekawanan itu.

Mereka biasanya akan menganggu siapapun yang mengalahkan kepopuleran mereka.

Masalahnya disini, Eila tidak populer sama sekali. Dia hanya Murid biasa yang mendapat beasiswa dan mengikuti seluruh kegiatan Sekolah agar beasiswa nya berlanjut ke jenjang perkuliahan.

Itu saja, wajahnya pun biasa-biasa saja. Tidak secantik dan seheboh mereka yang pandai menggunakan make up.

Lalu kenapa mereka menganggu nya?

Sudahlah, Eila tidak perduli.

"La, ngelamun lagi. Lo digangguin nggak sama si Centil?" Tanya Natalie, gemas.

Eila cengengesan. "Nggak kok, Nat."

"Terus, kenapa betah ngelamun?"

Eila menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, mencoba mencari alasan. "Gue cuman lagi kepikiran aja, mau daftar jadi Anggota OSIS, jadi apa enggak ya.." Ucapnya tidak sepenuhnya bohong.

"Oh, mikirin itu.." Natalie mengangguk mengerti, "Saran Gue, Lo daftarin diri aja. Bagus juga, kan, buat keberlangsungan beasiswa Lo."

Eila mengangguk. "Iya, Nat. Nanti Gue daftar kok."

"Ya udah, sekarang ke kantin yuk. Gue lapar.."

Eila mengangguk ragu. Jujur saja, uangnya hanya cukup untuk membeli minum. Tapi melihat ekspresi ceria Natalie saat mengajaknya membuat Eila sungkan menolak.

Sudahlah, Ia bisa beralasan Diet, kan...

Sesampainya mereka di Kantin. Suara ricuh terdengar, selalu seperti itu. Kantin mereka terbagi menjadi dua, Kantin Umum selalu ramai dan ricuh karena di sini semuanya terbilang murah.

Sedangkan Kantin Spesial menjadi langganan Siswa-siswi yang memiliki Privilege. Nilai higienis, dan praktis begitu di perhatikan disini. Itulah mengapa semua makanan yang ada harganya benar-benar membuat geleng.

"La, mau pesan apa?" Natalie bertanya, karena memang kali ini gilirannya antri dan memesan sedangkan Eila mencari tempat duduk.

"Um.. Jus Stroberi aja, Nat."

"Loh nggak pesan makan?" Natalie mengernyit heran.

Sesuai dugaannya, Natalie akan bertanya seperti itu.

"Gue lagi Diet. Hehe.." Eila nyengir kuda.

Natalie menatapnya gemas. "Tapi, Lo udah sekurus ini, mau sekurus apalagi si, La.."

Eila hanya tersenyum menanggapi. Uangnya benar-benar hanya cukup untuk membeli Minum dan Eila tidak mau jujur.

Natalie akan membelikannya seporsi khusus yang menjadi favoritnya tanpa sepengetahuan Eila, hingga membuatnya benar-benar merasa tak enak hati.

"Udah sana pesan. Tuh liat, Bu Ifti antriannya makin panjang nanti." Celetuk Eila, menunjuk salah satu Kedai yang menjadi langganan Eila dan Natalie.

"Oh iya! Ck, Gue nggak boleh kehabisan. Ya udah Gue antri dulu."

Eila mengangguk, membiarkan Natalie tergopoh-gopoh menuju antrian sedangkan dirinya mengedarkan pandangan mencari tempat duduk yang masih kosong.

Setelah menemukan meja yang kosong meski terletak di sudut Eila tetap bergerak menuju ke meja tersebut.

Eila menarik kursi, duduk dengan tangan terlipat di meja. Eila menelungkup kan wajahnya ke lipatan tangan.

Huft.. Perutnya terasa sakit, pasti asam lambungnya naik.

Gadis itu begitu tenggelam menikmati rasa sakit yang dirasakan perutnya. Hingga keributan semakin pelik, Eila yang kesal merasa telinganya mulai panas kembali mengangkat wajah.

Apa sih yang diributkan.

Eila mengernyit saat beberapa gerombolan memecah jalan, suasana kantin sudah sangat ricuh sekali, antriannya dibiarkan kosong karenanya.

Mereka lebih tertarik memperhatikan orang-orang yang baru memasuki Kantin.

Ini mata Eila tidak salah, kan. Ada apa anak-anak Berandalan yang mengagung-agungkan nama Orang Tuanya itu muncul di Kantin Umum.

Apa mereka mabuk?

Eila menatap tidak tertarik. Berbeda dengan hampir seisi Kantin yang dibuat mimisan karena ketampanan mereka.

"Marco! Cool banget sih.."

"Gila!! Mimpi apa ketemu Eric di Kantin Umum."

"Javier, I love you!"

"Cakep-cakep parah sih!"

"Max bikin Gue nggak bisa fokus!"

"Max, 08- berapa?!

Alis Eila menukik, mendengus geli mendengar seru-seruan keras yang memekakkan telinga itu.

"Lebay banget." Gumamnya.

Tapi heran juga sih, mereka datang ke sini. Tidak takut sakit perut kah?

Eila mendengus, di matanya anak-anak Privilege seperti mereka memang buruk. Eila benci sekali dengan rasa sombongnya itu, padahal itu hanya kekuasaan yang dimiliki orang tua mereka.

"Ikut Gue." Eila tersentak, menengadahkan wajahnya menatap Lelaki yang berbicara padanya itu.

Max berdiri di depan mejanya dengan ekspresi datar.

"Hah?"

"Ikut Gue, Eila.."

Eila melirik sekitarnya, mereka berdua tengah menjadi pusat perhatian dan hal itu jelas membuat Eila tidak nyaman.

Karena Eila yang hanya diam membuat Max berinisiatif untuk menarik tangannya di saksikan beberapa pasang mata.

Bahkan beberapa teman Max sudah bersiul menggoda mereka.

Seperti Drama telenovela saja!

Eila menyentak tangannya hingga lepas. Gadis itu menatap Max tajam. "Gue nggak mau!"

Max terdiam beberapa saat, Lelaki itu menghela nafas tanpa kata Ia menarik kursi untuk duduk tepat di hadapan Eila.

"Ric, pesan dua porsi Nasi Goreng di Kedai Bu Ifti jangan pakai acar sama tomat. Di kasih sambal sama timun. Minumnya Jus Stroberi."

Eila membulatkan matanya tidak percaya menatap Max yang barusan menerangkan pesanan khususnya pada Eric, salah satu cecunguk- ah maksudnya teman Max.

Kenapa begitu sama persis? Oh, mungkin memang kebetulan saja selera makan mereka sama.

"Ok, Boss! Lima menit." Eric berlalu pergi.

Eila menatap Max dan teman-temannya itu yang sudah menempati meja nya. "Kalian bisa cari meja lain?"

"Nggak bisa, Max pengennya di sini." Sahut Marco santai melirik Max yang tidak mengalihkan tatapannya pada Eila.

Eila berdecak. Bangkit dari duduknya, Ia sangat muak duduk bersama mereka. Sudah seperti menjadi Aktris saja, di perhatikan, di potret sana-sini.

Namun sebelum itu, Max sudah lebih dulu menggenggam tangannya dan membuatnya duduk kembali.

"Di sini aja."

Eila menarik diri. "Apa hak Lo?"

Max justru mengacak rambutnya. "Sebagai Calon Pacar tentu Gue berhak."

Eila melirik sinis. "Apa-apaan! Mimpi."

Mereka yang ada di meja nampak tegang, melirik Max takut-takut. Khawatirnya Lelaki dengan kesabaran setipis tisu itu melayangkan pukulan pada Eila.

Tapi yang dilihat mereka benar-benar jauh dari ekspetasi. Max justru lagi, lagi mengusak rambut Gadis itu seolah gemas.

Eila yang semakin kesal bergerak menjauhi posisi Lelaki itu membuatnya semakin berdekatan dengan Javier.

Melihat itu Max memandangnya tajam seolah Javier adalah ancaman.

Javier yang menyadari itu beranjak tiba-tiba. "G-gue cabut ya!"

"Kemana Lo?"

Javier menjawabnya berbisik. "Kemana aja, asal jauh dari Buaya yang insyaf lagi cemburu."

Dan setelah itu, Max dengan wajah lempeng menggantikan posisi Javier bahkan lebih merapat pada Eila.

"Ngapain dekat-dekat!" Eila melotot kesal.

Max mengangkat alis dengan eskpresi santai. "Kenapa? Ini Kantin Umum, kan. Bebas, dong."

Eila mendengus. Lelaki ini benar-benar tidak bisa didebat. Ingin menepi menjauhi juga tidak bisa karena dirinya benar-benar berada di pinggir saat ini.

Eila kembali diam dengan wajah bad mood nya. Ini lagi Natalie kemana?

Penasaran kenapa Gadis itu tidak balik-balik. Eila menengadah mencoba mencari-cari keberadaan Natalie di Kedai Bu Ifti yang mulai lenggang itu.

Tanpa menyadari kalau di sebelahnya Max sudah menopang dagu menatap intens wajahnya.

Benar-benar membuat Marco geleng kepala. Mereka merasa aneh dengan pendekatan Max yang terbilang ekstrim ini.

Ya, wajar saja. Max belum pernah mendekati Gadis duluan, biasanya mereka yang akan dengan suka rela menyerahkan diri.

Tapi kali ini berbeda. Max mengaku kalau dirinya jatuh cinta pertama kali dengan Gadis bernama lengkap Eila Pertiwi.

Gadis yang benar-benar sederhana namun menarik secara bersamaan. Max juga rela mencari tahu segala yang disukai atau dibenci oleh Eila.

Benar, ini gejala Bucin akut.

Tapi ya sudahlah. Asal Max senang saja.

Lima menit sesuai yang dijanjikan. Eric kembali dengan Natalie juga, Gadis itu nampak kebingungan mendapati mereka.

"Loh, ngapain disini?" Tanya Natalie yang bingung.

"Sepupu Lo lagi Modus." Sahut Marco membuat Natalie terbengong.

"Sepupu?" Eila mengernyit.

Natalie yang berniat menjawab, lebih dulu Max sela. "Iya, Gue Sepupunya Nat."

Eila hampir menjatuhkan rahangnya. The Hell! Yang benar saja, Sepupu? Satu tahun berteman dengan Natalie dia baru tau kalau Gadis itu Sepupu Max.

Natalie menggaruk pipinya salah tingkah. "S-sorry, La. Baru kasih tau, soalnya nggak penting-penting banget si. Oh ya, tenang. Rahasia Lo aman!"

Max melirik. "Rahasia apa?"

"Kepo!"

"Udah, udah. Nih makan, kawan-kawan." Eric menengahi Max yang masih ingin memaksa Natalie buka mulut.

Lelaki itu meletakkan semua makanan yang sudah di pesannya ke meja.

Max menatap Marco sekilas, seolah memberi kode. Marco yang mengerti pun membawa pesanan mereka lalu menarik Eric dan Natalie memisahkan diri.

"Loh, hei. Mau bawa Gue kemana Lo?" Protes Natalie.

Eila juga bersiap berdiri mengikutinya tapi Max dengan sigap menariknya untuk kembali duduk. "Nat, aman sama mereka. Lo di sini aja."

Eila menatap nya kesal, berniat protes tapi dengan seenaknya Max menyuapkan sesendok nasi goreng yang dipesan Eric tadi.

"Makan, jangan ngomel."

Dengan pipi menggembung penuh nasi goreng, Eila menatap Max penuh dendam.

"Enak?"

Tak urung, Eila mengangguk membuat Max tidak bisa menahan diri untuk kembali mengacak rambutnya.

Suka sekali menyentuh kepala! Dasar tidak sopan, annoying, seenaknya sendiri, pemaksa.

Lengkap sudah umpatan yang bercokol dalam hati Eila, sedangkan yang ditatap lamat-lamat justru mencoba menahan senyum.

Salah tingkah.

Terpopuler

Comments

Dewi Payang

Dewi Payang

Astaga🤭

2024-10-04

0

Mindarsih 19

Mindarsih 19

ya allah beneran aku baca prolog nya aja udh senyum senyum sendiri 🤭 semoga bab selanjutnya lebih seru lagi☺️

2024-09-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!