Hanaya, wanita cantik yang harus rela menjual tubuhnya dengan pria yang sangat ia benci. Pria yang telah melukai hatinya dengan kata-kata yang tak pantas Hana dengarkan.
Mampukah Hana hidup setelah apa yang terjadi padanya?
Atau bagaimana kah nasib pria yang telah menghina Hana saat tahu kebenaran tentang Hana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon momian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Hana mondar mandir, memikirkan bagaimana caranya agar pagi ini ia bisa berhasil keluar dari rumah tanpa sepengetahuan Elang. Namun sayang, Hana belum dapat menemukan ide, karena tidak seluruh bagunan megah mension Elang di tutupi oleh pagar dinding yang menjulang tinggi.
"Bagaimana bisa." Gumam Hana, sambil menggigit kuku ibu jarinya.
Sementara di tempat lain, di balik layar Elang terus menyunggingkan senyu tipisnya, melihat Hana yang terus berfikir namun belum mendapatkan ide.
"Tuan, tapi nona Hana.."
"Jangan banyak bicara." Potong Elang.
Ya, Elang sudah mendengar semua penjelasan dari Roy, bahwa pada hari itu Roy mengajak Hana, dengan bernegosiasi jika pagi sampai sore Hana boleh keluar menjenguk ayahnya sampai ayah Hana bisa sembuh dan keluar dari rumah sakit. Namun Elang tetap tidak menggubris dan tetap pada pendiriannya. Mengurung Hana di mension miliknya.
"Lihatlah apa yang akan kau lakukan selanjutnya" Ucap Elang lalu kemudian tertawa sambil memperhatikan layar ponselnya. "Hahah, kau memang sangat lucu, kau memang pantas aku jadikan mainanku." Kata Elang.
Roy yang penasaran dengan apa yang tuannya lihat di balik layar, hingga Roy mendekat dan juga melihat layar ponsel tuannya dari arah belakang Elang.
"Lucu bukan?" Ucap Elang.
"Iya tuan" jawab Roy, sambil tersenyum melihat tingkah Hana.
••••••
"Hana kamu dimana?" Tanya Widia dan terus mencoba menghubungi Hana, namun hasilnya tetap nihil. Hana sama sekali tidak menjawab panggilan darinya.
"Dimana Hana?" Tanya Kana, dengan suara lembutnya.
"Masih bekerja." Bohong Widia, toh Widia tidak tahu harus menjawab apa, karena tidak ingin membuat Kana merasa terbebani.
Kana kembali terdiam, sambil memandang wajah sang ayah yang tertidur dengan sangat pulas.
Lalu Widia menghampiri Kana. Dan bertanya,
"Kak, apa kau mengenal pria kemarin?"
Kana terdiam,
"Pria yang menunggu Hana di luar pintu." Ucap Widia kembali.
Pikiran Kana berkelana, mengingat sosok pria yang sempat bertatapan dengan dirinya.
"Kak, mungkin kau mengenalnya?"
Kana menggelengkan kepala, karena mengigat jika sama sekali tidak mengenali sosok pria yang di maksud oleh Widia.
'Huufff' Widia menghembuskan nafasnya dengan kasar. Dalam hati widia berkata, 'pasti pria itu ada hubungannya dengan Hana.'
"Kak, aku tinggal sebentar. Ada yang harus aku urus." Pamit Widia dan berlalu meninggalkan Kana, dan juga ayah Kana.
Selang beberapa saat kemudian. Widia telah sampai tepat di depan rumah Elang, rumah yang pagarnya tertutup dengan rapat. Dan sialnya lagi, Widia tidak di perbolehkan masuk kedalam.
"Sial! Aku yakin Hana ada di dalam rumah itu." Gumam Widia, sambil terus menatap ke dalam rumah melalui gerbang besi yang menjulang tinggi.
"Hana....." Teriak Widia sekencang-kencangnya. "Hana, jika kau ada di dalam tolong lemparlah batu keluar, biar aku tahu keberadaan mu."
Namun tidak ada jawaban sama sekali dari dalam. Hingga membuat Widia merasa lemas, dan yakin jika Hana tidak ada di dalam sana. Widia memutuskan untuk pergi, namun setelah beberapa langkah sebuah batu melayang hingga hampir mengenai tubuhnya.
"Hana.." Teriak Widia lalu menghampiri dinding, "Hana, kamu di dalam?"
"Aku di sini. Aku baik-baik saja. Titi ayah dan kak Kana." Teriak Hana, dari dalam sana.
"Apa yang terjadi?"
"Akan aku ceritakan jika aku bisa keluar."
"Kenapa tidak menjawab panggilanku? Dan tidak membalas pesanku?"
"Ponselku di sita, jadi tidak dapat menjawab dan membalas pesanmu. Lebih baik kau pulang saja."
"Lepaskan!" Teriak Hana, karena dua pengawal datang menghampiri dan masing-masing memengang tangan Hana.
"Hana, kau baik-baik saja?"
"Aku baik-baik saja. Jaga ayah dan kak Kana, jika mereka bertanya aku dimana, katakan saja jika aku sedang bekerja."
"Jika kalian macam-macam dengan Hana, dan jika sampai aku melihat tubuh Hana lecet sedikit pun, maka kalian akan aku bunuh." Ancam Widia di luar sana.
Hana hanya bisa tersenyum mendengar ancamam sang sahabat, yang selalu saja ingin melindungi dirinya..