"Brakk" dengan kasar Delia mendorong pintu kamar itu hingga terbuka lebar.
"Wow.. ini namanya makan ketupat pakai opor, pengkhianat bertemu pelakor. Pengkhianat memang cocok dengan pelakor,"
"Tahu apa kamu? Talitha adalah istriku. Aku sudah menikahi dia secara agama sebelum aku menikah sama kamu hari ini," ucap Zico membuat Delia membulatkan matanya.
Zico berniat menikahi Talitha, gadis yang pernah menyelamatkan nyawanya. Namun Delia mengadukan tentang keburukan Talitha, pada orang tua Zico, hingga Zico dipaksa menikah dengan Delia yang sudah sejak SMA tinggal bersama orang tuanya karena tak lagi memiliki keluarga.
Zico berusaha membuat Delia menyerah menjadi istrinya. Ia tidak memperlakukan Delia selayaknya seorang istri.
Akankah Delia bertahan dengan Zico? Apakah Zico akan tetap menyukai Talitha yang pernah menyelamatkan nyawanya?
Yuk, ikuti ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Posisi Terbalik
Zico terkejut saat mendengar pertanyaan Ingrid, "Bagaimana kalau Delia menceritakan tentang kejadian semalam?" batin Zico jadi khawatir mengingat semalam dirinya meninggalkan Delia di kamar pengantin sendirian untuk menemani Talitha. Namun Zico berusaha untuk menampilkan ekspresi wajah tenang.
Marcell juga nampak terkejut mendengar pertanyaan Ingrid pada Delia. Dirinya terlalu terbawa emosi, hingga lupa kalau ada Delia bersama mereka. Dan baru ingat kalau mereka belum memberitahu Delia tentang Zico yang telah menikahi Talitha secara siri. Dirinya dan istrinya memohon-mohon pada Delia untuk menikah dengan Zico, namun setelah Delia menikah dengan Zico, malah diduakan Zico.
"Sudah, ma," sahut Delia tersenyum tipis yang nampak dipaksakan.
"Bagaimana... bagaimana kamu tahu?" tanya Ingrid benar-benar merasa tak enak hati.
"Kak Zico jujur pada aku semalam dan meminta maaf padaku karena tidak tahu kalau papa sudah mendaftarkan pernikahan kami di catatan sipil sebelum dia menikah dengan perempuan itu. Iya, 'kan, Kak?" tanya Delia dengan wajah tersenyum menatap Zico, tapi di sisi lain ia menginjak jari kaki Zico dengan sekuat tenaga untuk melampiaskan rasa kesalnya mengingat kejadian semalam dan tadi.
"I..iya," sahut Zico, "shitt! Berani-beraninya gadis ini!" geram Zico dalam hati berusaha terlihat biasa saja meskipun jari kakinya terasa sakit karena diinjak oleh Delia.
Bahkan Delia sengaja menekan serta menggoyang tumitnya ke kanan dan kiri saat menginjak kaki Zico agar jemari kaki Zico semakin sakit.
Meskipun mereka sama-sama memakai sandal selop rumahan, tetap saja Zico merasa sakit diinjak Delia seperti saat ini.
"Del, maaf, papa dan mama tidak memberitahu soal ini sama kamu. Zico menikahi perempuan itu secara diam-diam. Jika papa tahu Zico mau menikahi wanita itu, papa pasti menggagalkannya. Tapi, kamu jangan khawatir. Hanya kamu yang papa dan mama akui sebagai menantu. Kamu adalah istri Zico yang sah di mata hukum dan agama," ucap Marcell tak enak hati, sekaligus menyatakan dukungannya pada Delia.
"Iya, pa. Nggak apa-apa," sahut Delia kembali tersenyum tipis.
"Terima kasih, atas pengertian kamu. Apapun yang terjadi, papa harap kamu jangan pernah mau memberikan surat izin menikah lagi pada Zico,. Papa dan mama tidak mau memiliki menantu seperti wanita itu," pinta Marcell bersungguh- sungguh.
"Iya, pa. Tenang saja, aku tidak akan pernah mengizinkannya," sahut Delia.
"Jika Zico berbuat kasar sama kamu, katakan saja pada kami," pinta Ingrid.
"Iya, ma," sahut Delia merasa menang karena mendapatkan dukungan penuh dari kedua mertuanya.
"Papa sudah mengatakan pada Zico, bahwa papa akan mencabut semua fasilitas yang papa berikan pada Zico, kalau dia berani menceraikan kamu demi menjadikan wanita itu istri sahnya. Papa ingin lihat, apa wanita itu akan tetap bertahan jika Zico menjadi gembel," ucap Marcell menatap tajam pada Zico.
"Ohh..begitu rupanya? Pantas saja Kak Zico tidak mau menceraikan aku, tak mau pulang tanpa aku dan takut aku mengadukan hal buruk tentangnya pada kedua orang tuanya. Jadi.. ini alasannya?" batin Delia yang sekarang tahu kelemahan Zico.
"Shitt! Sebenarnya siapa yang anak papa dan mama? Kenapa mereka malah membela dan melindungi Delia? Sekarang aku merasa posisi kami malah terbalik. Dia diperlakukan seperti anak kandung dan aku diperlakukan seperti menantu," gerutu Zico dalam hati.
Beberapa menit kemudian, mereka telah selesai makan siang. Marcell mengajak Zico ke ruangan kerjanya, sedangkan Delia kembali ke kamar untuk melanjutkan pekerjaannya. Satu jam kemudian Delia telah menyelesaikan pekerjaannya.
"Akhirnya selesai juga. Aku harus pergi untuk membeli ponsel baru dan terpaksa harus keluar rumah," gumam Delia kemudian mengambil sling bag dan dompetnya.
Delia turun dari tangga bertepatan dengan Ingrid yang hendak lewat di depan tangga.
"Kamu mau ke mana, Del?" tanya Ingrid karena melihat Delia membawa sling bag.
Mendapatkan pertanyaan dari mama mertuanya, Delia pun tersenyum lembut, lalu menjawab, "Aku mau keluar sebentar, ma. Mau beli ponsel. Ponsel aku jatuh dan nggak bisa dipakai lagi. Jadi terpaksa harus beli yang baru."
"Kenapa nggak minta di antar sama Zico?" tanya Ingrid.
"Nggak usah, ma. Kak Zico, 'kan, ada kerjaan sama papa," sahut Delia yang sebenarnya malas jika harus pergi bersama Zico.
"Itu Zico sama papa kamu. Sepertinya mereka udah selesai dengan pekerjaan mereka," ujar Ingrid yang melihat Zico keluar dari ruangan kerja bersama suaminya.
"Ada apa, Sayang?" tanya Marcell melihat Ingrid menatap ke arah dirinya dan Zico.
"Ini, Delia mau pergi beli ponsel, karena ponselnya rusak. Mama bilang biar di antar sama Zico saja," sahut Ingrid.
"Antar istri kamu sana, Zic!" titah Marcell.
"Counter ponsel nggak jauh dari sini, pa. Aku rasa nggak perlu di antar," sahut Zico malas.
"Benar kata Kak Zico, Om,eh, pa. Aku bisa pergi sendiri kok," sahut Delia tak ingin Zico menggerutu karena harus mengantar dirinya.
"Nggak bisa gitu, Del. Kamu sudah menikah dan kamu adalah tanggung jawab suami kamu. Kalau kamu mau bepergian, sudah sewajarnya kalau Zico mengantar kamu," sahut Ingrid.
"Zico, antar istrimu dan belikan ponsel yang bagus," ucap Marcell penuh penekanan terdengar tak ingin di bantah.
"Sebentar, aku ambil kunci mobil dulu," sahut Zico menghela napas panjang. Zico memilih mengantarkan Delia dari pada dimarahi kedua orang tuanya.
Tak lama kemudian Zico sudah kembali dengan kunci mobilnya. Delia pun berpamitan pada kedua mertuanya, lalu ia dan Zico melangkah keluar rumah.
"Kamu yakin bisa terus menjauhkan Zico dari Talitha, Yang?" tanya Ingrid menatap suaminya.
"Selama ini bisa. Kita hanya bisa berusaha menjauhkan mereka, Tuhan lah yang menentukan, apa mereka akan tetap bersama atau tidak," sahut Marcell menghela napas panjang.
Sedangkan Zico dan Delia baru saja masuk ke dalam mobil. Delia pun segera memakai sabuk pengaman.
"Kamu sengaja, 'kan, bilang sama mama mau pergi beli ponsel, biar aku mengantarkan kamu?" tuduh Zico.
Delia membuang napas kasar, kemudian melepaskan kembali sabuk pengaman yang baru saja dipakainya.
"Mau kemana kamu?" tanya Zico menahan tangan Delia saat Delia hendak membuka pintu mobil.
"Aku malas berdebat dengan kakak. Jadi, lebih baik aku pergi sendiri untuk membeli ponsel. Lepaskan tanganku!" ucap Delia malas.
"Jangan sok-sokan! Kamu memang ingin di antar olehku, 'kan?" lagi-lagi Zico menuduh Delia.
"Aku benar-benar muak dengan sikap kakak. Lepaskan tanganku! Aku mau pergi sendiri!" ketus Delia kesal.
"Kamu ingin aku dimarahi oleh orang tuaku karena tidak mengantarkan kamu?" ketus Zico.
"Kalau kakak nggak mau dimarahi orang tua kakak, maka antar aku tanpa mengatakan apapun. Kalau tidak, aku benar-benar akan turun dari mobil ini dan mengatakan pada orang tua kakak, kalau kakak nggak mau mengantarkan aku," ucap Delia menahan rasa kesalnya pada Zico.
Zico hanya bisa berdecak kesal mendengar perkataan Delia. Dengan hati dongkol, Zico melajukan mobilnya menuju counter handphone terbesar di kota itu.
Delia duduk menyamping menghadap kaca mobil, enggan menatap Zico yang hanya membuat dirinya merasa kesal.
Beberapa menit kemudian, mereka pun tiba di mall terbesar di kota itu. Zico membawa Delia ke salah satu counter terbesar di mall itu yang menjual berbagai merek ponsel dan juga berbagai macam aksesorisnya.
"Tolong ponsel keluaran terbaru yang paling bagus," ucap Zico pada penjaga counter.
"Baik, mohon tunggu sebentar," ucap penjaga counter ramah, hendak mengambil beberapa ponsel keluaran terbaru.
"Yang ini, saja, kak," ucap Delia menunjuk pada ponsel seharga dua jutaan.
"Jangan dengarkan dia. Ambilkan saja keluaran terbaru yang paling mahal," ucap Zico datar.
"Baik," sahut sang penjaga counter.
"Kamu ingin aku dimarahi papa karena membelikan kamu ponsel murahan?" tanya Zico dengan suara pelan dan tatapan tajam pada Delia.
...🌸❤️🌸...
To be continued
penampilkan delia ini mirip tokoh betylafea g sih q gmbranya itu kawat gigi poni depan
Good job thor..