Menikahi laki laki kaya raya, ceo dan sangat tampan berkharisma bukanlah impian Retana Utami, seorang dokter internship.
Davendra Arkatama anma laki laki itu. Dia merasa dikhianati setelah melihat perempuan yang dua minggu dia nikahi, tidur dengan laki laki lain.
Lima tahun kemudian mereka bertemu. Davendra yang sudah punya calon pendampung tidak tau kalo ada anak diantara mereka
semoga suka ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Klarifikasi buket bunga
Kembali hari ini Retania mendapatkan buket bunga mawar merah yang sama seperti kemarin. Hanya saja didesain agak berbeda dan bukan saat pulang kerja. Tapi di pagi hari, saat dia akan memulai aktivitasnya.
Apesnya Elza dab Zulfa juga ada saat sang satpam.mengantarkan bunga itu padanya.
"Bu dokter--." Sang Satpam mengulurkan bunganya dan masih akan mengatakan hal yang lebih banyak.
"Terimakasih, pak," potong Retania cepat sebelum pak satpam berbicara lebih panjang lagi.
Retania belum siap jika kedua temannya tau siapa sesungguhnya pengirim bunga mawar itu. Dia takut nanti malah tersebar berita yang enggak enggak, kalo dialah yang menggoda pemilik buket bunga ini demi meluluskan program internshipnya.
Entah mengapa Retania jadi separanoid ini.
"Sama sama bu dokter." Setelah mengangguk hormat, satpam itu pun berbalik beranjak pergi.
"Saya ngga dikasih, pak satpam?" goda Elza centil.
Satpamnya ganteng juga. Masih muda lagi, batinnya menilai.
Si satpam hanya tersenyum tipis sebelum meninggalkan ruangan ketiganya. Dalam hati merasa aneh dengan panggilan yang diberikan untuknya.
Satpam? Tawanya dalam hati.
"Gaji satpam gede, ya, Ret. Dua kali kamu dikasih buket bunga secantik ini. Ini, kan, mahal banget," analisa Elsa dengan raut kepengennya yang sangat jelas. Tangannya mengusap pelan kelopak mawar yang indah itu dengan mata penuh binar.
"Dua kali?" Alis Zulfa mengernyit Baru tau dia.
Kenapa dia belum pernah sekalipun mendapat buket seperti ini?
Dia ngga matre, setangkai aja udah cukup, batinnya mengomel.
"Iya. Kemarin sore sama pagi ini." Elza yang menjawab.
"Serius itu dari satpam?" Zulfa ngga yakin.
"Aku baru sadar, seragamnya beda dengan seragam satpam rumah sakit ini." Kembali Elza menyahut. Tatapnya kini terarah pada Retania.yang sedang mengenakan jas dokternya.
"Seragamnya malah seperti seragan pengawal orang kaya," cecar Zulfa curiga.
Retania masih ngga niat untuk menjawab. Dia cuek saja dan merapikan perlengkapan alat alat kesehatannya.
"Retaaaa......," rengek.Elza yang merasa ngga dianggap.
Retania hanya tersenyum ringan.
"Kenalin sama temannya, ya. Aku juga mau kalo satpamnya muda, tampan dan tajir begini," rengeknya lagi.
Zulfa malah berdecak.
"Keinginan yang terlalu tinggi malah sulit berhasil," ejeknya sambil merapikan jas dokternya. Tapi dalam kepalanya berusaha mengingat, apa dia pernah melihat seragam pengawal tadi.
Retania tertawa mendengarnya, sedangkan Elza merengutkan wajahnya.
"Kamu teman yang ngga pernah mendukung segala niat baik temannya," kecamnya yang hanya dianggap.angin lalu oleh Zulfa.
"Reta, udah siap?" Lingga masuk tiba tiba ke ruangan tiga dokter perempuan yang sedang berdebat itu.
Matanya melirik buket mawar yang ada di meja Retania.
"Lingga, kamu punya saingan," cuit Elza yang sempat melihat lirikan Lingga.
'Mending Lingga kemana mana dibanding satpam," tambahnya lagi.
Zulfa dan Retania hanya menggeleng gelengkan kepalanya saja.
"Satpam?" cetus Lingga dengan kerutan di keningnya.
"Jangan dipikirkan," tepis Retania sambil melangkah mendekati Lingga.
Mereka akan mengecek kesehatan beberapa pasien. Termasuk si pengirim bunga aneh yang mungkin sekarang sedang sakit mata.
Karena penasaran, tadi malam Retania sudah melakukan googling, apa pekerjaan anak pemilik rumah sakit ini.
Ternyata dia seorang bos besar dan dikelilingi banyak perempuan cantik dan modis
Betul kata Zulfa, dia hanyalah remahan rengginang.
Ngga ada pakaian, tas, sepatunya yang bermerk dengan harga minimal dua digit.
Eman eman.
Walaupun Retania juga menyukai produk yang dijual di mall mall, tapi otaknya masih sinkron dengan fungsi barang barang yang dia beli.
Punya dompet ratusan juta buat apa kalo isi dompet hanya puluhan ribu.
Mana mau nasi padang langganannya dibayar pake dompet yang katanya limitted edition.
"Salam ya, Retasa, buat si tampan no limit itu," seru Elza ketika temannya sudah berjalan pergi dengan Lingga.
"Ya." Biar ngga tambah diperpanjang lagi kalo menolak permintaan si cerewet itu.
"Emang berani ngomongnya?" ledek Lingga.
Retania melirik sinis.
Tumben jadi sok cool.
Lingga tersenyum melihat kejudesan Retania.
"Udah ada pengagum spesial?" ledeknya lagi. Retania dan dia, juga Elza dan Zulfa, mereka dulu satu kampus. Tapi ngga terlalu saling mengenal. Internship yang sudah mereka jalani beberapa bulan lalu membuat mereka jadi cukup akrab.
"Orang iseng."
"Masa?" ledek Lingga lagi dengan ekspresi ngga percaya.
Buket sebagus itu?
"Iyaa...."
Lingga melebarkan lagi senyumnya membuat beberapa perawat melihat ke arahnya.
Lingga memang tampan. Dia salah satu favorit tim medis. Kalo di mata pasien, Retania ngga tau.
Kembali mereka memasuki kamar super eksklusif si pengirim bunga yang asli.
Jantung Retania berdebar sangat kencang. Entah mengapa dia sangat gugup. Padahal dia sudah memperingatkan hatinya jangan baper. Tetap saja saat makin mendekat ke kamar laki laki yang paling diinginkan kaum hawa itu, dia ngga bisa menstabilkan ritme debaran jantungnya.
Sengaja Retania lebih memfokuskan tatapannya pada istri pemilik rumah sakit dari pada anaknya saat memasuki ruangan mewah ini. Perempuan muda yang sepertinya digadangkan akan jadi calon istrinya juga ada di sana.
Padahal keduanya sangat pantas, selain setara, mereka pasti akan menghasilkan bocil bocil yang sangat berkualitas. Bibit, bebet dan bobot yang pasti sudah sudah teruji.
Seperti biasa Lingga melakukan tugasnya, dan dia hanya mencatat saja hasil yang didapatkan Lingga.
"Suka bunganya?" tanya Devandra terang terangan, membuat ketiga mahluk kasat mata yang ada di sana menatap Renata penuh seliidik.
Dia suka melihat reaksi kaget dokter yang sejak masuk tadi ngga pernah mau menatapnya.
Lingga pun sampai bengong.
Buket bunga itu dari dia? Bukan dari satpam? Tadi Lingga sempat mendengar percakapan Renata dan kedua temannya sebelum masuk ke ruangan mereka.
"Buket bunga apa?" tanya istri pemilik rumah sakit membuat lutut Retania lemas.
"Kamu ngasih dia buket bunga? Kok, ke aku ngga?" protes Anya Josephine dengan tatapan kesalnya pada dokter muda yang sedang mencatat hasil cek kesehatan calon suaminya.
Retania menunduk dalam. Bingung harus menjawab apa. Lagi pula kenapa laki laki ini iseng banget menanyakan apakah dia suka sama bunganya.
Ya sukalah, batin Retania sewot.
"Dokter Retania Utami, apa anak saya mengirimkan buket bunga untuk anda?" istri pemilik rumah sakit-Nyonya Ivi Oktavia menatapnya tajam.
"Emm... Iya, Nyonya. Hanya ucapan terimakasih," sahut Retania menjelaskan sekaligus menyangkal prasangka di benak semua orang yang ada.di sana.
Lingga masih menatap wajah Retania yang tampak gugup dengan sorot tak terbaca.
"Ucapan terimakasih? Pengawalku bilang begitu?" todong Davenda Arkatama dengan senyum miring di wajahnya.
Dia suka dengan reaksi ngga suka mami dan perempuan yang ingin banget jadi istrinya.
Juga reaksi gugup dan takut dokter muda ini.
Mungkin otaknya yang harus digips, bukan kakinya.
"Ya," jawab Retania cepat.
Ini menyangkut karir dokternya.
"Aku ngga pernah bilang begitu sama dia. Bentar, aku telpon orangnya dulu. Sembarangan aja ngomongnya," sahutnya sambil mengutak atik ponselnya.
Retania hampir saja berteriak untuk melarang dan merebut ponsel laki laki asem itu untuk dibuang jauh jauh.
Kenapa, sih, harus dibuktikan?
Lingga dapat melihat kepanikan di wajah Retania.
Dia menatap tajam tanpa sungkan pada anak pemilik rumah sakit yang terlihat sangat suka mempermainkan ketakutan Retania.
Sementara Nyonya Ivy Oktaria dan Anya Josephine menatap Retania dengan angkuh dan meremehkan.
Om Ocong vs Mbak Kunti ngasih iklan
mana Devan blom minta maaf dg benar sekarang dtng lagi ulat bulu...
padahal Lingga dan keluarga menerima Reta
Reta dan Alma hrs hati2 mama Deva itu jahat
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
dasar nenek lampir /Angry//Angry//Angry/
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan