Ava Serenity Williams, putri bungsu Axton Brave Williams, jatuh cinta pada seorang pria bernama Ryan Dome. Ia mencintainya sejak berada di bangku sekolah. Ava bahkan rela menjadi seseorang yang bukan dirinya karena Ryan seakan menuntut bahwa yang akan menjadi kekasih dan istrinya nanti adalah seorang wanita sempurna. Ryan Dome, putra Freddy Dome, salah satu rekan bisnis Axton Williams. Freddy berencana menjodohkan Ryan dengan Ava, hingga menjadikan Ava sebagai sekretaris putranya sendiri. Namun, siapa yang menyangka jika Ryan terus memperlakukan Ava layaknya seorang sekretaris, bahkan pembantunya. Ia menganggap Ava tak pantas untuk dirinya. Ryan bahkan memiliki kekasih saat dirinya dalam status tunangan dengan Ava. Hingga akhirnya Ava memilih mundur dari kehidupan Ryan. Ia mencari ketenangan dan jati dirinya yang hilang, hingga akhirnya ia bisa jatuh cinta sekali lagi. Apakah cinta itu untuk Ryan yang berharap Ava kembali? Ataukah ada pria lain yang siap mencintai Ava drngan tulus?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MASALAH PRIBADI
“Mar!” Ryan menekan sebuah tombol yang langsung tersambung dengan ruangan Mario, “cepat ke ruanganku!”
Namun hingga lima belas menit berlalu, tak nampak sosok Mario yang masuk ke dalam ruang kerja Ryan. Pada akhirnya Ryan menghela nafasnya lalu menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya. Ia baru teringat kalau ia sudah memecat Mario.
“Arghhh!!! Mengesalkan sekali!” Ryan belum sempat mencari pengganti Mario, bahkan ia juga tidak memiliki seorang sekretaris.
“Lihat saja nanti, aku yakin ia akan datang kembali ke sini untuk meminta pekerjaan dariku,” lanjut Ryan begitu percaya diri.
Waktu kembali berjalan dan tiba tiba saja ia menjadi kesal karena ada yang tak ia mengerti. Pekerjaannya pun menjadi tertunda yang itu artinya akan semakin bertumpuk setiap hari nya.
“Mario siallann!!” umpat Ryan kesal.
Ingin sekali ia membuang semua dokumen itu ke lantai. Namun ketika teringat kembali bahwa nanti tak akan ada yang membereskannya seperti semula, maka tangannya langsung berhenti.
“Aku akan mendapatkan seseorang yang lebih segala galanya darimu, Mar. Dan ketika nanti kamu datang kembali untuk meminta pekerjaan, aku pastikan kamu tak akan mendapatkan apa apa,” gerutu Ryan yang kemudian segera menghubungi bagian HRD untuk mencarikannya seorang asisten pribadi merangkap sekretaris dan juga supir.
*****
“Selamat pagi, Uncle, Aunty!” Mario yang berada di dalam ruang perawatan merasa kaget dengan kedatangan ketiga sahabatnya.
Ya, Nala, Devian, dan Eleanor, sengaja mendatangi ruang perawatan Mommy Mario yang bernama Zoya.
“Devian, Nala?!” Aidan dan Zoya juga merasa kaget dengan kehadiran sahabat putranya itu, tapi di balik itu juga terselip rasa bahagia karena sudah lama sekali rasanya mereka tak melihat sahabat sahabat putranya itu.
“Apa kabarmu, Uncle?” sapa Nala sambil memeluk tubuh Aidan.
“Uncle sudah tua, sayang. Kamu semakin cantik saja,” puji Aidan, membuat Zoya ikut tersenyum.
“Uncle masih tampan dan Aunty masih cantik, aku bahkan belum biaa membayangkan apakah aku akan secantik Aunty saat seumur Aunty nanti,” ucap Nala sambil memanyunkan bibirnya.
“Sebentar lagi kita akan pergi dari sini, Uncle, Aunty,” ujar Devian yang memang mengambil keputusan tanpa bertanya pada Mario. Hal itu karena ia yakin Mario akan kembali menolak jika Devian mengatakannya terlebih dahulu.
“Pergi? Ke mana?” tanya Aidan.
“Apa yang mau kalian lakukan?” kini Mario pun bertanya.
“Uncle, Aunty, Daddyku adalah seorang dokter dan ia mengenal dokter terbaik yang akan menangani Aunty. Percayalah pada kami,” ucap Nala.
“Tidak perlu, Mommyku akan tetap di sini,” ujar Mario yang tak ingin sahabat sahabatnya ikut campur dengan masalah yang ia hadapi, apalagi sampai dikasihani.
Nala yang melihat hal itu langsung menoleh ke arah Mario dan mendekatinya, “kamu tahu kamu itu egois, Mar. Saat ini yang terpenting adalah kesehatan Aunty dan Uncle. Apa kamu akan terus seperti ini hanya karena malu pada kami? Kamu pikir kami ini sahabat macam apa?!”
“Mommy sudah mendapatkan perawatan terbaik di sini, tak perlu memindahkannya,” ucap Mario lagi.
“Ya benar, kami tidak apa apa berada di sini,” ujar Aidan yang sangat tahu mengapa putranya, Mario, mengatakan hal semacam itu.
“Uncle,” Nala memegang kedua tangan Aidan lalu menatapnya, “Kami tahu Uncle tak ingin merepotkan kami, begitu pula dengan Mario. Namun, kami melakukan ini karena kami menyayangi Uncle dan Aunty. Kami juga menyayangi Mario sebagai sahabat kami. Jadi, izinkanlah kami memberikan yang terbaik untuk kalian. Selain itu, bukankah kalian ingin selalu sehat supaya bisa melihat Mario menikah dan menghadirkan cucu cucu untuk menemani masa tua kalian?”
“Nala?!” Mario berdecak.
“Sudah kamu diam saja … aku sedang berbicara dengan Uncle, bukan denganmu,” ucap Nala yang kesal pada Mario.
Devian yang berdiri tak jauh dari Mario pun mendekati sahabatnya itu, “diam saja dan turuti kami, atau kamu ingin kedua orang tua mu syok karena saat ini kamu tak punya pekerjaan, alias pengangguran. Apa kamu ingin membuat kedua orang tua mu semakin sedih dan drop karena memikirkan putranya?”
Mario yang mendengar bisikan Devian pun langsung menoleh. Ia mencebik saat menyadari bahwa ia tak bisa menyembunyikan hal ini, apalagi dari kemampuan Keluarga Nala mencari tahu sesuatu. Seharusnya memang ia tak pernah bertemu kembali dengan sahabat sahabatnya.
Wajah Aidan dan Zoya tampak berseri seri saat mendengarkan ucapan Nala, “apa Mario sudah memiliki kekasih? Mengapa ia tak membawanya pada kami?”
Nala tersenyum, “yang terpenting sekarang, Aunty mau ya diajak pindah ke rumah sakit yang lain. Aku percaya dokter di sana akan menangani Aunty lebih baik. Selain itu, Uncle juga akan lebih nyaman saat menemani Aunty. Kami sudah mempersiapkan semuanya.”
Mau tak mau, akhirnya Mario mengikuti semua rencana Devian, Nala, dan juga Eleanor. Di dalam hatinya ada rasa gelisah yang amat sangat karena kini bebannya bertambah. Ia kini memiliki hutang budi yang mungkin akan sulit untuk dibalas.
*****
Kedatangan Alex dan Ava ke Perusahaan Williams, menarik perhatian para pegawai di Perusahaan Williams. Mereka mengira bahwa Ava adapah kekasih Alex karena interaksi keduanya yang begitu dekat.
“Mengapa mereka menatapku seperti itu, Kak? Apa ada yang salah dengan penampilanku?” tanya Ava sambil melihat dirinya sendiri.
Alex tersenyum saat mereka sudah berada di dalam lift, “mereka iri padamu karena bisa berada di sampingku.”
“Kakak narsis!”
Alex kembali tertawa, “kakak bukan narsis, tapi memang itu kenyataannya. Sejak dulu tak ada wanita yang kakak ajak ke perusahaan, apalagi berjalan di samping kakak.”
“Apa kakak masih berharap pada Kak Wyna?” tanya Ava.
Alex terdiam ketika Ava menyebut nama seorang wanita yang pernah mengisi hari harinya. Hanya saja wanita itu menolak dirinya dan mengatakan bahwa ia akan menikah dengan pria lain.
“Jangan pernah menyebut namanya lagi,” ujar Alex.
Ava tersenyum, “itu tandanya kakak masih berharap. Kejarlah dia kak, Kak Wyna batal menikah.”
Namun ucapan Ava tak dipedulikan sama sekali oleh Alex. Bagi Alex, Wyna sudah menolaknya dan ia tak akan mengemis cinta dari seorang wanita yang tidak mencintainya.
“Va! Kita ke sini untuk bekerja, bukan untuk membicarakan masalah pribadi.”
Ava pun akhirnya diam. Saat sampai di dekat ruang kerja Alex, tampak sosok Dexton yang sudah berdiri menunggu kedatangan atasannya itu.
“Selamat pagi, Tuan,” sapa Dexton.
“Dex, ajarkan hal hal penting tentang perusahaan pada Ava. Dan biarkan sia menjadi sekretaris pribadiku selama ia di sini,” ucap Alex.
“Hah?! Sekretaris lagi? Sejak kapan aku mau menjadj sekretaris kakak?!”
🧡🧡🧡
terima kasih Thor dengan ceritanya yang keren
terima kasih kakak Author 🙏🙏
semoga kakak Author selalu sehat, selalu semangat dan selalu sukses dalam berkarya aamiin...
ditunggu karya berikutnya ❤️🙏💪💪💪
semangat tour semoga sehat selalu ditunggu up karya yang baru💪💪💪🥰
trimadong Nia jangan sia sialan kesempatan yg ada di depan mata