Apa jadinya jika seorang gadis remaja sudah bisa mengeluarkan ASI? Ya hal itu yang dialami oleh Shireen. Entah keajaiban darimana, tiba-tiba gadis berparas cantik nan manis itu bisa mengeluarkan ASI. Ia sadar dengan keanehannya, setelah sesaat ia bangun dari koma. Ia memberikan ASInya itu kepada bayi kembar seorang duda. Siapa sangka justru pertemuan Shireen dengan Sugar Daddy itu menjadi sebuah ikatan cinta.
Lantas siapakah seorang duda itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pekerjaan Baru
"Son, gue takut sama kakak lo. Nanti, kalo dia galak gimana?"
Saat ini mereka tengah di sebuah cafe mewah, yang menyediakan berbagai minuman dan makanan ringan sebagai pendamping kopi biasanya. Tak lupa juga ada seseorang penyanyi terkenal yang mengisi cafe setiap harinya. Cafe ini adalah milik kakak dari Jasson.
Shireen terus memilin baju Jasson, seolah untuk menyalurkan rasa gugupnya. Banyangan gadis itu akan kakak Jasson yang galak, dingin, angkuh atau sama seperti Samuel, terlintas di benak yang membuat hatinya tak nyaman.
"Jangan samain kakak gue, sama kakak lo!"
"Ya, bisa aja sama 'kan. Aduh, jadi pingin pipis gue ...." Kaki Shireen tak bisa diam. Masih ada seragam sekolah di tubuhnya, bahkan ia belum sempat untuk mengganti karena Jasson begitu tergesa-gesa mengajaknya ke cafe milik sang kakak ini.
"Tahan Reen, ribet amat hidup lo. Bentar lagi kakak gue sampe!"
Tak berapa lama kemudian, sang pemilik cafe ini benar-benar datang. Ia segera menemui Jasson dan ikut bergabung duduk di sana. Namun sebelum itu, para pelayan sudah heboh menyambut kedatangan sang pemilik itu.
"Oh, jadi ini gadis yang ingin bekerja?" ucap pria itu dengan sorot mata yang tajam. Di sinilah ketakutan Shireen semakin menjadi.
"Hallo, Tuan. Aku Shireen, sahabat Jasson," ucap Shireen memperkenalkan diri.
"Dia sungguh cantik. Kenapa kau hanya jadikan sahabat, bodoh?" balas pria itu, menatap meledek adiknya.
"Udah mantan!" ketus Jasson mendatarkan wajahnya.
Pria itu terkekeh. "Haha, akur ternyata. Jadi, dia bisa buatku 'kan?"
"Jangan samakan temanku ini, dengan wanita ****** Kakak!" tangkas Jasson.
Kini pria tampan yang sangat mirip dengan Jasson itu, beralih menatap Shireen. "Oke perkenalkan aku Tansoon pemilik cafe ini dan aku adalah kakak dari mantanmu itu," ucapnya menjabat tangan Shireen.
Shireen menerimanya, lalu ia memberikan senyum manis. 'Ternyata gak semenakutkan apa yang gue pikirin,' batinnya. Namun, ia merasa berjabat tangan ini sungguh lama, tetapi jika Shireen yang melepaskan pasti terkesan tidak sopan.
"Lepas tangannya Kak! Jadi, bagaimana? Boleh tidak temenku ini bekerja langsung di sini?" ucap Jasson sudah merasa muak dengan sang kakak yang selalu memojokkan, dan berusaha mencari perhatian kepada Shireen.
"Itu sih tergantung dengan skillnya," balas Tansoon.
"Oke, ayo kita tes sekarang. Reen, lo siap 'kan?" Shireen mengangguk dan langsung digiring menuju bagian pelayan bar, atau barista.
"Jika aku melihat skillmu bagus, tanpa membawa persyaratan kau langsung kuterima bekerja di sini," ucap Tansoon.
Sheila seorang pekerja di sana, kini ia mendampingi Shireen sekaligus memberikan arahan untuknya. Namun, tidak begitu juga Shireen tak tahu semua pekerjaan ini. Mengoperasikan kopi dengan membentuk berbagai macam hiasan, sudah pandai dan bisa disebut dalam keahliannya juga.
Dulu sewaktu masih di kampung, sebelum ia pindah ke kota. Shireen pernah mengebun kopi, setiap hari juga dia meracik kopi sendiri. Bahkan, sang kakak juga mantan pekerja barista, jadi ia dapat ilmu dari Sahara yang terkadang mengajarinya. Terlebih, seni ukir mengukir adalah kesukaannya.
Shireen memakai celemek berwarna hitam, kemudian ia mendengar aturan dari Sheila yang membacakan.
"Jadi seorang barista harus bersyarat, mampu mengoperasikan alat-alat, menyajikan kopi terutamanya, menjaga kebersihan cafe, bekerja cepat, meracik non-Coffe, dan satu lagi berkomunikasi baik dan ramah kepada setiap pengunjung," ucap Sheila menjelaskan dengan sangat detil.
Tansoon tersenyum dan memberikan sebuah kecupan di kening Sheila. "Pintarnya gadisku." Sheila hanya memberikan senyuman. Pemilik cafe ini memang terkenal buaya, bahkan setiap pekerjanya sudah pernah tidur bersama dengannya. Ya hanya mengandalkan beberapa ATMnya saja, bisa langsung ia dapatkan. Termasuk Sheila ini.
'Astaga, ternyata ada yang lebih fuc*boy dari om Sam. Aduh, apasih kok jadi inget dia lagi.'
"Baiklah, Shireen coba sekarang yah."
"Oke, coba dengan mengunakan mesin espresso. Jika hasil bagus dan enak, coba juga dengan manual," ucap Sheila.
Setelah memberikan senyum, sebagai tanda menyetujui. Shireen mulai meracik kopi dengan alat yang tersedia. Dia sudah pandai menggunakannya. Di sana masih dipantau oleh Sheila, Jasson, dan juga Tansoon.
Setelah beberapa saat kemudian.
"Ini, untuk yang mengunakan alat, dan yang ini secara manual!"
Shireen menyodorkan hasil racikan, dan hiasannya dalam membuat kopi. Sungguh mereka terkejut, karena hasilnya begitu sempurna, di kedua cawan itu.
"Bagus! Ah, apakah kedudukanku akan tergantikan di sini?" ucap Sheila merasa bangga dengan calon pekerja baru ini.
Shireen hanya tersenyum terkekeh. "Terima kasih Kak," ucapnya.
Sekarang Jasson dan Tansoon yang mencicipi. Rasanya berbeda, dan lebih menarik dari seperti biasa. Ya, itu yang mereka rasakan.
"Haha, gue emang selalu salut sama lo Reen. Hebat 'kan teman aku Kak?" ucap Jasson berbagga.
"Aku sangat suka dengan hal baru, ataupun menu baru. Jika ada menu lainnya yang bisa kau ciptakan di sini, jangan sungkan untuk menambahkan. Aku suka cara kerjamu. Besok kau sudah bisa bekerja!" ucap Tansoon.
Shireen berjingkrak kegirangan. Karena terlalu senangnya, gadis itu sampai memeluk Jasson sahabatnya. "Thanks Jasson ...."
"Aku yang memiliki cafe ini, aku juga yang memberimu pekerjaan. Kenapa hanya adikku saja yang kau peluk?" Tiba-tiba Tansoon melebarkan tangannya, Shireen pun menyambut itu. Tansoon hanya mengusap gadis kecil yang tengah tersenyum itu.
"Terima kasih Tuan ...."
"Panggil aku kakak!"
"Oh oke Kak, hehe ...."
Sedangkan, Jasson menatap cemburu saat itu. Merasa kesal juga dengan Shireen yang begitu polosnya karena senang, ia mau memeluk kakaknya yang seperti macan memeng.
'Macan memang dipeluk!' batinnya kesal.
Tiba-tiba Sheila memeluk Jasson. Perempuan berparas ayu dan bertubuh tinggi itu, berusia seperti Tansoon. Jadi, menganggap Jasson adiknya adalah hal yang biasa, terlebih mereka memang sudah dekat dari dulu.
"Heyy, kau nakal sayang ... jangan memeluk pria selain aku!" ucap Tansoon marah kepada Sheila.
"Tapi dia priaku, wle!"
Akhirnya mereka tertawa bersama. Dan, di sinilah Shireen menemukan orang baru begitupun dengan kehidupannya.
***
Sedangkan di dalam kamar, di tempat mansion Samuel. Terdengar bocah menangis memecah kesunyian malam.
"Tuan, mereka tidak mau berhenti. Padahal, mereka tidak merasa haus," ucap Inah mulai cemas. Begitupun dengan Samuel.
Azel dan Azriel tak berhenti menangis di tengah malam seperti ini. Padahal mereka sudah meminum susu banyak. Ya, sekarang mereka memang sudah bisa menerima susu formula tanpa gangguan seperti dulu.
Namun, ketenangan mereka yang terganggu sekarang. Entah kenapa, kedua bocah kembar itu lebih sering menangis di tengah malam.
"Mmama, mmim!"
Ya celotehan dengan iringan tangisan itu tak berhenti dari mulut mereka. Biasanya jika ingin menyusu dengan Shireen, mereka akan mengoceh seperti itu.
"Saya rasa mereka kehilangan sosok nona Shireen, Tuan. Biasanya yang bisa mendiami mereka dalam kondisi seperti ini hanya dia," ucap Inah.
Samuel hanya terdiam, dan sibuk menenangkan bayi-bayinya. "Apa Tuan sudah mencari keberadaannya?"
"Sudah, bahkan aku mengunjungi setiap penjuru kota ini, aku tak menemukan keberadaannya. Dia diusir oleh kakaknya, bahkan di sekolah pun dia tidak masuk tadi," jawab Samuel.
Bersambung ...