NovelToon NovelToon
Airin - Selalu Kamu Bayang Rinduku

Airin - Selalu Kamu Bayang Rinduku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Cinta Terlarang / Pengganti / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Kantor
Popularitas:12.4k
Nilai: 5
Nama Author: Chiknuggies

Original Story by : Chiknuggies (Hak cipta dilindungi undang-undang)

Aku pernah menemukan cinta sejati, hanya saja . . . Arta, (pria yang aku kenal saat itu) memutuskan untuk menjalin kasih dengan wanita lain.

Beberapa hari yang lalu dia kembali kepadaku, datang bersama kenangan yang aku tahu bahwa, itu adalah kenangan pahit.

Sungguh lucu memang, mengetahui Arta dengan sadarnya, mempermainkan hatiku naik dan turun. Dia datang ketika aku berjuang keras untuk melupakannya.
Bak layangan yang asyik dikendalikan, membuat aku saat ini tenggelam dalam dilema.

Hati ini. . . sulit menterjemahkan Arta sebagai, kerinduan atau tanda bahaya.

°°°°°°

Airin, wanita dengan senyuman yang menyembunyikan luka. Setiap cinta yang ia beri, berakhir dengan pengkhianatan.

Dalam kesendirian, ia mencari kekuatan untuk bangkit, berharap suatu hari menemukan cinta yang setia. Namun, di setiap malam yang sunyi, kenangan pahit kembali menghantui. Hatinya yang rapuh terus berjuang melawan bayang masalalu

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chiknuggies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

"Ayo ke meja makan, Mamah udah nunggu."

Ajak Sandi yang mengintip dari pintu, tanpa dia buka sepenuhnya.

"San, gawat. Masuk dulu lu harus dengerin gw." Aku memohon dengan menyatukan kedua tangan.

Sandi masuk, menjawab pinta dariku, meski kulihat ia setengah hati ingin mendengarkan keluhanku karena makanan sudah siap di meja. Duduk di sebelahku dengan satu kaki yang terangkat, dia mendekatkan telinganya ke wajahku.

"Semalam, lu mabuk berat san. *Hmmm* (Sandi berdehem, memintaku terus melanjutkan) Terus, lu pingsan kan. *Iyaa* terus abis itu, lu nindih badan gw tuh. *Eh?* Nah, mamah lu masuk ngeliatin kita. *Hah?!*" Sandi sedikit mengencangkan suaranya, akibat kaget mendengarkan kejadian semalam yang aku ceritakan dengan singkat.

"Suuutttt!!! Jangan kenceng-kenceng, nanti mamah lu denger." Aku menunjuk bibirku, memohon agar Sandi mengontrol suaranya.

"Terus mamah?" Ia menunggu penjelasan lanjutan dariku, mengenai tanggapan ibunya ketika melihat kami berdua.

"Mamah lu, ya mamah lu langsung keluar gitu aja nggak bilang apa-apa. Tapi. . " Aku menahan ceritaku.

"Tapi apaan!?" Ia sedikit memaksa, dengan mendekatkan wajahnya ke kearahku.

"Ih! Munduran! Jangan kenceng-kenceng suaranya, kata gw juga. (Aku mendorong Sandi menjauh) Mamah lu sebelum keluar, tiba-tiba bengong gitu mergokin kita." Terusku.

"Ya tapi kita, nggak ngapa-ngapain kan Rin." Dia berwajah serius, matanya menyorot langsung ke arahku.

"Sembarangan mulut lu, ya kaga lah. Cuma tetep aja lu ada di atas gw, dan kondisi lu mabok banget semalem. Orang tua mana yang gak mikir macem-macem."

Percakapan kami tutup dengan perasaan asing satu sama lain. Memilih mandi terlebih dahulu, demi menghindari bertatap muka dengan ibunya, aku malah berpapasan ketika hendak menuju kamar mandi.

Ibunya terduduk hening di meja makan, wajahnya masih termenung menatap makanan. Tepat di sebelah piring kosong di depannya, terdapat cangkir berisikan teh hangat dengan sendok kecil yang dia putar menggunakan telunjuk.

Melihat hal tersebut, aku bergegas mandi mengindari kontak mata yang mungkin dapat terjadi bila aku berlama-lama di sekitarnya.

Ketika mandi hingga selesai, kegiatan yang biasanya dapat membuatku tenang ini, kini tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik kepadaku. Aku terus dibuat khawatir dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, dan bagaimana aku menyikapi serta menjelaskan kejadian semalam.

Aku bercermin, dan bersolek se-natural mungkin, menghindari warna mencolok takut-takut kalau ibunya akan semakin tersinggung bila aku berdandan secara berlebihan.

Mengenakan pakaian dengan tertutup dan rapih, aku menarik nafas dalam sebelum akhirnya membuka pintu, memasang badan untuk menjelaskan semua yang telah terjadi, atau berpura-pura seakan semua tidak pernah terjadi sama sekali.

Duduk di antara ibu dan anak yang tidak melempar kalimat satu sama lain ini, membuatku yang orang asing, menunggu secercah bahasa bagi siapapun yang berani memulai.

Tuhan! Kenapa hal seperti ini harus terjadi kepadaku.

Sandi kulihat menegakkan sedikit punggungnya, dan membuka percakapan "Gimana masakan Sandi mah?" Ucapnya dengan berani.

Ah, awal yang sangat baik Sandi, keberanianmu patut aku acungi jempol.

"Mhhh, enak." Nadanya terdengar tertarik pada percakapan, namun matanya tetap datar sembari tetap membolak-balikkan makanan.

"Makan yang bener mah, nggak baik kayak gitu." Sandi menatap sendok ibunya yang seru mengacak-acak makanan di piring.

"Iya." Jawaban singkat kembali terlepas dari mulut ibunya.

Sandi kulihat menjadi jengkel, entah, rasa bersalah yang tengah menguasainya, bisa jadi kini telah berubah menjadi keluh, akibat kesalahpahaman yang sebenarnya sudah terjadi.

Ia menaruh alat makan di atas piring, menatapku tegas, lalu sedikit mengangguk mencoba memberi sebuah aba-aba. Aku tidak mengerti dengan sinyal yang coba Sandi berikan, namun dia menanggapi ekspresi ku seolah aku menyetujui rencananya.

"Semalam Sandi mabuk mah, udah itu aja." Dia menjelaskan dengan singkat namun penuh tanya.

*Bajingan Sandi!* Pikirku.

Kami sontak kaget, mendengar Sandi menjelaskan sesuatu dengan penuturan ambigu (bermakna ganda) seperti itu.

Ibunya tersedak, berusaha batuk berulang-ulang kali demi menyelaraskan jalan masuknya makanan, sedangkan aku tiba-tiba saja berdiri dan tanpa sengaja membentur meja, sehingga semua barang yang ada di meja berbunyi.

Sandi menatapku dengan tenang, memintaku kembali duduk seperti semula. Aku yang tidak terima dengan penjelasannya yang setengah-setengah, mencoba untuk memperbaiki keadaan.

Dengan cepat aku melanjutkan. "Ini bukan salah Sandi tante. Airin sempet minta, jadi Sandi terpaksa selesain sendiri!"

*Uhuk! Uhuk!* Ibunya kudengar, batuk semakin keras.

Loh, apa yang salah? Bukankah Sandi menghabiskan seluruh minuman nya karena tidak memperbolehkan aku untuk ikut minu-. Tunggu dulu, TUNGGU DULU.

Menyadari bahwa perkataanku malah memperkeruh suasana, aku malah gelagapan untuk menjelaskan lebih rinci kondisi semalam.

Dan bukan malah membantuku, Sandi terdiam memegang dahinya, seakan memang sudah tidak ada lagi jalan keluar bagi kami berdua untuk menyelesaikan tali masalah yang terlanjur kusut ini.

Suasana yang kacau ini seketika mereda ketika ibunya berhenti batuk, memegang dadan dan mengeluarkan sedikit petuah. "Ehem! Mamah nggak marah sama kalian berdua." Jelasnya kepada kami.

Dia lalu mengangkat sedikit tubuhnya, dibantu kedua tangan yang menopang kuat pada meja, mengarah kepada Sandi di sebelahku. "Tetapi Sandi. (nadanya menjadi serius) Kamu harus tanggung jawab."

°°°°°

Berpamitan dengan ibunya, aku sempat di tahan dengan sepucuk kalimat. "Jangan kapok ya main kesini." Oleh ibunya dengan memberikan ekspresi haru kepadaku.

Sore ini, menagih janji yang kami buat, aku meminta Sandi untuk mampir ke kedai kopi di batas kota. Memilih untuk menghabiskan hari berdua sebelum akhirnya pulang dan menyiapkan diri untuk bekerja di esok hari.

1
Misssyah
semangat ya.
Misssyah: sama sama /Smile/
Chiknuggies: makasih kakak/Joyful/
total 2 replies
Van
thor.. mana fanserv nya torr😭
Chiknuggies: Hai Van, kamu tau lokasinya. /Shhh/
total 1 replies
Van
keren binggow
Chiknuggies: Terimakasih /Shy/
total 1 replies
Van
berat banget jadi ruel;(
Chiknuggies: /Cry/
total 1 replies
Van
kacau banget bikin emosi naik turun!!
Chiknuggies: Hai, pembaca setia /Applaud/
gimana rasanya satu tahun bersama saya./Smile/
total 1 replies
Van
awwww poor airin/Sob//Sob/
Chiknuggies: Turut berdukacita /Facepalm/
total 1 replies
Sara la pulga
Aduh, terharu banget!
Necesito dormir(눈‸눈)
Gemes banget deh ceritanya!
Tuxedo Mask
Seru banget! 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!