⚠️Warning⚠️
Cerita mengandung beberapa adegan kekerasan
Viona Hazella Algara mendapatkan sebuah keajaiban yang tidak semua orang bisa dapatkan setelah kematiannya.
Dalam sisa waktu antara hidup dan mati Viona Hazella Algara berharap dia bisa di beri kesempatan untuk menembus semua kesalahan yang telah di perbuatnya.
Keluarga yang dicintainya hancur karena ulahnya sendiri. Viona bak di jadikan pion oleh seseorang yang ingin merebut harta kekayaan keluarganya. Dan baru menyadari saat semuanya sudah terjadi.
Tepat saat dia berada di ambang kematian, sebuah keajaiban terjadi dan dia terbawa kembali ke empat tahun yang lalu.
Kali ini, Viona tidak bisa dipermainkan lagi seperti di kehidupan sebelumnya dan dia akan membalas dendam dengan caranya sendiri.
Meskipun Viona memiliki cukup kelembutan dan kebaikan untuk keluarga dan teman-temannya, dia tidak memiliki belas kasihan untuk musuh-musuhnya. Siapa pun yang telah menyakitinya atau menipunya di kehidupa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4
Viona berjalan menuruni tangga, mendorong Gio dan Rasya yang beralih berdiri di hadapannya, menghalangi antara Viona dan ayah mereka.
"Aku perlu ngobrol sama Papa, kak." Katanya.
Arga menatap putrinya dengan tatapan mata berbinar. Viona adalah putri kecilnya yang sangat disayanginya sejak dia masih berada dalam kandungan ibunya. Namun, beberapa tahun terakhir ini kenakalan Viona semakin tak terkendali. Jika Viona tidak menyadari kesalahannya hari ini, Arga harus memberinya pelajaran.
Tetapi, perubahan sikap Viona hari ini mengejutkannya. Viona berjalan menghampirinya, berbicara dengan lembut. "Papa, ini semua salah Viona dan maafin Viona."
Arga membelalakkan matanya karena tak percaya. Putri tidak membantah dan bahkan meminta maaf? Perkembangan yang tidak terduga ini membuatnya menelan amarahnya. "Apa kamu bener-bener sadar sama kesalahan kamu?." Tanya Arga.
"Ya, Viona juga mau minta maaf secara pribadi sama keluarga Bramasta." Jawab Viona, dia mendongak, menatap ayahnya yang wajahnya terlihat agak pucat dan hal itu membuat Viona tak kuasa menahan tangis ketika teringat dengan dosa-dosanya di masa lalu. "Papa ngga perlu khawatir. Viona ngga mau buat papa marah lagi."
Mata Viona memerah dan Arga yang tadinya hatinya kaku, langsung melunak. Viona adalah bayi kesayangannya sejak kecil, bagaimana mungkin dia tega membiarkan Viona diperlakukan tidak adil?
"Hhmm... Setidaknya kamu sudah mengerti dan tahu kalau kamu yang bersalah!." Meski hatinya melunak, nada bicara Arga tetap terdengar tegas, tetapi raut wajahnya jauh lebih lembut.
Ziya yang juga berada di sana, melihat pemandangan cinta seorang ayah dan anak, merasa sangat cemburu. Dia sendiri telah berjuang selama bertahun-tahun, tetapi Arga bahkan tidak mengizinkannya untuk memanggil pria itu dengan sebutan 'Papa' atau semacamnya.
Namun, ketika Viona melakukan kesalahan besar, hanya dengan menunjukkan beberapa tetes air mata dan permintaan maaf sudah cukup bagi Arga untuk memaafkannya.
Ini tidak adil!
Ziya berjalan menghampiri dan memeluk bahunya Viona. "Viona, udah jangan nangis. Gue turut prihatin sama lo." Katanya.
Saat Viona menikmati cinta yang telah lama hilang dari ayahnya, ia tiba-tiba merasa jijik saat Ziya mendekatinya. Betapa hebatnya pertunjukan yang dilakukan Ziya! Viona diam-diam mengejek dirinya sendiri karena sangat mudah di tipu oleh Ziya dan Erina di kehidupan sebelumnya yang memperburuk hubungannya dengan keluarganya sendiri.
"Tuan Arga, Viona masih muda dan sering banget lakuin kesalahan. Meski pun kaki Varell mungkin luka secara permanen, asalkan Viona mau minta maaf dengan tulus, aku yakin keluarga Varell pasti mau maafin Viona." Kata Ziya dengan lembut.
Sialnya begitu kaki Varell di sebut, raut wajah Arga langsung berubah.
Viona mencibir di dalam hatinya, ibu dan anak itu benar-benar pandai memprovokasi orang. Di kehidupan sebelumnya, Viona pernah terjebak dalam perangkap seperti ini dan hubungannya dengan keluarganya memburuk, sementara ayahnya mulai lebih mempercayai Ziya dan Erina.
Namun, setelah terlahir kembali, Viona menjadi jauh lebih pintar.
"Gue pasti mau minta maaf dengan tulus ke mereka." Kata Viona pada Ziya sembari menggerakkan tubuhnya untuk menghindari tangan Ziya. "Dan mengenai pertunangan, Viona akan menepati janji yang papa buat sama mereka." Katanya saat menatap Arga.
"Apa?!." Ziya bahkan lebih terkejut dari pada Arga. "Viona minta maaf itu hal yang wajar, tapi tentang setuju sama pertunangan itu bukan hal yang bisa lo sepelein. Lo harus mikirin itu matang-matang!."
Arga menatapnya dengan bingung. "Apa kamu serius, Viona?."
"Ya, Papa. Viona beneran serius!." Viona mengangguk tegas. "Papa, Viona udah mutusin dan udah berfikir matang-matang. Viona setuju buat nikah sama Varell!."
Ziya yang mengetahui hal itu secara langsung dan hatinya terasa hancur. Varellino Jonathan Bramasta, lelaki pemilik tubuh atletis, berwajah tampan dan semua yang ada padanya begitu terlihat sempurna kecuali dia akhirnya harus duduk di kursi roda karena Viona, lelaki yang telah menarik perhatian Ziya sejak pertama kali ia bertemu dengan lelaki itu, dia lelaki yang terlalu baik untuk siapapun kecuali dirinya.
Tetapi Viona yang bodoh itu mendapatkannya!
Ziya mencengkram lengan Viona, raut wajahnya tampak khawatir. "Viona, lo ngomong apa sih? Lo ga takut sama Varell? Bukannya lo sendiri pernah bilang kalau lebih baik mati dari pada nikah muda sama dia? Kenapa lo tiba-tiba berubah pikiran?." Tanya Ziya.
"Viona, apa itu benar?." Arga tercengang.
"Itu cuma karena kemarahan sesaat. Kenapa lo nganggep nya serius?." Viona menarik tangannya dari Ziya dan tampak bingung. "Ziya, kenapa gue ngerasa kalau lo ga mau gue nikah sama Varell? Dan apa alasan lo ga setuju?."
Saat Viona mengatakan hal itu, tatapan Arga langsung beralih ke arah Ziya. Pria paruh baya itu menyadari bahwa Ziya telah kehilangan ketenangan nya.
"Ah- gue ga bermaksud gitu kok. Hm.. gue cuma pengen lo bahagia, Viona. Lagipula kita semua tau kalau lo itu cinta banget sama Leo--" Ziya langsung terdiam sembari menutup mulutnya dengan telapak tangannya, raut wajahnya memperlihatkan rasa bersalah yang jelas itu palsu di mata Viona. "Maaf, gue ga bermaksud..."
Meskipun wajah Ziya terlihat menyesal, diam-diam dia menyeringai di dalam benaknya, dia tahu bahwa Arga membenci nama Leo. Viona telah melakukan banyak hal yang tidak masuk akal hanya untuk cintanya pada Leo dan hal itu membuat keretakan di antara Arga Dan Viona.
Seperti yang Ziya duga, raut wajah Arga langsung berubah. "Leo? Bukannya papa udah berkali-kali bilang jauhi anak itu!." Katanya dengan tegas.
Viona menatap Ziya, dahinya berkerut karena marah. 'Berani banget lo jebak gue dalam situasi ini?.' Batin Viona. Mengalihkan pandangannya ke arah Arga dan memasang raut wajah menyedihkan. "Papa, jangan marah. Meski pun Ziya yang udah dorong Viona buat ngejar Leo, tapi sekarang Viona udah sadar dan pengen lupain dia, Viona ga suka sama dia lagi."
Gio tak kuasa menahan amarahnya. Ia melipat lengan bajunya, menatap Ziya. "Ziya, ternyata lo yang nyesatin adek gua! Lo yang dukung adik gua supaya ngejar-ngejar cintanya cowok brengsek itu!."
Ziya tercengang. Sebelumnya, Viona tidak pernah menyalahkannya, bahkan saat keadaan buruk sekali pun. Mengapa Viona sekarang menyalahkannya?.
"A-aku bukan orang yang kayak gitu kok." Ziya sedikit berjalan mundur dan terlihat panik.
Erina dengan cepat berjalan maju. "Tuan, Viona emang suka sama Leo. Gimana perasaan bisa di kendalikan? Cuma karena Ziya pengen Viona suka sama seseorang, bukan berarti Viona harus memilih Leo!."
Ziya menangis. "Ya, Tuan. Aku cuma mau Viona bahagia."
Viona dengan mata terbuka lebar kembali buka suara. "Ya, Ziya emang mau bantuin Viona. Dia pengen Viona ngejar cintanya Leo, dengan cara Ziya ngajarin Viona supaya berpenampilan kayak gadis rocker dan dia juga ga pernah lupa kasih Viona banyak banget nasehat. Papa, jangan salah paham sama dia ya?."
Mendengar hal ini, Gio dan Rasya tidak dapat menahan diri untuk mengernyitkan dahi. Ternyata cara berpakaian Viona yang keterlaluan itu sebenarnya adalah saran dari Ziya!
Ziya panik.
Apakah Viona benar-benar membelanya atau mencoba menipunya?
"Tuan, izinkan aku buat jelasin semua ini. A-aku--"
"Cukup!." Arga menukas perkataan Ziya dengan tidak sabar. Lalu dia menoleh ke arah Ziya dengan tatapan ketidaksetujuan di matanya. "Kamu selalu terlihat sangat dekat dengan Viona dan sebagian perilakunya yang konyol adalah kesalahan mu! Kamu akan di hukum selama seminggu dan uang sakumu untuk tiga bulan ke depan akan di potong!."
Ziya tersenyum kecut dan merasa sangat tidak puas, tetapi dia tahu bahwa lebih baik diam dari pada berdebat. Di kediaman keluarga Algara, dia dan ibunya ( Erina) masih dianggap orang luar meskipun sudah tinggal beberapa tahun di sini.
"Ya, Tuan." Gumamnya lirih.
Viona menyeringai melihat penderita Ziya. Meski hukumannya ringan, itu tidak masalah. Ini baru permulaan.
Melihat kemarahan Arga, Erina yang sebelumnya telah berencana akan membela Ziya, sekarang dia dengan bijak memilih diam.
Tepat saat drama itu di pikir telah selesai, seorang gadis berjalan menuruni tangga dan langsung mencengkram lengan Erina sembari menangis tersedu-sedu. "Tante, Tante harus bantuin aku." Rengek nya.
Erina terkejut dan menoleh, menatap Maya, keponakannya yang selalu manja padanya.
'Apa yang mau lakuin di sini?.' Batin Erina.
"Kenapa kamu nangis? Kalau ada yang ngga tau sebab kamu nangis, mereka pasti ngiranya ada sesuatu yang buruk sudah terjadi di keluarga ini!." Kata Arga, pria itu sudah merasa kesal dan amarah semakin memuncak saat Maya datang menghampiri mereka.
Maya terkejut dengan luapan emosi Arga dan langsung berhenti menangis.
"Ada apa? Kenapa kamu nangis? Cerita yang jelas." Erina mendorong pelan Maya dan nada bicaranya sedikit terdengar kesal.
Mendengar hal itu, Maya terisak. "Tante, hari ini Viona... dia minta semua pelayan buat..."
"Apa yang dia lakuin?."
"Dia nyuruh para pelayan buat lepasin semua bajuku di depan mereka."
Arga merasa sakit kepala saat mendengar tingkah nakal Viona yang lagi dan lagi membuat masalah. Pria itu bahkan tidak perlu berpikir sebelum marah-marah. "Viona! Apa kamu ga bisa berhenti buat onar sehari aja? Kamu baru aja pulang dari rumah sakit dan kamu sudah bikin ulah lagi!."
Arga tahu bahwa sikap Viona yang tadi sangat tidak biasa adalah karena putri kecilnya itu ingin menyembunyikan kesalahannya lagi. Dia merasa telah tertipu oleh putrinya.
"Papa, tolong tenang dulu! Pasti ada kesalahpahaman di antara mereka." Gio segera menyela.
"Cukup! Papa udah ga ngerti lagi kenapa kamu selalu melindungi adik kamu, apa pun yang terjadi?!." Bentak Arga.
Viona sedikit merasa takut mengetahui bahwa ayahnya memilki kesan yang buruk terhadapnya. Tampaknya selama bertahun-tahun, selain Viona fokus pada dirinya sendiri, Erina dan Ziya juga telah mencuci otak ayahnya.
"Rasya, minggir! Papa mau kasih pelajaran adik kamu yang bandel ini!." Teriak Arga pada Rasya ketika kakak ketiga Viona itu menghalangi ayah mereka.
Raut wajah Rasya menunjukan bahwa dia takut dengan ayahnya, tetapi dia tidak mau bergerak. "Papa, kalau papa ngerasa harus nampar seseorang, tampar aja aku. Aku mau nerima hukuman apa pun buat Viona."
"Apa kalian semua mau nantangin Papa? Apa kalian pikir papa takut?." Arga melayangkan tatapan tajamnya ke arah putra-putranya yang berdiri di hadapannya, menghalanginya dengan Viona. Arga sangat marah hingga tangannya bergetar, sudah cukup dirinya mewajarkan setiap kenakalan Viona!
Melihat situasi tersebut, Ziya meraih tangan Viona. "Viona, kamu lihat kan... Gio sama Rasya mau di hukum karena ulah kamu, ayo lakuin sesuatu sana!."
Tatapan mata Viona sedikit berkedip.
Di kehidupan sebelumnya, saat mendengar Ziya mengatakan hal seperti ini, Viona pasti akan sangat marah hingga berdebat dengan ayahnya dan membuat keadaan semakin tegang di antara mereka. Namun sekarang, Viona sudah sangat berpikiran jernih.
Viona melangkah maju dan menghadapi tatapan penuh amarah dari ayahnya. "Papa, aku bisa jelasin--"
"Apa yang perlu di jelasin? Apa kamu benar-benar yang ngelakuin ini atau ternyata kamu di tuduh?."
"Ya, itu aku--"
"Ya ampun, Viona! Gimana kamu bisa tega ngelakuin hal kayak gini? Maya itu perempuan dan kamu udah buat dia merasa malu di depan semua orang." Tak membiarkan waktu untuk Viona menjelaskan, Erina menukas perkataan Viona.
Raut wajah Erina pun terlihat berlebihan dan tatapan mata tak percayanya begitu meyakinkan sehingga wanita itu layak mendapatkan peran dalam drama film.
"Kalian keluar dari sini! Hari ini, Papa harus kasih dia pelajaran." Arga mendorong Gio dan Rasya, lalu berjalan mendekati Viona, giginya terlihat menggertak dan hendak menampar dia melihat Viona mundur selangkah.
"Kamu berani menghindar dari Papa?."
"Papa, papa bahkan belum tanya dulu ke Viona tentang hal itu! Itu gak adil!." Protes Viona.
"Kamu selalu membuat onar! Apa lagi yang perlu papa tanyakan sama kamu?." Jawab Arga, amarahnya memuncak.
Viona menatapnya, ada sedikit kesedihan di wajahnya. "Papa, papa sebelumnya ga pernah bersikap kayak gini. Waktu mama masih ada, papa selalu mau dengerin penjelasan aku dulu dan ga pernah pake cara kekerasan, kayak papa yang sekarang."
Emosi Arga yang bergejolak saat mendengar Viona menyebut-nyebut mending istrinya, membuatnya menghentikan langkahnya dan perlahan menarik tangannya dari udara. Pria itu duduk di kursi single dan buka suara dengan pelan. "Kalau gitu, kamu bisa jelasin ke papa."
Melihat hal itu, Maya terlihat gelisah dan gemetaran lemas hingga membuat berlutut di lantai. Pandangannya berkedip dan dia merasa ada yang tidak beres. Bukankah Arga selalu tidak rasional dan mudah marah?