"Ceraikan suamimu dan menikahlah denganku."
Sandiwara cinta di depan layar yang Naya Andriana lakukan bersama suaminya Rayyan seorang aktor, membuat orang-orang berpikir jika rumah tangga keduanya penuh bahagia. Tanpa mereka tahu, jika rumah tangga Naya tidaklah sebahagia itu. Sering kali Rayyan berbuat kasar padanya, tanpa peduli jika dirinya sedang hamil. Kehidupan rumah tangga indah di bayangan semua orang adalah kesengsaraan baginya.
Hingga, Rayyan di penjara atas penipuan investasi yang ia lakukan. Bertepatan dengan itu, Naya terpaksa harus melahirkan sebelum waktunya. Membuat bayinya harus di rawat Di NICU. Harta di sita, dan tak ada biaya sepeserpun, Naya hampir menyerah. Sampai, pria bernama Zion Axelo datang padanya dan menawarkan sebuah bantuan.
"Karena Rayyan sangat mencintaimu, Aku ingin membalas dendamku padanya, dengan merebut cintanya." ~Zion
"Anda salah Tuan, apa yang di lihat belum tentu yang sebenarnya terjadi. Kisah cinta kami, hanya lah sandiwara." ~Naya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Temani dia
Dari jam delapan gak lolos jugaaaa, greget astagaaaa. Kapan lolosnya iniiii. Emosi, tapi sabaaar ...
Selamat membaca kawan ....
.
.
.
"Bagaimana?" Zion dan dokter psikiater itu kini duduk saling berhadapan di dalam ruang kerjanya. Suhu ruangan terasa sangat mencekam. Di tambah, tatapan Zion terlihat sangat dingin.
"Awal saya meminta Nona Naya untuk menjelaskan apa yang dia rasakan, tapi dia menolak. Setelah saya bujuk, akhirnya beliau mau menceritakan. Sebelumnya saya ingin bertanya, apa anda pernah melihat nona Naya bertingkah aneh?"
"Aneh?" Kening Zion mengerut dalam, dia tak mengerti maksud dokter di hadapannya.
"Maksudnya perbuatan reflek yang ia lakukan?"
Zion terdiam, ia kembali menarik waktu dimana Naya bertingkah aneh saat ia mengangkat tangannya di depan wanita itu. Seolah, Naya akan melindungi dirinya sendiri dari serangannya. Apa itu yang di maksud?
"Gerakan reflek seperti pertahanan diri, aku pernah melihatnya melakukannya." Ucap Zion.
"Hal itu menguatkan dugaan saya, Nona Naya mengalami kekeer4san fisik di pernikahan sebelumnya."
"Apa?" Zion tercengang, dia benar-benar tak menyangka dengan apa yang dokter itu katakan.
"Ya, Nona Naya terus mengatakan jika tak apa yang mencintainya. Dia dulu pernah memiliki cinta, tapi cinta itu pergi. Terus di lukaai tapi dia memilih bertahan berharap cinta itu kembali. Saya bertanya bagaimana hubungannya dengan mantan suaminya, dia hanya mengatakan hubungannya tidak baik. Nona Naya, bukan orang yang terbuka terhadap masalahnya."
Zion mendengarkan penjelasan dokter dengan seksama sembari dirinya mencerna semuanya. Jika memang Naya mengalami keker4san, kenapa wanita itu justru bertahan?
"Anda tidak mendesaknya menjawab semua pertanyaan anda? Kita butuh bukti dia mendapat keker4san bukan?" Tanya Zion dengan tatapan serius.
"Saya sudah berulang kali mencoba mendapat jawaban yang lebih mendalam, tapi Nona Naya hanya berakhir menangis. Kita tak bisa memaksanya untuk saat ini. Tuan, dia butuh anda di sampingnya. Dia butuh seseorang yang dia percayai menjadi tenpat dimana dirinya mengutarakan beban hatinya." Jelas dokter ritu kembali.
Zion mengangguk kaku, rasanya aneh dirinya yang nantinya akn selalu ada di samping Naya. Jika memang pernikahan Naya dengan Rayyan tidakkah harmonis, itu artinya ... dia salah mengambil langkah.
"Jika seperti itu ceritanya, itu artinya ... keputusanku menikah Naya salah besar?" Batin Zion.
"Jika terjadi sesuatu lagi pada Nona Naya, anda bisa menghubungi saya. Saya harap ... anda dapat menjadi pasangan hidup sekaligus teman. Saat ini, hanya anda lah orang terdekat yang dapat menjadi tenpat dia melupakan beban di hatinya."
.
.
.
Selama beberapa hari ke depan, Zion tak juga berangkat ke kantornya. Pria itu memilih diam di rumah, memantau keadaan Naya seperti apa yang dokter katakan. Selama itu pula, Zion tahu jika Zevan selalu terbangun di tengah malam untuk meminta asi. Dia sampai melihat betapa lelahnya Naya yang terpaksa terbangun untuk menyuusui bayinya.
"Minumlah." Zion tiba-tiba datang dan mengejutkan Naya yang sedang memberi asi untuk Zevan. Reflek, ia langsung menutup d4danya yang terbuka dengan tangan, walaupun mata Zion tak menatap ke arahnya.
"Santai saja, aku tak melihat." Ucap Zion yang membelakangi Naya.
Melihat segelas teh herbal hangat yang Zion buatkan untuknya, Naya pun memerimanya. Ia tak ingin menolak pemberian Zion karena khawatir keduanya akan berdebat dan nantinya Zevan akan terbangun. Lagian, dia juga butuh minuman hangat untuk sedikit menghangatkan tubuhnya. Apalagi, di luar sedang hujan besar.
"Aku sudah naikkan suhu AC nya agar Zevan dan kamu tidak kedinginan." Ucap Zion sembari mendudukkan tubuhnya di bawah ranjang. Ia masih menatap ke depan, sembari menikmati kaleng soda yang dirinya ambil dari kulkas tadi.
"Aku sempat memiliki keluarga yang lengkap, sebelum ayah dari Rayyan datang dan merebut mama dari papa. Aku dan Kak Raisa saat itu masih kecil, kami baru memasuki taman kanak-kanak. Papa tidak sanggup kehilangan mama, berakhir dia melenyapkan dirinya sendiri. Tak ada harta yang di tinggalkan, terpaksa aku dan Kak Raisa tinggal di panti."
Tiba-tiba sekali Zion bercerita hal seperti itu padanya. Padahal, Naya tak bertanya apapun. Entah mengapa, Zion memilih menceritakan hal yang membuatnya sakit.
Zion menghela nafas pelan, ia menyandarkan tubuhnya pada ranjang dan kembali menikmati sekaleng s0da di tangannya. Matanya menatap kedepan, menerawang apa yang terjadi saat dirinya kecil.
"Kak Raisa, sempat di adopsi oleh sepasang suami istri yang begitu baik. Aku merasa bahagia, dan sakit di waktu yang bersamaan. Kami terpaksa harus berpisah, dan tak lagi bertemu sampai dewasa." Lirih Zion, matanya kini sudah terlihat berkaca-kaca.
"Apa kamu di adopsi juga?" Naya mulai bertanya, ia sepertinya ingin tahu lebih banyak cerita Zion yang sangat menyentuh hatinya.
Zion tiba-tiba beranjak berdiri, tapi tetap ia tak berbalik menatap Naya. Hanya sekedar lirikan tipis saja, tanpa melihat apa yang sedang Naya lakukan pada Zevan.
"Sudah malam, tidurlah." Zion berlalu pergi, meninggalkan Naya yang harus memikirkan jawaban atas pertanyaannya sendiri.
"Dia memang aneh, sangat aneh." Gumam Naya.
"Ontyyyy!" Naya di kejutkan dengan kehadiran Zira yang memunculkan kepalanya dari balik pintu. Anak itu tersenyum lebar, ia melangkah masuk sembari memeluk bantal biru miliknya.
"0nty, Zila bawa g0cip baluuu!" Seru anak itu dan berusaha menaiki ranjang.
"Oh ya? Zira sudah pandai bergosip yah?" Naya terkekeh geli mendengar celotehan anak menggemaskan itu.
Zira mengangguk menggemaskan dengan senyuman lebar. Akan tetapi, senyumannya luntur saat melihat Zevan yang sedang menyuusu pada Naya. Sejenak, dia berpikir keras. Kedua alisnya menukik tajam, seakan-akan yang ia pikirkan adalah hal yang berat.
"Kata bunda Onty lagi cakit, kenapa kacih cucu ke Adek epan? Culuh lah om tliplek nyuuucuin, punya cucu juga kan? Dali pada cucunya ngaaanggul."
Mendengar itu, Naya tertawa lepas. Perutnya terasa geli mendengar celotehan Zira sambil membayangkan jika pria yang menyuusui bayi.
Tawanya yang lepas, tak luput dari pandangan Zion dan Raisa yang bersembunyi di balik pintu. Tak sadar Zion tersenyum, tawa Naya seolah candu baginya. Sampai-sampai, Raisa menjailinya.
"Ekhem, manis yah ketawanya?"
Senyuman Zion surut seketika, "A-apaan sih! Enggak yah!" Ketus Zion dan memilih pergi, meninggalkan Raisa yang menggelengkan kepalanya heran dengan sikap adiknya itu.
"Zion ... Zion ... kenapa gak sadar juga sih? Kamu tuh dari awal udah terpesona sama istri orang. Pake dalih balas dendam, ck."
_____
Di kalian muncul jam berapa? Ini mengalami keterlambatan lolos, mau kesal tapi yaudahlah greget ih pokoknyaaaa
Cerita nya sampai disini masih aman kan yah, masih seru jaya jaya jaya😆 Semoga kedepan nya tetap baik baik aja, terima kasih atas segala dukungannya kawan🤗
Xander saja belum mengutarakan maksud hati kepada Raisa dan Raisa sepertinya juga tidak ada rasa sama Xander trus gimana nasibmu Xander...Xander...
lanjutttt kk,,,,