Dikhianati tunangan dan kakak kandung, bagaimana rasanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27
Malam ini Dina sedang berada di diskotik. Entah bagaimana jalan pikiran Dina ini. Dina berpikir jika di dalam diskotik dia akan menemukan orang-orang berduit. Syukur-syukur mau memberinya uang dengan suka rela dan pekerjaan. Menghayal bukan? Mana ada jaman sekarang ada yang sukarela memberikannya tanpa ada balasan!!
Dina melihat banyak orang sedang berjoget. Tiba-tiba ada yang mendekatinya.
"Hai cantik, sendirian aja nih? Boleh gabung gak?" Ucap seorang pemuda.
"Boleh." Jawab Dina
"Kenalan yuk, nama gue Randi, nama lo sapa?" Tanya Randi menyodorkan tangan guna mengajak bersalaman.
"Namaku Dina." Sahut Dina menjabat tangan Randi.
"Dina ya, bisa gak bahasa lo gak formal gitu?" Ucap Randi manggut-manggut.
"Memangnya kenapa?" Tanya Dina dengan memicingkan mata dan menaikkan salah satu alisnya.
"Gak sih, hanya kampungan aja menurut gue." Ucap Randi.
"Em, gitu."
"Mau gak jalan sama gue? Gue pastiin lo seneng malam ini." Randi mengajak Dina untuk bersenang-senang.
"Boleh, asal ada imbalannya." Ucap Dina meminta imbalan.
"Sapa takut, yok." Jawab Randi menyanggupi apa yang Dina minta.
Randi mengajak Dina keluar dari diskotik tersebut. Tapi, sebelum keluar dari sana ada wanita yang mendekati Randi.
"Randi, siapa wanita ini? Kamu tega sekali membuang ku setelah aku di pecat." Ucap wanita tersebut emosi.
"Gue kan udah bilang dan memberi peringatan. Lo aja yang bebal. Dia gebetan baru gue. Lo minggir." Jawab Randi cuek.
"Randi, kamu gak bisa giniin aku." Ucapnya.
"Udahlah, Sil. Lo itu bukan siapa-siapa gue. Lo mending minggir dan jangan ganggu gue lagi. Paham." Jawab Randi yang sudah muak dengan Sisil.
Iya wanita yang berbicara dengan Randi adalah Sisil.
Randi menggandeng tangan Dina dan mengajaknya pergi meninggalkan Sisil.
"Randi, dasar laki-laki b*jing*n."
Setelah sampai di parkiran, Randi membukakan pintu untuk Dina, Dina pun masuk. Lalu Randi juga masuk dan melajukan mobilnya sedikit kencang.
Randi akan membawa Dina ke Apartemennya. Sampainya di Apartemen milik Randi, Dina bertanya perihal siapa wanita tadi.
"Tadi itu siapa?"
"Oh, dia bawahan gue di tempat kerja. Orangnya keras kepala, gue muak sama dia." Jawab Randi.
"Oh, begitu."
"Daripada bertanya soal dia. Lebih baik kita bersenang-senang sekarang." Ucap Randi menarik pinggang Dina dan menempelkan tubuhnya supaya Randi bisa melakukan hal yang sedari tadi dia tahan dengan mudah.
Ketika Dina ingin menjawab, bibir Randi sudah mel4hap bibir Dina dengan bu4s. DINA yang juga sudah sangat haus membalas serangan Randi. Lama mereka saling mem4gut dan bertukar saliva. Akhirnya Dina menemukan yang dapat mengimbangi dirinya.
Tangan Randi juga tak tinggal diam. Sambil berp*gutan, Randi m3lucuti pakaian Dina satu persatu. Randi hanya menyisakan pakaian dalam Dina. Randi yang sudah tak tahan menggendong Dina menuju ke kamarnya dan merebahkan Dina ke tempat tidurnya. Randi mele pas semua pakaiannya. Lalu Randi mencum bu Dina kembali dengan tangannya berusaha melepas penutup buah pepaya gantung Dina. Setelah penutup buah pepaya berhasil dia lepas, tangan Randi meremas buah pepaya kembar milik Dina yang sudah meng3ras.
"Eghh"
Suara d3sahan lolos dari bibir Dina.
Nafas Randi semakin memburu. Dia lalu m3ny*su seperti bayi yang kehausan.
"Ahh,, iya Randi, ini enak, ahh. R3mas lagi Randi." Ucap Dina dengan suara yang m3ndesah.
Randi yang diminta tak menolak dan menurutinya.
"Ahh, Randi, terus." Ucap Dina yang keenakan.
Randi masih dengan posisi yang sama, namun tangannya mulai turun menuju celana segitiga yang menutupi hutan rimbun milik Dina. Tangan Randi menggesek-gesek pusat sensitif Dina yang berada dibawah sana.
"Emmhh,,Randi, aku udah gak tahan." Ucap Dina.
Randi merasa pus4kanya sudah tegak menjulang. Tak tahan lagi dia melu cuti celana segitiga milik Dina.
Dan ya, pertempuran akan segera mereka lakukan. Hehe,,,
Satu ronde, dua ronde, hingga 5 ronde mereka baru berhenti. Dina merasa tubuhnya saat ini remuk karena digempur oleh Randi. Se rondenya Randi lama, dan itu membuat lubang goa nya panas. Padahal Dina ini juga termasuk hyper. Namun, pusaka Randi begitu besar hingga membuat Dina merem melek.
Randi saat ini lelah dan tidur. Dina yang juga kelelahan pun ikut tidur.
Paginya Dina merasa tidurnya terganggu, karena Randi m3r3mas-r3mas bukit k3mbarnya.
"Eugh, Randi, kamu sudah bangun?"
Randi bukannya menjawab malah membuang selimut yang menutupi tubuh Dina.
"Randi, aku baru bangun dan ka-, emmhhh." Ucapan Dina terpotong karena Randi sudah membekap mulut Dina dengan mulutnya.
Dina merasakan ada benda keras yang sudah tegak. Randi menggesek-gesekkan pus4 kanya di pintu goa milik Dina.
Sudah tak tahan Randi langsung menyodorkan pusakanya untuk memaksa masuk ke dalam goa.
"Argh, Randi, tolong pelan-pelan." Dina merasa Randi kasar saat mema sukkan pusaka ke dalam goanya.
Randi tak mendengarkan apa yang Dina ucapkan. Rabdi begitu cepat memom panya.
"Randi, ini sangat kasar, ahh, tapi enak." Ucap Dina yang lama kelamaan merasakan kenikmatan.
Randi yang mendengar desahan Dina semakin bringas.
Plok, plok, plok, plok, suara kulit yang saling bertemu memenuhi ruang kamar.
"Sayang, gue udah gak tahan, heemmmm argh" Randi yang sudah berada dipuncak menghentakkan pusakanya dengan keras dan menyemburkan mayones ke dalam goa Dina.
"Randi, kamu benar-benar gila. hah, hah, hah." Ucap Dina yang merasa begitu lelah.
Randi yang sudah menuntaskan hasr*tnya pun ambruk diatas tubuh Dina.
"Randi, kamu ber-at tau." Ucap Dina.
Randi pun mengangkat, menggeser dan merebahkan tubuhnya disamping Dina.
"Makasi sayang, lo udah mau gue ajak seneng-seneng, walau lo udah gak perawan dan lobang lo gak keset lagi, gue tetep menikmatinya. Sekarang sebut nomor rek lo, gue akan kirim yang lo minta semalam." Ucap Randi.
Dina pun memberikan no rek nya. Dan dia melihat notifikasi di HPnya, sejumlah nominal masuk ke dalam rekeningnya. Dina senang dan mengecup pipi Randi.
Mulai hari ini Dina menjadi kekasih Randi, mereka bertukar nomor.
Randi yang hari ini masuk kerja mengantar Dina pulang ke kontrakan terlebih dahulu baru pergi ke kantor. Dina yang mendapat kekasih tajir pun senang. Apalagi uang yang diberi oleh Randi tak sedikit. Dina lupa kalau dirinya saja belum resmi bercerai. Dina merasa ini awal dari kehidupannya, padahal mah ini awal kehancurannya.