Berperan sebagai ayah dan ibu sekaligus tak membuat Mario Ericsson Navio kewalahan. Istrinya pergi meninggalkan dirinya dengan bayi yang baru saja dilahirkan. Bayi mereka ditinggalkan sendirian di ruang rawat istrinya hingga membuat putrinya yang baru lahir mengalami kesulitan bernapas karena alergi dingin.
Tidak ada tabungan, tidak ada pilihan lain, Mario memutuskan pilihannya dengan menjual rumah tempat tinggal dia dan istrinya, lalu menggunakan uang hasil penjualan untuk memulai kehidupan baru bersama putri semata wayang dan kedua orang tuanya.
Tak disangka, perjalanannya dalam mengasuh putri semata wayangnya membuat Mario bertemu dengan Marsha, wanita yang memilih keluar dari rumah karena dipaksa menikah oleh papinya.
“ Putrimu sangat cantik, rugi sekali pabriknya menghilang tanpa jejak. Limited edition ini,” - Marsha.
“Kamu mau jadi pengganti pabrik yang hilang?”
Cinta tak terduga ! Jangan lupa mampir !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dlbtstae_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Proyek
Setelah tiba di kost Marsha, Kai benar-benar menunggu keduanya hingga dia mengantar Marsha dan Melati ke rumah sakit. Kai selalu bersikap sabar saat menghadapi tingkah Melati yang terlihat tak menyukai dirinya. Sampai sekarang Kai masih berpikir tentang kesalahannya kepada Melati.
Jujur dia merindukan sikap lembut dan perhatian Melati kepadanya. Saat dia tahu jika Melati bekerja di perusahaan M, Kai sangat senang maka dari itu dia mengiyakan ajakan Mario untuk bergabung membantunya membangun perusahaan. Tahukah Melati, jika Kai sangat bahagia saat bisa melihat Melati yang sudah dua tahun menghilang dari hidupnya.
“Mel, sampai kapan kamu seperti ini kepadaku ?” tanya Kai saat Melati hendak keluar dari mobilnya. Marsha tentu saja sudah di luar mobil sehingga Kai langsung menembak pertanyaan itu.
“Tidak ada yang perlu aku jelaskan lagi, Kai.” jawab Melati datar.
“Kenapa kamu berubah ? Apa ada pria lain yang membuatmu seperti ini sekarang ?? Apa dia lebih baik dariku ??“ tanya Kai berusaha untuk mendapatkan jawaban.
“Biarkan aku pergi, Kai..”
“Mel !!” Kai meraih tangan Melati, membuat Melati terkejut. “ Katakan padaku, Mel. Kesalahan apa yang aku perbuat sehingga kamu seperti ini padaku !!”.
Melati diam. Dia tak berani menatap wajah Kai. Dia sebenarnya merindukan Kai namun, kondisi saat ini sangat tidak memungkinkan untuk dirinya.
“Lepas, Kai..” lirih Melati. “ Jangan begini, kasihan Marsha menungguku,”. Kai menggelengkan kepalanya.
“Nggak. Sebelum kamu jawab pertanyaanku !” tolak Kai.
“Kai jangan keras kepala !!” bentak Melati. Nafasnya naik turun. Dia berusaha melepaskan dirinya dari cengkraman Kai. Melati tak menyangka Kai akan berbuat seperti ini.
“Baik, kamu mau tahukan alasannya kenapa ?” Kai mengangguk pelan. “ Apa ?”.
“Tanyakan pada ibumu, apa yang telah dia perbuat kepada abangku ! Tanyakan pada ibumu kenapa dia sangat membenci diriku ! Tanyakan pada ibumu, kenapa dia berusaha untuk meny4kiti aku dan abangku !! Tanyakan itu pada ibumu, KAI !!!! TANYAKAN !!!” Melati menangis mengeluarkan rasa sakit yang selama ini dia simpan seorang diri. Bahkan dirinya mengorbankan cintanya hanya untuk melindungi dirinya dan Morgan.
Kai yang mendengar itu tak percaya. Dia berusaha mencerna perkataan Melati. “ Lepasin, Kai ! “.
Kai melepaskan cengkraman nya dan membiarkan Melati keluar dari mobilnya. Kai memukul stir mobilnya, lalu menekan gas meninggalkan latar rumah sakit. Melati melihat mobil Kai pergi pun hanya menghela nafasnya.
“Are you okey, Mel ?” Melati mengangguk. Dia lega mengatakan apa yang sedang menghimpit dadanya. Namun, dia juga khawatir apa yang akan terjadi setelah ini. Marsha merangkul lengan Melati dan membawanya ke ruangan Morgan.
“AKHHHHH !!! SEBENARNYA APA YANG TERJADI !! APA YANG MOMMY LAKUKAN KEPADA MORGAN DAN JUGA MELATI !!!” teriak Kai marah. Dia melajukan mobilnya di atas kecepatan rata-rata agar segera tiba di sebuah apartemen miliknya.
Beberapa saat kemudian, Kai tiba di apartemen miliknya. Dengan wajah yang datar, dia melewati basement menuju lift. Dia tak peduli dua resepsionis yang memuja dirinya. Dia hanya ingin segera mendinginkan kepalanya.
“Aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, kenapa Melati dan abangnya menghilang saat itu ? Apa ada kaitannya dengan kejadian dua tahun yang lalu ?”.
“ Jika benar, apa itu artinya Melati juga mengetahui siapa yang sebenarnya dalang dari kejadian itu ?”. Kepala Kai rasa ingin pecah, ia memejamkan kedua matanya dan tanpa sadar Kai tertidur pulas di atas kasurnya.
Sementara itu, Melati dan Marsha sudah berada di ruang rawat Morgan. Melati menatap bekas makan yang sudah kosong di atas nak4s sepertinya abangnya itu baru saja menyelesaikan sarapannya.
“Kamu semalam kemana ? Tumben sekali tidak menemani abang seperti biasanya ?” tanya Morgan heran.
“Semalam Mela, menginap di kosan Marsha bang..” jawab Melati pelan.
“Bener ?” tanya Morgan kepada Marsha. “ Iya bang, semalam Marsha yang paksa Mela, buat menginap..”
Morgan mengangguk. “ Oh,ya.. Apa kamu yang meminta seseorang untuk memindahkan abang ke ruangan VVIP, Cha ?”.
“Hmm, maaf bang..”. Morgan menggeleng. Dia tentu terkejut saat dirinya dipindahkan ke ruangan VVIP oleh orangnya Marsha. Waktu Morgan dipindahkan, Marsha tidak ikut sehingga Morgan menunggu Marsha datang bersama adiknya.
“ Tapi ini sangat mahal, Marsha. Abang nggak bisa balikin uang kamu..”
“Jangan bang, Marsha ikhlas bantu abang dan Melati..”.
“ Terima kasih, Cha !” Marsha mengangguk tersenyum.
“Mel, ayo kita berangkat ! “
Melati mengangguk. Kedua gadis itu berpamitan kepada Morgan. Lalu bergegas pergi ke perusahaan untuk bekerja. Setelah adik dan Marsha pergi, barulah Morgan mengeluarkan ponsel lamanya.
“Setidaknya aku dan Melati saat ini aman,”.
*
*
*
*
*
Di sekolah, Maureen belajar tentang anggota tubuh. Dia kesal saat anak lelaki memanggilnya gentong air. “ Cabal.. Caball… anak cabal di sayang Tuhan….” katanya mengelus dada.
“Tong, tong..”
“Heh Blian, bica nda ! Nda ucah ganggu Ilen.. Belicik tahu nda. “ ucap Flora yang turut merasa terganggu dengan Brian.
“Heh Cadel ! Iren aja nggak ngamuk, kok kamu yang ngamuk !”.
Flora menatap Brian dengan nafas yang memburu. Fiona yang peka dengan keadaan kembarannya mencoba mengeluskan punggung Flora seperti apa yang dilakukan mommy mereka ketika Flora sedang kesal dan siap untuk meledak.
“Kata Ilen sabal. Olang sabal di sayang Tuhan. Kalau nda sabal di sayang set4n. Mau ?”.
Sontak Flora menggelengkan kepalanya. Kedua tangannya menyentuh dadanya. Maureen yang menatap Flora dan Fiona, mengerjap matanya.
“Abel, coba liat. Ona cama Ola ngapain ?”.
“Hal biaca itu, Ilen.. Cudahlah mending nulis dulu abis itu jajan !” seru Isabella yang sedang menulis di bukunya.
“Oh okey.. Nulis dulu habis itu jajan..”
“Jajan mulu, pantesan gentong !” sarkas Reon membuat Maureen berdecak kesal.
“Reon ! Sudah selesai nulisnya ?” tanya Bu Winda. Namun Reon memilih tidak menjawab. Dia meneruskan tulisannya yang tinggal beberapa lagi. Bu Winda hanya dapat menghela nafasnya. Reon adalah siswanya yang sulit didekati membuat Bu Winda selalu menahan diri.
Sedang di sisi lain, Mario dan keempat pria lainnya sudah tiba di sebuah daerah yang akan menjadi pembangunan proyek mereka. Raut wajah kelima pria itu terlihat tercengang. Salah satu warga disana menghampiri mereka dan bertanya, “ Maaf bapak-bapak ini dari mana ? Dan mengapa berhenti ditempat ini ?”.
“Hm, maaf pak. Kami dari kota, kedatamgan kami kesini, kami ingin melihat tempat yang akan dijadikan tempat pembangunan proyek kami…”
“Proyek ?” Narel mengangguk. “Ka—”
“PERGI !! PERGIII !!! PERGII ! PERGI KALIAN !! JANGAN PERNAH DATANG KE TEMPAT INI !!!” teriak bapak itu membuat Narel dan lainnya terkejut. Mereka tak menduga dengan reaksi bapak itu. Ada apa sebenarnya.
“Maaf pak, sebenarnya ada apa ini ? Tolong jelaskan kepada kami !” seru Narel tak mengerti ditambah lagi beberapa warga berdatangan mendekati mereka.
“Pergi kalian !! Pergi ! Jangan pernah injakan kaki kalian kemari !” usir bapak itu.
“Pak RT tolong us1r mereka !! Mereka pemilik proyek itu !!” teriaknya marah dan ketakutan.
Salah satu pria yang diperkirakan RT disana maju mendekati warganya yang kalut. “ Pak Dama tenanglah.”.
“Nggakk !! Mereka harus pergi pak !! Mereka harus pergi !!!” teriak Pak Dama lagi. Pak RT menatap warganya yang disana. “ Tolong bawa Pak Dama kembali ke rumahnya, biar mereka ini saya yang urus..”
“Baik pak RT “
Arasyi terlihat syok, dia dan lainnya tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Dia mendekati Pak RT yang sedang menghela nafas kasar.
“Sebaiknya kalian tidak usah membuat proyek ini di tempat kami,” kata Pak RT setelah lama terdiam.
“Kenapa pak? Bukannya orang suruhan saya mengatakan bahwa kalian setuju dengan pembangunan proyek ini ? Tapi kenapa salah satu warga bapak mengus1r kami dan bahkan bapak sendiri meminta kami tidak membangun proyek disini. Ada apa sebenarnya pak ?? Tolong katakan kepada kami ” tanya Arasyi bingung.
“Suruhan tuan apakah pak Anton ?” Arasyi mengangguk. Iya dia mengutus Anton untuk meninjau daerah yang akan mereka pusat pembangunan proyek mereka. Tidak ada yang aneh, Anton mengatakan kepadanya semuanya sudah beres tapi kenapa hal seperti ini bisa terjadi ? Ada apa dengan orang suruhannya ?.
Lagi-lagi pak RT menghela nafas kasar. “ Tuan….”
...***...
Double up gess...♥︎♥︎
Harusnya ini buat malam tadi, tapi kenya reviewnya itu lama bangett.. Jadi aku coba up ulang.. Semoga bisa